Oleh Wu Qiaoxi |
Otoritas Tiongkok mengeluarkan pemberitahuan buronan dengan tuduhan “separatisme” terhadap legislator DPP Puma (Pao-yang) Shen serta YouTuber Pa Chiung dan “Mannam PYC,” menuding mereka sebagai “pendukung ekstrem pro-kemerdekaan Taiwan.”
Shen, 43 tahun, adalah ahli hukum, legislator DPP, dan tokoh penting dalam upaya Taiwan menghadapi disinformasi. Dia dijatuhi sanksi oleh Tiongkok pada 2024, tahun dia masuk parlemen.
Shen, mantan profesor madya dengan gelar doktor dari University of California, Irvine, ikut mendirikan Kuma Academy, kelompok pertahanan sipil yang berfokus pada kesadaran keamanan nasional.
Beijing menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya dan tidak mustahil mengambil alih pulau itu secara paksa. Sementara itu, Taiwan menolak klaim kedaulatan Tiongkok dan menegaskan bahwa Beijing tidak memiliki yurisdiksi atas negara demokrasi itu.
![Tangkapan layar buronan kepolisian Quanzhou, Tiongkok, YouTuber Taiwan Pa Chiung (kiri) dan “Mannam PYC” (kanan). Pemberitahuan itu menuduh keduanya “mendukung separatisme” dan menawarkan hadiah bagi siapa pun yang memberi tahu keberadaan mereka. [China Daily/X]](/gc9/images/2025/11/20/52873-youtubers_2-370_237.webp)
Pada awal November, lembaga penyiaran Tiongkok, CCTV, menuduh Puma Shen menyuarakan separatisme dan sentimen anti-Tiongkok melalui Kuma Academy, menyebut lembaga itu “markas kemerdekaan Taiwan” dan “kamp pelatihan kekerasan” yang didukung DPP serta kekuatan asing.
Profesor hukum RUC, Cheng Lei, bahkan menyebut Interpol dapat menangkap Shen di mana pun di dunia, sebelum memperingatkan: “Berhentilah, atau kamu jadi yang berikutnya.”
Namun, Interpol menyampaikan kepada CNA Taiwan bahwa setiap permohonan red notice harus melalui proses peninjauan ketat dan tidak dapat digunakan untuk tujuan politik.
Langkah Tiongkok ini memicu reaksi keras di Taiwan. Kantor Kepresidenan mengecam perburuan global itu sebagai “tindakan khas represi transnasional,” sementara Menteri Luar Negeri Taiwan Lin Chia-lung menyebut surat perintah itu sebagai bentuk “teror merah.”
Meski ditekan, Shen tetap hadir di Berlin untuk bersaksi di Bundestag dalam sidang disinformasi, seraya menyatakan, “Sebagai orang Taiwan yang berani, saya pantang mundur karena takut.”
Operasi pengaruh
Kampanye Tiongkok itu juga meluas hingga menyasar dua YouTuber Taiwan. Pada 13 November, Biro Keamanan Publik Quanzhou di Fujian mengeluarkan pemberitahuan imbalan yang menuduh Pa Chiung dan “Mannam PYC” “mendukung separatisme,” menjelekkan kebijakan pro-Taiwan Tiongkok, serta “menganiaya pasangan asal Tiongkok daratan yang tinggal di Taiwan.”
Pemberitahuan itu menawarkan imbalan antara 50.000 hingga 250.000 yuan (US$7.000 hingga US$35.000) bagi informasi yang mengarah pada penangkapan mereka.
Pa Chiung, bernama asli Wen Tzu-yu, dan “Mannam PYC,” bernama asli Chen Po-yuan, menjadi tenar pada 2024 melalui video investigasi dua bagian yang memaparkan perjalanan gratis, pembayaran tunai, dan imbalan lain yang diduga ditawarkan kepada influencer Taiwan untuk menyebarkan pesan pro-Tiongkok. Seri ini ditonton jutaan kali dan memicu kekhawatiran publik mengenai operasi pengaruh Beijing.
Wamen Dewan Urusan Daratan (MAC), Liang Wen-chieh, menganggap imbalan buronan itu “sekadar pencitraan,” yang tidak memiliki konsekuensi hukum apa pun di Taiwan.
Tiongkok pernah menggunakan taktik serupa. Pada Juni 2025, Biro Keamanan Publik Guangzhou merilis data pribadi 20 anggota Komando Informasi, Komunikasi, dan Elektronik Taiwan (ICEFCOM), menuduh mereka melakukan serangan siber dan menawarkan imbalan bagi penangkapan mereka.
Menteri Pertahanan Taiwan, Wellington Koo, menganggap daftar itu sebagai angin lalu, sembari menjanjikan tindakan perlindungan bagi setiap personel yang terdampak.
Dennis Lu-Chung Weng, seorang profesor ilmu politik, mengatakan kepada BBC bahwa strategi Beijing mengalami perubahan.
Dia menjelaskan bahwa patroli pesawat militer yang dulu rutin dilakukan kini semakin kurang efektif, sehingga memicu pergeseran menuju taktik “penegakan hukum lintas wilayah”—yang menimbulkan risiko personal bagi warga Taiwan dan berpotensi memengaruhi ucapan maupun perilaku mereka.
![Legislator Taiwan, Puma Shen, berbicara di luar Bundestag Jerman di Berlin pada 12 November sebelum bersaksi di sidang mengenai disinformasi oleh negara otoriter. [Puma Shen/Facebook]](/gc9/images/2025/11/20/52871-puma_shen-370_237.webp)