Oleh AFP dan Focus |
MANILA - Presiden Filipina Ferdinand Marcos telah memerintahkan penyelidikan atas tuduhan bahwa Tiongkok ikut campur dalam pemilihan umum bulan Mei mendatang, menyusul klaim serius terkait manuver kampanye disinformasi yang didukung Beijing.
Tuduhan tersebut, yang terungkap dalam sidang Senat pada bulan April, menduga kedutaan besar Tiongkok di Manila membayar warga Filipina untuk bekerja di “troll farm” (kelompok pembuat dan penyebar hoax di medsos, khususnya di media sosial) untuk merongrong pemerintahan Marcos.
Dewan Keamanan Nasional (NSC) mendeteksi “adanya indikasi ... operasi informasi yang disponsori pemerintah Tiongkok tengah dijalankan di Filipina dan turut mengintervensi jalannya pemilu mendatang,” kata Asisten Direktur Jenderal NSC Jonathan Malaya pada sidang dengar pendapat tersebut.
Pemilu nasional pada tanggal 12 Mei akan menentukan ratusan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat serta ribuan posisi lokal yang diperebutkan dengan sengit.
Troll farm
Pada sidang dengar pendapat di bulan April, Senator Francis Tolentino, sekutu Marcos, menyampaikan apa yang ia gambarkan sebagai bukti keterlibatan Tiongkok, termasuk sebuah kontrak dan cek senilai 930.000 PHP ($16.000) pada bulan Agustus 2023. Dia menuduh kedutaan besar Tiongkok menyewa perusahaan lokal, Infinitus Marketing Solutions Inc. untuk mengelola “troll farm” yang menyebarkan disinformasi.
“Kontrak dan bayaran ini merusak martabat rakyat Filipina, menginjak-injak kehormatan bangsa,” kata Tolentino sambil menunjukkan sejumlah dokumen tersebut.
Dia memperinci bagaimana operasi ini melibatkan pembuatan ratusan akun media sosial palsu, dengan 330 akun palsu dilaporkan dan jumlah pengikut lebih dari 53.000 orang, untuk menyebarkan berbagai pesan pro- Tiongkok dan menyerang para pengkritik tindakan Beijing. Operasi ini secara khusus membidik anggota parlemen yang membela klaim teritorial Filipina di Laut Tiongkok Selatan, katanya.
“Jelas terlihat pemerintah Tiongkok, melalui kedutaan besarnya, membayar orang Filipina untuk bekerja di troll farm guna mengkritik dan menghancurkan pemerintahan kita, Kongres kita dan pemerintah kita,” tambah Tolentino.
Malaya menguatkan klaim Tolentino, menyatakan NSC telah mengidentifikasi “proksi lokal” yang memperkuat pesan Beijing. Dia mengatakan operasi ini merupakan upaya jelas untuk mengintervensi proses pemilihan umum demi kepentingan para kandidat yang pro-Tiongkok.
Ketegangan terus meningkat dengan Beijing
Kedutaan Besar Tiongkok dengan cepat membantah tuduhan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, dalam sebuah pernyataan, mengatakan Beijing menganut “prinsip non-intervensi” dan menyebut tuduhan itu sebagai “keji dan sia-sia.”
Beberapa senator pada tanggal 25 April mengutuk dugaan campur tangan Tiongkok, dan menuntut penyelidikan lebih lanjut atas ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan nasional, menurut GMA News.
Filipina terlibat dalam ketegangan yang kian meningkat dengan Beijing selama berbulan-bulan terkait Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan, jalur perairan yang sangat penting. Sementara itu, pemerintahan Marcos telah memperdalam kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (Comelec) George Garcia, ketika diminta untuk mengomentari tuduhan campur tangan dalam pemilu, menyebutnya “berbahaya dan mengkhawatirkan,” dan menambahkan Comelec telah diberi pengarahan mengenai serangan yang mengandalkan “bot dan troll farm” untuk merusak kepercayaan terhadap proses pemilu.
Tuduhan campur tangan Tiongkok muncul di tengah-tengah gejolak politik di Filipina. Popularitas Marcos mengalami penurunan yang signifikan dalam jajak pendapat terkini. Penurunan ini bertepatan dengan penangkapan mantan presiden Rodrigo Duterte oleh Mahkamah Pidana Internasional dan pemakzulan Wakil Presiden Sara Duterte, putrinya.
Telah terjadi lonjakan besar dalam misinformasi terkait dengan kasus ini sejak penangkapan Duterte, yang beberapa di antaranya sudah dibantah oleh pemeriksa fakta AFP.
Kekhawatiran akan disinformasi Tiongkok di Filipina bukanlah hal yang baru. Seorang peneliti di Digital Forensic Research Lab, yang berbicara kepada AFP tahun lalu, mengamati konten pro-Tiongkok beredar di berbagai kelompok daring yang berbasis di Filipina, yang sering kali sejalan dengan sikap Beijing dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan.
Seiring dengan berjalannya penyelidikan, isu campur tangan asing diperkirakan akan mendominasi wacana politik menjelang pemilihan umum pada bulan Mei. Marcos telah bersumpah untuk melakukan “investigasi menyeluruh” untuk mengungkap kebenaran.