Oleh Focus |
TAIPEI -- Taiwan sedang merundingkan kesepakatan senjata bernilai miliaran dolar dengan Amerika Serikat, sementara Tiongkok meningkatkan tekanan militer terhadap pulau tersebut, demikian menurut laporan Reuters pada 17 Februari, mengutip tiga sumber anonim.
Bila terjadi, pembelian senilai antara $7 miliar dan $10 miliar itu dapat mencakup rudal jelajah pertahanan pesisir (CDCM) dan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).
Meskipun Kementerian Pertahanan Taiwan menolak mengonfirmasi tentang perundingan senjata tersebut, tetapi, mereka menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat keamanan nasional.
"Semua anggaran pertahanan selaras dengan kebijakan pemerintah, dan rencana tersebut akan diumumkan bila telah siap,” kata juru bicara kementerian, Sun Li-fang, dalam briefing mingguan pada 18 Februari.
Gedung Putih tidak mengomentari potensi kesepakatan tersebut. Namun, dalam pernyataan bulan lalu, penasihat keamanan nasional AS, Mike Waltz, mengatakan akan meningkatkan pengiriman senjata ke Taiwan.
Taiwan terus-menerus terancam invasi dari Tiongkok, yang tidak menutup kemungkinan untuk menguasai pulau tersebut dengan kekerasan.
Perkembangan terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya aktivitas militer oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok di sekitar Taiwan. Para pemimpin militer AS semakin sering menggambarkan latihan tersebut sebagai simulasi untuk reunifikasi paksa dengan daratan utama Tiongkok.
Amerika Serikat harus mempercepat upayanya untuk menutup kesenjangan kapabilitas dengan Tiongkok, ujar Laksamana Samuel Paparo, komandan Komando Indo-Pasifik AS, baru-baru ini.
"Persediaan amunisi kami menipis. Daftar pemeliharaan kami semakin panjang setiap bulan," katanya dalam sebuah forum keamanan di Hawaii pada 13 Februari.
Pertahanan yang 'Serius'
Sebuah sumber yang mengetahui potensi kesepakatan tersebut mengindikasikan bahwa Taiwan berencana untuk mengajukan anggaran pertahanan khusus yang memprioritaskan amunisi presisi, peningkatan pertahanan udara, sistem komando dan kontrol, serta teknologi kontra-drone, demikian yang dilaporkan Reuters.
Laporan dari Financial Times pada 14 November lalu menyatakan bahwa Taiwan telah mengincar berbagai sistem militer AS yang lebih canggih, termasuk kapal perusak Aegis, E-2D Advanced Hawkeye, rudal Patriot, dan bahkan jet tempur F-35.
Taiwan melakukan pembelian ini untuk “menunjukkan bahwa mereka serius” dalam hal pertahanan, kata seorang analis keamanan nasional AS yang mengetahui tentang diskusi tersebut.
Presiden Taiwan Lai Ching-te pada tanggal 14 Februari mengumumkan rencana untuk mendorong anggaran pertahanan khusus demi meningkatkan pengeluaran militer yang melebihi 3% dari PDB.
Sementara itu, sekutu regional juga memperhatikan kekuatan militer Tiongkok yang semakin agresif.
Australia dan Selandia Baru secara ketat memantau kapal-kapal perang Tiongkok di dekat perairan mereka, sementara Papua Nugini sedang merundingkan perjanjian pertahanan dengan Australia untuk menghadapi pengaruh Beijing.
India juga semakin memperdalam kemitraan pertahanannya dengan Amerika Serikat, untuk menanggapi pergeseran dinamika kekuatan di Indo-Pasifik.