Keamanan

Tiongkok membangun kapal selam bersenjata-hipersonik untuk menembus pertahanan Filipina

Kapal tersebut memungkinkan Tiongkok "melakukan serangan diam-diam dari luar pertahanan musuh, dengan opsi rudal nuklir jika perlu," demikian menurut sebuah laporan berita.

Dua kapal selam Tiongkok bersandar di Museum Angkatan Laut PLA di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada 23 April 2024. [WANG Zhao/AFP]
Dua kapal selam Tiongkok bersandar di Museum Angkatan Laut PLA di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada 23 April 2024. [WANG Zhao/AFP]

Oleh Robert Stanley |

Sejumlah laporan menyebutkan bahwa Tiongkok sedang membangun kapal selam baru yang mampu meluncurkan rudal hipersonik. Rudal ini dirancang untuk menghancurkan sistem peluncur rudal yang dipasok AS ke Filipina dan dapat membawa hulu ledak nuklir.

Kapal selam baru Tiongkok mungkin ditujukan untuk menghadapi peluncur rudal Typhon milik AS yang dipasang pada April tahun lalu di Pulau Luzon, Filipina, demikian menurut laporan The Defense Post pada 24 Februari. Laporan tersebut mengutip publikasi yang terkait dengan China State Shipbuilding Corporation, pemasok untuk Angkatan Laut Tiongkok.

Militer AS mengerahkan sistem rudal Typhon di Filipina utara tahun lalu sebagai bagian dari latihan gabungan tahunan. Pasukan Filipina telah menerima pelatihan untuk sistem tersebut, dan berencana membelinya untuk melindungi kepentingan maritim Manila.

Peluncur Typhon dapat menembakkan rudal jarak pendek multifungsi SM-6, serta rudal jelajah Tomahawk yang mampu mencapai Rusia dan Tiongkok. Jangkauannya termasuk pangkalan militer Tiongkok yang baru-baru ini bermunculan di atas karang dan beting pasir di Laut Cina Selatan.

Serangan rahasia

Kapal selam baru yang sedang dibangun di Wuhan mampu menembakkan rudal jarak jauh dan mungkin dapat menghancurkan peluncur Typhon, menurut laporan South China Morning Post (SCMP) pada 23 Februari, mengutip artikel dalam Kapal Perang & Niaga yang berbahasa Mandarin.

Dirancang mampu membawa rudal hipersonik canggih, kapal tersebut memberi PLA kemampuan untuk “melakukan serangan diam-diam dari luar pertahanan musuh, dengan opsi rudal nuklir jika perlu,” tambah laporan tersebut.

Kapal selam ini pertama kali terdeteksi dalam citra satelit pada pertengahan tahun lalu. Kapal selam ini dilengkapi teknologi canggih, termasuk sistem peluncuran vertikal untuk rudal jelajah dan rudal balistik anti-kapal, serta sirip ekor berbentuk X untuk meningkatkan kelincahan dan stabilitas.

Menurut The Defense Post, sebuah artikel berbahasa Mandarin menyebut bahwa kapal selam baru ini akan berperan penting dalam menghalangi kapal induk AS memasuki “rantai pulau pertama”, yang membentang dari Jepang hingga Filipina dan dipandang Amerika Serikat sebagai pertahanan utama terhadap angkatan laut Tiongkok.

PLA belum mengonfirmasi soal pengembangan kapal selam kelas yang lebih besar, kata laporan itu.

Perang kata

Laporan tentang kapal selam ini muncul setelah pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, pada 22 Februari, menandatangani tiga perintah baru. Tujuannya untuk meningkatkan kesiapan militer dan berfokus pada “pertempuran,” menurut Kantor Informasi Lembaga Negara di situs web pemerintah Tiongkok.

Aturan baru ini "dirancang untuk sepenuhnya mentransformasi militer negara itu menjadi angkatan bersenjata kelas dunia, dengan fokus pada kesiapan tempur," tambah laporan tersebut. "Revisi peraturan ini memprioritaskan kesiapan tempur sebagai tugas utama, dengan orientasi dasar persiapan dan pertempuran."

Pengerahan peluncur Typhon selama latihan gabungan AS-Filipina pada bulan April lalu menyebabkan perang kata antara Beijing dan Manila.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun memperingatkan bahwa Beijing “tidak akan tinggal diam” jika keamanannya terancam dan dia mendesak Filipina untuk “mengubah arahnya,” demikian dilaporkan GMA News pada 12 Februari.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menjawab bahwa dia akan mempertimbangkan untuk mengembalikan rudal Typhon ke Amerika Serikat jika Beijing menghentikan provokasinya di bagian Laut Cina Selatan yang baru-baru ini diklaim oleh Tiongkok sebagai wilayahnya.

“Mari kita buat kesepakatan dengan Tiongkok: Berhentilah mengklaim wilayah kami, berhentilah mengganggu nelayan kami, berhentilah menabrak kapal kami... dan saya akan mengembalikan rudal Typhon,” demikian laporan AFP yang mengutip pernyataan Marcos.

Konfrontasi di Laut Cina Selatan

Pada bulan Januari, Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Ano mengatakan bahwa peluncur tersebut akan tetap berada di pantai Filipina “untuk saat ini,” demikian yang dilaporkan oleh Reuters.

Peluncur tersebut merupakan bagian dari hubungan pertahanan AS-Filipina yang telah berlangsung lama, demikian laporan tersebut mengutip juru bicara angkatan bersenjata Filipina, Kolonel Francel Margareth Padilla.

“Tujuan utama pengerahan ini adalah untuk memperkuat kesiapan militer Filipina, meningkatkan pengenalan dan interoperabilitas kami dengan sistem persenjataan canggih, dan mendukung keamanan regional,” kata Padilla.

Tiongkok memperbesar angkatan lautnya untuk menguasai Laut Cina Selatan dan wilayah yang berdekatan di Samudra Pasifik. Langkah konfrontatif Beijing itu meningkatkan ketegangan dengan Filipina dan negara lain di wilayah tersebut.

Pada bulan Desember, Filipina mengatakan bahwa penjaga pantai Tiongkok menggunakan meriam air dan “menyenggol” kapal departemen perikanan negara itu.

Kemudian, pada akhir Februari, penjaga pantai Filipina mengatakan bahwa helikopter angkatan laut Tiongkok mendekat hingga jarak tiga meter ke sebuah pesawat intai yang membawa wartawan di Karang Scarborough, wilayah sengketa.

Karang Scarborough -- rangkaian terumbu karang dan bebatuan berbentuk segitiga di Laut Cina Selatan -- menjadi titik konflik antara kedua negara sejak Tiongkok merebutnya dari Filipina pada 2012.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *