Oleh Focus |
Filipina ingin memperluas aliansi "Squad" dengan mengajak India dan Korea Selatan bergabung sebagai langkah untuk memperkuat keamanan regional di tengah ketegangan yang meningkat dengan Tiongkok, kata pihak berwenang.
Filipina berupaya memperluas aliansi informal ini, ujar Jenderal Romeo S. Brawner, kepala staf militer Filipina, dalam diskusi panel di forum keamanan Raisina Dialogue di New Delhi pada 19 Maret.
Squad, yang dibentuk pada Mei lalu, saat ini mencakup Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Filipina. Meskipun bersifat tidak resmi, aliansi ini telah mengadakan patroli maritim bersama dan latihan militer di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina di Laut Tiongkok Selatan.
Manila dan India memiliki "lawan yang sama," ujar Brawner dalam forum tersebut.
![Sebuah foto yang diambil pada 21 Agustus 2023 menunjukkan tentara ikut serta dalam latihan tempur di Pangkalan Udara Tarampitao di Rizal, Palawan, Filipina, sebagai bagian dari Indo-Pacific Endeavor 2023 bersama pasukan Filipina dan Australia. Filipina berupaya memperluas Aliansi Squad, menambahkan India dan Korea Selatan, guna memperkuat hubungan pertahanan di tengah meningkatnya kehadiran militer Tiongkok di Indo-Pasifik. [Jam Sta Rosa/AFP]](/gc9/images/2025/03/25/49686-afp__20230821__33ry2x7__v5__highres__philippinesaustraliadefence-370_237.webp)
"Saya tidak takut untuk mengatakan bahwa Tiongkok adalah lawan bersama kita. Jadi, penting bagi kita untuk bekerja sama, mungkin dengan bertukar intelijen," katanya, dikutip oleh Reuters.
Selama kunjungannya, Brawner bertemu dengan Kepala Staf Pertahanan India, Jenderal Anil Chauhan, untuk membahas kemungkinan keterlibatan India dalam aliansi ini.
Kedua pemimpin juga menegaskan komitmen mereka untuk memperdalam kerja sama, termasuk pelatihan bersama, peningkatan kemampuan, dan kolaborasi strategis di kawasan Indo-Pasifik.
Meningkatnya konfrontasi
Seruan Brawner untuk memperluas aliansi ini muncul di tengah meningkatnya konfrontasi antara kapal Filipina dan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.
Manila berulang kali mengecam taktik "zona abu-abu" Tiongkok, termasuk pembangunan pulau buatan yang dimiliterisasi serta penggunaan milisi maritim untuk mengukuhkan klaim wilayahnya.
Dalam pidatonya di New Delhi, Brawner menyinggung pembangunan tiga pulau buatan oleh Tiongkok yang dilengkapi dengan sistem pertahanan udara dan rudal, dengan memperingatkan bahwa "mereka akan mengendalikan Laut Tiongkok Selatan sepenuhnya," menurut laporan Economic Times India.
Sementara itu, para analis Australia di Raisina Dialogue 2025 menyatakan latihan angkatan laut Tiongkok di dekat pesisir Australia pada Februari lalu adalah peringatan dan "pertanda intimidasi" bagi negara mereka. Hal ini menyoroti pentingnya persatuan kawasan melawan agresi Beijing, menurut FirstPost.com.
"Kita harus memastikan bahwa kegiatan militer Tiongkok di kawasan kita di masa depan tidak bisa dilakukan dengan cara yang mengancam kita," ujar Rory Medcalf, kepala National Security College di Australian National University.
Tantangan ini merupakan awal dari "permainan panjang" untuk menjaga keamanan kawasan, katanya.
Pasukan Tiongkok di Indo-Pasifik terus mengancam keamanan regional. Penjaga pantai dan milisi maritim Beijing sering mengganggu kapal Filipina, termasuk insiden yang menggunakan meriam air dan manuver agresif.
Patroli dan latihan bersama Squad menjadi faktor penting dalam menghalangi tindakan tersebut.
Perluasan Squad ini sejalan dengan tren pembentukan kelompok keamanan luwes yang lebih luas dengan tujuan mengimbangi pengaruh regional Tiongkok.
Hubungan Seoul-Beijing
Pendekatan ini mencerminkan kerja sama lain, seperti Quadrilateral Security Dialogue (Quad) yang melibatkan Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat, serta kemitraan AUKUS antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Meskipun India tampak terbuka dengan gagasan ini, keterlibatan Korea Selatan masih belum pasti. Hubungan ekonomi yang erat antara Seoul dan Beijing dapat membuat Korsel lebih berhati-hati, menurut para analis.
Perhitungan strategis Korea Selatan sering kali perlu menyeimbangkan aliansinya dengan Amerika Serikat dan menjaga hubungan yang stabil dengan Tiongkok, dilaporkan Diplomat pada bulan Maret.
Tiongkok menggunakan strategi serupa di Laut Tiongkok Selatan terhadap Korea Selatan. Pada 26 Februari, Tiongkok menghalangi penyelidikan Seoul terhadap struktur baja bergerak di Zona Tindakan Sementara (Provisional Measures Zone, PMZ) di Laut Kuning yang dipersengketakan, berujung pada kebuntuan antara penjaga pantai kedua negara. Korea Selatan akhirnya mundur tanpa melakukan inspeksi.
PMZ bertumpang-tindih dengan ZEE kedua negara, memungkinkan kegiatan perikanan bersama namun melarang kegiatan lain. Muncul kekhawatiran bahwa instalasi yang dibangun Tiongkok mungkin adalah upaya memperkuat klaim kedaulatannya.
Strategi zona abu-abu Tiongkok bertujuan memaksa negara sasaran perlahan-lahan menerima kenormalan baru di wilayah yang bersangkutan.
"Kami berusaha meningkatkan kesadaran dunia tentang apa yang sedang terjadi, dan kami berharap semua bangsa bersatu untuk mengecam tindakan-tindakan Tiongkok ini," kata Brawner kepada media India, NewsX, saat menghadiri forum keamanan Raisina Dialogue.
Dengan mengajak India dan Korea Selatan bergabung, Filipina bertujuan membangun koalisi yang lebih kuat untuk menjaga stabilitas kawasan dan mencegah agresi di Laut Tiongkok Selatan.
Masih belum pasti apakah kedua negara ini akan secara resmi bergabung dengan Squad, tetapi sikap proaktif Manila menunjukkan tekadnya menjaga keamanan regional melalui kemitraan yang diperluas.