Keamanan

Jaksa Taiwan tuntut kapten kapal Tiongkok atas sabotase kabel bawah laut

Taiwan mendakwa kapten kapal asal Tiongkok karena merusak kabel bawah laut, sementara laksamana AS memperingatkan bahwa serangan seperti ini menandakan meningkatnya ancaman “zona abu-abu” dari Beijing.

Petugas penjaga pantai Taiwan menaiki kapal kargo berbendera Togo,Hong Tai 58, pada 25 Februari. [Arsip/Administrasi Penjaga Pantai Taiwan]
Petugas penjaga pantai Taiwan menaiki kapal kargo berbendera Togo,Hong Tai 58, pada 25 Februari. [Arsip/Administrasi Penjaga Pantai Taiwan]

Oleh AFP dan Focus |

TAIPEI – Untuk pertama kalinya, jaksa Taiwan mendakwa seorang kapten kapal asal Tiongkok karena diduga dengan sengaja merusak kabel telekomunikasi bawah laut yang menghubungkan Taiwan dengan Kepulauan Penghu.

Dakwaan ini diumumkan pada 11 April oleh Kantor Kejaksaan Distrik Tainan. Kasus ini menyoroti meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan dan penggunaan taktik “zona abu-abu” oleh Beijing—rangkaian tindakan permusuhan yang belum tergolong perang.

Kapten bermarga Wang itu didakwa telah merusak fasilitas kabel bawah laut, melanggar Undang-Undang Pengelolaan Telekomunikasi Taiwan.

Penuntutan pertama

Kapal yang dinakhodai Wang, Hong Tai 58, adalah kapal kargo berbendera Togo, didanai oleh Tiongkok, dan diawaki sepenuhnya oleh kru asal Tiongkok. Kapal ini ditahan di Taiwan sejak akhir Februari setelah insiden yang menyebabkan terganggunya komunikasi antara Taiwan dan Penghu. Jika terbukti bersalah, Wang terancam hukuman hingga tujuh tahun penjara.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok menolak berkomentar soal kasus ini, namun kembali menegaskan bahwa Taiwan adalah “bagian tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok,” menurut laporan AFP.

Menurut jaksa, Wang memerintahkan awak kapalnya untuk menurunkan jangkar ke dasar laut di zona larangan labuh yang jelas ditandai di peta elektronik kapal.

Dia lalu melayarkan kapal dengan pola zigzag untuk secara sengaja merusak kabel bawah laut.

Jaksa mengatakan Wang menunjukkan sikap tidak kooperatif, menolak bertanggung jawab, dan enggan mengungkap siapa pemilik asli kapal tersebut. Tujuh awak kapal lainnya tidak akan dikenai dakwaan, tetapi akan segera dideportasi.

Ini pertama kalinya Taiwan menuntut kapten kapal Tiongkok atas insiden pemotongan kabel bawah laut. Insiden ini terjadi di tengah peningkatan jumlah kerusakan kabel domestik dan internasional Taiwan.

Menurut laporan Control Yuan Taiwan, kabel Taiwan-Matsu rata-rata mengalami 5,1 insiden kerusakan per tahun—jauh di atas rata-rata global yang hanya 0,1–0,2 insiden per kabel per tahun.

Kekhawatiran di Washington meningkat

Penjaga pantai Taiwan memantau 52 kapal “mencurigakan” milik Tiongkok yang meminjam bendera negara lain seperti Togo, Kamerun, dan Tanzania. Dari jumlah tersebut, 15 kapal dikategorikan sebagai “ancaman.”

Kapal seperti Hong Tai 58 sering kali beroperasi di perairan teritorial Taiwan dalam jangka waktu lama, membuat pengawasan dan penindakan jadi lebih sulit, menurut pihak berwenang.

Insiden Hong Tai 58ini bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran di Washington atas semakin agresifnya operasi militer dan hibrida Tiongkok di dekat Taiwan.

“Tekanan militer PLA [Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok] terhadap Taiwan meningkat hingga 300% pada 2024,” kata Laksamana Samuel Paparo, Panglima Komando Indo-Pasifik AS, kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS pada 10 April.

“Tindakan agresif Tiongkok di dekat Taiwan bukanlah sekadar latihan; itu adalah simulasi perang sungguhan,” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa perang Taiwan bisa memicu “risiko proliferasi di antara negara pemilik senjata nuklir … serta peringatan peluncuran minimal di antara negara tersebut.”

Dampaknya ke ekonomi juga besar—perang diperkirakan dapat memangkas 25% Produk Domestik Bruto (PDB) Asia, dan 10–12% PDB Amerika Serikat. Ia bahkan memperkirakan bisa terjadi hingga 500.000 “kematian karena putus asa” di AS, meskipun tidak menyebutkan rentang waktunya.

Paparo menyinggung pelanggaran "zona abu-abu” Tiongkok saat menjawab pertanyaan Senator Jacky Rosen tentang “seringnya sabotase terhadap kabel internet.”

Paparo menyebut dua langkah yang bisa diambil: pertama, mengumpulkan intelijen yang cukup agar bisa mendahului ke lokasi perkiraan pemotongan kabel guna mencegah sabotase; kedua, AS dapat membantu membangun jaringan alternatif yang lebih sulit disabotase—misalnya dengan menempatkan infrastruktur di orbit bumi rendah dan menengah.

Kabel jadi sasaran

Kabel bawah laut kini menjadi salah satu sasaran utama dalam upaya tekanan Tiongkok terhadap Taiwan. Taiwan mengoperasikan 14 kabel internasional dan 10 kabel domestik bawah laut, untuk lalu lintas segala hal, dari internet, panggilan telepon, hingga transaksi keuangan lintas negara.

Penuntutan terhadap Wang menjadi langkah hukum dan simbolis penting bagi Taiwan, sebagai upaya menindak pelaku aktivitas zona abu-abu terkait-Beijing yang merusak, meski belum mencapai level konflik bersenjata.

Dalam perkembangan terkait, perusahaan rintisan satelit asal AS akan meluncurkan satelit komunikasi MicroGEO pertama yang khusus melayani Taiwan. Satelit ini lebih sulit disabotase dibanding kabel bawah laut.

Langkah ini bertujuan memperkuat ketahanan Taiwan terhadap kemungkinan pemblokiran informasi oleh Tiongkok jika terjadi invasi, demikian menurut Bloomberg.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *