Keamanan

Pemutusan kabel bawah laut Taiwan menunjuk ke Tiongkok, meniru sabotase di Laut Baltik.

Insiden ini menyerupai serangkaian pemotongan kabel baru-baru ini di Laut Baltik yang dituduhkan kepada Rusia oleh pihak berwenang dari Estonia hingga Swedia.

Seorang pria berdiri di depan kapal AL Taiwan yang berlabuh di Keelung pada tanggal 11 Desember. Taiwan mengatakan telah mendeteksi 53 pesawat militer Tiongkok dan 19 kapal di dekat pulau itu dalam 24 jam terakhir, ketika Beijing mengadakan mobilisasi maritim terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir. [I-Hwa Cheng/AFP]
Seorang pria berdiri di depan kapal AL Taiwan yang berlabuh di Keelung pada tanggal 11 Desember. Taiwan mengatakan telah mendeteksi 53 pesawat militer Tiongkok dan 19 kapal di dekat pulau itu dalam 24 jam terakhir, ketika Beijing mengadakan mobilisasi maritim terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir. [I-Hwa Cheng/AFP]

Oleh Robert Stanley |

Dalam salah satu upaya terbarunya untuk mengintimidasi Taiwan, Tiongkok tampaknya meniru taktik dari buku strategi Rusia di Baltik.

Bulan lalu, operator telekomunikasi utama Taiwan, Chunghwa Telecom, mendeteksi adanya kerusakan pada Trans-Pacific Express Cable, kabel bawah laut yang menghubungkan negara kepulauan ini ke seluruh dunia.

Chunghwa dan penjaga pantai Taiwan, menggunakan radar dan catatan satelit lalu lintas laut, mengatakan bahwa sebuah kapal kargo milik warga Hong Kong dengan awak kapal asal Tiongkok kemungkinan menyeret jangkarnya di atas kabel tersebut.

Shun Xing 39 berbendera Kamerun sering ditemukan merayap perlahan di lautan Asia Timur.

Kapal kargo berbendera Kamerun milik Hong Kong, Shun Xing 39, terlihat di laut; diambil dari video tak bertanggal yang dibuat oleh penjaga pantai Taiwan. Kapal tersebut dicegat penjaga pantai pada tanggal 3 Januari. [AFP]
Kapal kargo berbendera Kamerun milik Hong Kong, Shun Xing 39, terlihat di laut; diambil dari video tak bertanggal yang dibuat oleh penjaga pantai Taiwan. Kapal tersebut dicegat penjaga pantai pada tanggal 3 Januari. [AFP]

Petugas penjaga pantai tidak bisa menaiki kapal itu karena kondisi laut yang tak bersahabat dan mengizinkannya berlayar ke Korea Selatan.

"Analisis terhadap riwayat lintasan kapal tersebut belum dapat mengungkap maksud sebenarnya,” ucap penjaga pantai Taiwan pada tanggal 8 Januari.

"Namun, kemungkinan bahwa kapal berbendera kemudahan Tiongkok terlibat dalam pelecehan zona abu-abu tidak dapat dikesampingkan,” tambahnya, mengacu pada taktik yang tidak cukup dianggap sebagai tindakan perang.

Paksaan Tiongkok

Taiwan sudah mengalami sekitar 30 kali kerusakan pada kabel serat optiknya antara tahun 2017 dan 2023, menurut The New York Times.

Pada bulan Februari 2023, dua jalur telekomunikasi bawah laut yang melayani kepulauan Matsu yang terpencil di Taiwan terputus, sehingga mengganggu komunikasi selama beberapa pekan.

Komisi Komunikasi (Communications Commission) Taipei dan penduduk setempat mengatakan pada saat itu bahwa mungkin kapal penangkap ikan atau kapal pengeruk pasir Tiongkok yang menyebabkan kerusakan.

Insiden ini menyerupai serangkaian pemotongan kabel di Laut Baltik dalam beberapa bulan terakhir yang dituduhkan kepada Rusia oleh pihak berwenang dari Estonia hingga Swedia, sehingga memicu tuduhan bahwa Moskow sedang melancarkan perang hibrida.

Demikian pula, Taiwan menganggap sabotase ini sebagai bagian dari kebijakan Tiongkok untuk memaksa warga Taiwan agar menghentikan perlawanan mereka terhadap pemerintahan Beijing.

Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan, meskipun putusan internasional pada tahun 2016 menyatakan bahwa hal ini tidak memiliki dasar hukum.

Tiongkok mengirim kapal sipil dan militer ke perairan Taiwan hampir setiap hari selama beberapa tahun terakhir sebagai peningkatan tekanan militer terhadap Taipei.

Kabel yang rusak di lepas pantai Taiwan adalah salah satu dari belasan kabel yang membantu menjaga negara ini daring (dalam jaringan).

Kecemasan tentang gelombang serangan pertama oleh Tiongkok akan melibatkan pemutusan komunikasi Taiwan, pulau yang terletak sekitar 177 km di lepas pantai timur Tiongkok ini telah berinvestasi dalam cadangan satelit.

'Persiapan untuk blokade mendatang'

Shun Xing 39 dimiliki oleh perusahaan Hong Kong, Jie Yang Trading Limited, yang dipimpin oleh warga Tiongkok.

Meskipun pihak Taiwan tidak dapat menemukan bukti bahwa kapal itu sengaja memotong kabel, insiden ini terjadi jauh dari jalur pelayaran normal.

“Kami tidak akan mengesampingkan kemungkinan Tiongkok menghancurkan kabel itu melalui 'operasi zona [abu-abu]',” ucap seorang pejabat senior penjaga pantai Taiwan kepada CNN.

Tujuan dari tindakan semacam itu adalah “memutus komunikasi internasional Taiwan sebagai bentuk persiapan untuk blokade dan karantina di masa mendatang”.

Selain itu, kapal tersebut mungkin berusaha menyamarkan identitasnya.

Menurut analisis mendalam dari situs web industri perkapalan Lloyd's List Intelligence, kapal itu beroperasi menggunakan tiga identitas digital yang berbeda, mengirimkan sinyal ke radar dan pelacak satelit sebagai Xing Shun 39 berbendera Tanzania, Shun Xing 39 berbendera Kamerun, dan Xing Shun 39 berbendera Kamerun.

Menyiarkan posisinya dengan identitas yang berlainan pada waktu yang berbeda menyebabkan “kebingungan yang signifikan” bagi siapa pun yang mencoba melacak pergerakan kapal, kata Ian Ralby, kepala eksekutif konsultan IR Consilium.

Menyamarkan identitas asli kapal sering kali diabaikan oleh otoritas maritim, tetapi hal ini juga "cara termudah untuk mengenali indikator kegiatan terlarang atau tak diinginkan lainnya”, kata Ralby kepada Lloyd's List.

“Banyak kapal yang terlibat dalam perilaku yang mencurigakan atau meragukan atau secara langsung membahayakan yang diabaikan karena pada dasarnya kita menutup mata terhadap banyak pelanggaran kecil yang tampaknya tak berbahaya ini,” ujarnya.

'Armada bayangan' Rusia

Di Laut Baltik, kesalahan atas insiden pemotongan kabel ditimpakan pada apa yang disebut armada bayangan -- sebuah jaringan kapal tua dengan struktur kepemilikan yang tak jelas yang mengangkut minyak mentah dan produk minyak bumi Rusia meskipun ada sanksi Barat yang diberlakukan setelah invasi Ukraina.

Insiden terbaru terjadi pada 25 Desember, ketika kabel listrik Estlink 2 dan empat kabel telekomunikasi yang menghubungkan Finlandia dan Estonia rusak. Hal ini menyusul serangan lain beberapa pekan sebelumnya yang menargetkan dua kabel telekomunikasi.

Pihak berwenang Finlandia mengatakan bahwa mereka menemukan jejak jangkar yang diseret hampir sejauh 110 km di dasar laut dan pasukan komando Finlandia menyita sebuah kapal bernama Eagle S karena dicurigai melakukan sabotase.

“Kami mengutuk keras setiap perusakan yang disengaja terhadap infrastruktur penting Eropa,” ujar kepala kebijakan luar negeri Komisi Eropa dan Uni Eropa, Kaja Kallas, dalam sebuah pernyataan bersama pada 26 Desember. “Kapal yang dicurigai itu adalah bagian dari armada bayangan Rusia, yang mengancam keamanan dan lingkungan, sekaligus mendanai anggaran perang Rusia.”

“Kami akan mengusulkan langkah lebih lanjut, termasuk sanksi, untuk mengincar armada ini,” sebut pernyataan itu.

Pemutusan hubungan Estlink terjadi sekitar sebulan setelah dua kabel telekomunikasi terputus di wilayah perairan Swedia di Laut Baltik.

Para pejabat Eropa mengatakan pada tanggal 19 November bahwa mereka mencurigai adanya “sabotase” dan “perang hibrida” yang terkait dengan penyerbuan Rusia ke Ukraina, dilaporkan AFP.

Ketegangan di wilayah Baltik meningkat sejak penyerbuan Rusia ke Ukraina.

Pada September 2022, serangkaian ledakan bawah laut merusak jaringan pipa Nord Stream, yang mengangkut gas Rusia ke Eropa. Penyebabnya masih belum diketahui, sehingga memicu spekulasi dan gesekan geopolitik.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *