Oleh Li Hsian |
Pertarungan antara jet tempur Pakistan buatan Tiongkok dan jet tempur Rafale India buatan Prancis baru-baru ini berdampak pada kemampuan dan taktik pertahanan udara Taiwan, kata para ahli.
Pejabat AS memberi tahu Reuters bahwa pesawat tempur Pakistan buatan Tiongkok menembak jatuh sedikitnya dua pesawat militer India dalam pertempuran udara 7 Mei di wilayah Kashmir -- salah satu pertempuran udara terbesar dalam sejarah modern.
Pakistan diyakini besar menggunakan pesawat J-10 buatan Tiongkok untuk menembakkan rudal udara-ke-udara ke jet tempur India, kata seorang pejabat.
Setidaknya satu jet India yang tertembak jatuh adalah pesawat tempur Rafale buatan Prancis, kata pejabat lainnya.
![Nomor seri BS 001 yang diduga ditemukan di puing pesawat jet Rafale India yang jatuh sama dengan nomor seri jet tempur Rafale pertama yang diterima oleh angkatan udara India. [aviation07101/X]](/gc9/images/2025/05/14/50394-wreck-370_237.webp)
Pakistan mengklaim berhasil menjatuhkan lima pesawat India dalam pertempuran udara.
Jika terkonfirmasi, pertempuran itu menjadi kemenangan tempur pertama seri J-10 atas pesawat tempur generasi 4,5 buatan Barat.
"Komunitas perang udara di Tiongkok, AS, dan sejumlah negara Eropa sangat tertarik untuk mendapatkan sebanyak mungkin fakta lapangan tentang taktik, teknik, prosedur, peralatan yang digunakan, mana yang berhasil dan mana yang tidak," kata Douglas Barrie, anggota senior penerbangan militer di International Institute for Strategic Studies, kepada Reuters.
Spekulasi yang ada berpusat pada pertarungan rudal udara-ke-udara antara PL-15 buatan Tiongkok dan Meteor buatan MBDA dari Eropa yang berpandu radar, kendati belum pasti bahwa kedua rudal tersebut digunakan.
"Boleh dikata senjata tercanggih Tiongkok melawan senjata tercanggih Barat, jika memang rudal itu yang dipakai; kami belum bisa memastikan," kata Barrie.
Meskipun perincian soal pertempuran udara itu masih belum jelas, analis menduga Pakistan menggunakan kombinasi senjata dan taktik "perang sistem" dari Tiongkok, termasuk penggunaan rudal PL-15 dan pesawat peringatan dini.
Pertempuran itu bukan sekadar duel pesawat dan rudal, kata Su Tzu-yun, direktur Institute for National Defense Strategy and Resources di wadah pemikir INDSR dari Taiwan, kepada Focus.
Dia menekankan peran penting perolehan dan pengiriman informasi perang dalam waktu nyata serta integrasi lintas-platform.
Su menyebut penggunaan taktik "penembak A, pemandu B" (penargetan/panduan pihak ketiga) oleh angkatan udara Pakistan sebagai cerminan kemampuan komando dan kendali yang canggih dalam pertempuran modern.
Sekalipun jet tempur Rafale mungkin unggul dalam skenario satu lawan satu, jika terbukti kalah oleh J-10, kuncinya mungkin ada pada prinsip "perang elektronik yang jadi penentu," katanya.
Perang sistem
Koordinasi antara jet J-10C dan pesawat peringatan dini Tiongkok menarik perhatian Taiwan.
Taiwan telah meningkatkan beberapa jet F-16 ke varian F-16V, kata Su.
Jet tempur ini dilengkapi radar pindai elektronik aktif APG-83 buatan AS yang memberinya keunggulan dalam avionik dan peperangan elektronik dibandingkan seri J-10.
Namun, koordinasi antara jet tempur dan pesawat peringatan dini, serta konsep perang sistem, harus diperkuat, katanya.
Taiwan harus mempercepat konstruksi jaringan terpadu simpul operasi dan tautan data, katanya, menambahkan bahwa perang modern tidak hanya memerlukan kemampuan terbang dan tempur tetapi juga keawasan situasi dalam waktu nyata dan operasi gabungan.
Weng Chia-min, mantan komandan skuadron pesawat peringatan dini angkatan udara Taiwan, bersama pengamat militer Chu Ko-fengyun pada 12 Mei menulis artikel yang menyatakan bahwa pesawat peringatan dini adalah inti sistem pertahanan udara Taiwan.
"Taiwan berada di posisi defensif, dengan pasukan yang jauh lebih sedikit daripada Tiongkok, jadi sangat perlu pesawat peringatan dini untuk pengawasan udara 24 jam," mereka menulis.
Kedua penulis mendesak pemerintah agar segera membeli atau menyewa enam hingga delapan pesawat peringatan dini canggih E-2D baru dari Amerika Serikat untuk menutup celah peringatan dini pertahanan udara.
Taiwan pada bulan Februari lalu mengajukan permintaan resmi ke Washington untuk membeli enam E-2D Advanced Hawkeyes guna menggantikan armada E-2K yang sudah tua.