Oleh Wu Qiaoxi |
Malaysia tiba-tiba memperketat pengawasan ekspor atas chip kecerdasan buatan (AI) berkinerja tinggi buatan AS, dalam upaya menghentikan jalur penyelundupan yang kian berkembang menuju Tiongkok.
Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia pada 14 Juli mengumumkan aturan baru yang mewajibkan izin perdagangan strategis untuk setiap ekspor chip AI canggih.
Perusahaan maupun individu kini diwajibkan menyampaikan pemberitahuan 30 hari di muka kepada pemerintah serta melaporkan dugaan penyalahgunaan, langkah yang secara efektif menutup celah regulasi yang diduga memungkinkan ribuan prosesor buatan AS sampai ke Tiongkok.
“Malaysia tegas menolak segala upaya untuk menghindari pengendalian ekspor atau aktivitas perdagangan ilegal oleh individu atau perusahaan mana pun. Mereka akan menghadapi tindakan hukum tegas jika terbukti melanggar Undang-Undang Perdagangan Strategis (STA) 2010 atau peraturan terkait,” ujar Kementerian memperingatkan dalam pernyataannya.
![Logo NVIDIA dan chip AI terlihat dipajang di Hangzhou, Tiongkok, 10 April. Chip buatan AS seperti ini telah diselundupkan ke Tiongkok melalui Asia Tenggara. [Long Wei/CFOTO via AFP]](/gc9/images/2025/08/01/51356-afp__20250410__i1744302053911__v1__highres__illustrationnvidiachip-370_237.webp)
Langkah ini diambil di tengah upaya Washington untuk mengekang ambisi AI Beijing.
Pemerintahan Trump pada 4 Juli mengusulkan aturan baru untuk membatasi pengiriman chip canggih ke Malaysia dan Thailand, yang diduga digunakan sebagai jalur penyelundupan ke Tiongkok.
Penyelundupan berskala besar
Penyelundupan chip AI ke Tiongkok sangat marak, terutama melalui negara-negara Asia Tenggara, menurut sejumlah pakar.
Pada Januari 2025, otoritas Singapura menangkap tiga orang atas tuduhan memalsukan destinasi akhir pengiriman server AI senilai US$390 juta yang mengandung chip NVIDIA ke Malaysia, menurut laporan yang diterbitkan Center for a New American Security (CNAS) pada bulan Juni.
Dalam salah satu kasus penyelundupan yang melibatkan Malaysia, seorang perantara asal Malaysia membantu sebuah perusahaan Tiongkok yang mencari chip dengan mendirikan perusahaan cangkang di Malaysia, lengkap dengan situs web bisnis dan alamat email lokal, menurut laporan tersebut.
Perantara ini juga menyewa ruang di pusat data Malaysia untuk menyimpan chip sementara dan mengelabui para pengawas sebelum mengirimnya ke Tiongkok setelah beberapa minggu.
Penyelundupan chip AI ke Tiongkok pada tahun 2024 diperkirakan berkisar antara 10.000 hingga beberapa ratus ribu unit, dengan estimasi median sekitar 140.000 GPU NVIDIA yang diselundupkan, menurut laporan tersebut.
Seorang penyelundup dilaporkan mengirim 2.400 unit NVIDIA H100 senilai US$120 juta kepada pelanggan di Tiongkok dengan menggunakan perusahaan cangkang dan label palsu.
Para penyelundup yang sering berbasis di Asia Tenggara ini menggunakan perusahaan cangkang dan operasi kedok untuk membawa chip melintasi perbatasan, menurut laporan tersebut. Mereka juga memakai taktik seperti mengubah label chip menjadi mainan atau teh serta memanfaatkan berbagai jalur pengiriman.
“Para pelaku kejahatan menggunakan berbagai metode ini untuk menyelundupkan berbagai jumlah chip, mulai dari pesanan kecil hingga pengiriman besar senilai ratusan juta dolar,” menurut laporan CNAS.
"Sudah diterima luas oleh para pembeli dan penjual chip AI di Tiongkok bahwa penyelundupan chip AI buatan AS dalam skala besar memang terjadi," tambah laporan tersebut.
Diperlukan penegakan hukum yang tegas
Malaysia, dengan industri pusat data yang berkembang pesat dan kedekatannya dengan jalur pelayaran utama, telah menjadi titik perantara yang strategis.
Laporan Cushman & Wakefield pada bulan Juni memproyeksikan Malaysia akan memiliki konsolidasi kapasitas pusat data tercepat di kawasan Asia-Pasifik hingga 2030, mengungguli Thailand dan Jepang.
Menteri Perdagangan Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, mengatakan pada 15 Juli bahwa pihak berwenang belum menemukan bukti adanya penyelundupan chip AI dalam skala besar.
Ia menegaskan "investigasi masih terus berlanjut" dan berjanji, bahwa pemerintah "pasti akan mengambil tindakan" jika ditemukan pelanggaran, menurut Malay Mail.
Namun demikian, jaringan penyelundup cepat beradaptasi dengan mendirikan perusahaan kedok dan dengan mudah menyembunyikan pengiriman ilegal, sementara aparat penegak hukum sering kesulitan mengikuti langkah mereka.
Laporan CNAS memperingatkan bahwa, kecuali penegakan hukum ditingkatkan, chip ilegal akan terus mengalir deras.
“Tantangan penyelundupan chip AI berskala besar, kemungkinan tidak akan hilang dengan sendirinya: karena seiring meningkatnya kemampuan chip AI buatan AS, permintaan pasar gelapnya juga pasti akan terus bertambah.”