Oleh Jarvis Lee |
Kecerobohan Tiongkok dalam mengejar kapal Filipina pada Agustus lalu berakhir dengan dua kapal Tiongkok saling bertabrakan di depan mata awak Filipina.
Insiden itu terjadi tanggal 11 Agustus ketika Penjaga Pantai Filipina (PCG) mengawal kapal-kapal yang mengantar pasokan dan bantuan bagi nelayan lokal dekat Karang Scarborough. Video dramatis yang dirilis Manila memperlihatkan kapal Penjaga Pantai Tiongkok (CCG) 3104 menembakkan meriam air ke kapal patroli BRP Suluan sebelum mempercepat pengejaran.
Pengejaran ceroboh, berujung fatal
Saat mengejar, kapal CCG bermanuver memotong jalur kapal Filipina, tetapi justru menabrak kapal perusak Angkatan Laut Tiongkok Guilin (nomor lambung 164). Benturan itu menghancurkan haluan kapal CCG hingga tak layak berlayar.
Insiden itu “dilaporkan menewaskan dua awak CCG,” tulis Senator Filipina Panfilo Lacson di X.

![Kapal perusak berpeluru kendali USS Higgins, difoto di Laut Filipina pada 24 April, melaksanakan operasi kebebasan navigasi dekat Karang Scarborough pada 13 Agustus. [Kira Ducato/Korps Marinir AS]](/gc9/images/2025/09/03/51791-uss_higgins-370_237.webp)
Namun, kematian tersebut belum terkonfirmasi.
Awak kapal Tiongkok masih terlihat sesaat sebelum benturan, tetapi mereka tidak merespons ketika kapal Filipina menawarkan bantuan, kata juru bicara PCG, Komodor Jay Tarriela.
Manuver berisiko kapal Tiongkok yang lebih kecil itulah yang menyebabkan tabrakan, tambahnya. BRP Suluan yang tengah memasok nelayan sempat “ditembak dengan meriam air,” tetapi berhasil menghindar.
Aksi kedua kapal Tiongkok itu “menimbulkan bahaya serius” dan menyebabkan tabrakan, kata Kementerian Luar Negeri Filipina pada 12 Agustus, menuduh mereka melakukan “manuver berbahaya” dan “campur tangan ilegal.”
Hingga kini pihak Tiongkok belum mengakui tabrakan tersebut. Juru bicara CCG Gan Yu hanya mengonfirmasi adanya konfrontasi, menyebut Tiongkok “mengambil langkah yang diperlukan… untuk mengusir kapal Filipina” dan menegaskan Beijing sedang menjaga karang yang mereka sebut sebagai “Huangyan Dao.”
Titik panas sejak tahun 2012
Karang Scarborough, rantai segitiga karang dan batu sekitar 120 mil laut di barat Luzon, menjadi titik panas sejak Tiongkok mengambil alih pada tahun 2012. Meski tribunal Den Haag pada tahun 2016 memutuskan klaim Beijing atas Laut Tiongkok Selatan tak berdasar, Tiongkok tetap memegang kendali de facto dengan menempatkan kapal penjaga pantai dan menghalangi nelayan Filipina.
Tiongkok berulang kali bentrok dengan sejumlah negara tetangganya dalam sengketa maritim, termasuk menggunakan meriam air atau menabrak kapal asing.
Lima hari setelah tabrakan, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok, Jiang Bin, malah menuduh Manila memprovokasi dan mengatakan Beijing siap mengambil “tindakan balasan yang diperlukan.”
Peran langka Angkatan Laut Tiongkok
Keterlibatan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLAN) dalam tabrakan ini cukup mengejutkan, tulis M. Reece Breaux, peneliti di think tank Foundation for Defense of Democracies, di The Diplomat.
Kapal perang PLAN "jarang sekali turun tangan langsung dalam aksi-aksi koersif fisik"; perannya biasanya sebatas mendukung kapal penjaga pantai dari belakang. Karena itu, kasus ini menonjol karena Angkatan Laut ikut terlibat di garis depan—sesuatu yang dianggap sangat tidak biasa dalam operasi yang oleh PLA disebut sebagai ‘perlindungan hak maritim.’”
Breaux menulis, Tiongkok kemungkinan mengerahkan Guilin untuk membalas Filipina atas langkah-langkah terakhir, termasuk pemberian dukungan pada nelayan dan pernyataan Presiden Ferdinand Marcos Jr. bahwa Manila tak bisa “netral” jika konflik di Selat Taiwan pecah. Insiden ini menunjukkan taktik Tiongkok yang “agresif, tidak profesional, dan meresahkan stabilitas" dapat memicu eskalasi dengan cepat.
Citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan kapal CCG itu sedang diperbaiki di pangkalan angkatan laut Yulin di Pulau Hainan, lapor Reuters tanggal 27 Agustus.
AL AS dekati lokasi, bantah klaim Tiongkok
Pada 13 Agustus, kapal perusak AS USS Higgins dan kapal tempur pesisir USS Cincinnati mendekati lokasi tabrakan. Tiongkok kemudian mengklaim Higgins telah “secara ilegal menerobos” perairan Karang Scarborough dan Komando Teater Selatan mereka telah “memperingatkan dan mengusir” kapal itu.
Namun, juru bicara Armada Ketujuh AS, Sarah Merrill, membantah: “Pernyataan Tiongkok tentang misi ini tidak benar… Amerika Serikat membela haknya untuk terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan, seperti yang dilakukan USS Higgins di sini. Apa pun yang dikatakan Tiongkok tidak akan menghalangi kami.”
Manila dan Washington memiliki perjanjian pertahanan bersama.
Reaksi atas tabrakan
Pengamat internasional menyampaikan keprihatinan atas tabrakan kapal Tiongkok ini dan dampak yang ditimbulkannya.
“Menurut saya, pengerahan kapal perusak oleh Tiongkok untuk mengancam dan menabrak kapal Filipina sudah merupakan eskalasi besar,” kata Denny Roy dari East-West Center di Hawaii kepada Philippine Daily Inquirer.
Ketegangan di Laut Tiongkok Selatan “seperti bubuk mesiu” yang akan langsung meledak jika salah satu kapal Tiongkok itu menabrak kapal Filipina, kata Su Tzu-yun, Direktur Institute of National Defense Strategy and Resources di Taiwan, kepada Epoch Times.
“Selama hampir 11 tahun, Tiongkok Komunis terus-menerus melakukan manuver yang melanggar aturan internasional. Kini hal itu malah merusak kapalnya sendiri, membuktikan taktik perundungan mereka salah,” ujarnya.
Manila tak gentar.
Setelah insiden itu, Presiden Marcos menyatakan kapal patroli negaranya akan “terus hadir” di kawasan tersebut guna membela dan menegakkan hak kedaulatan Manila.
