Oleh Tai Lu |
Sebuah dokumen militer Rusia yang bocor mengungkap sejauh mana bantuan Rusia terhadap rencana Tiongkok untuk menyerang Taiwan.
Royal United Services Institute (RUSI) di London pada bulan September mengungkap sebuah dokumen yang memperinci peningkatan kerja sama militer Rusia–Tiongkok.
Moskow sepakat membantu Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok dalam melatih pasukan lapis baja lintas udara dan memasok senjata serta perlengkapan terkait.
Kelompok peretas Black Moon memperoleh dan membocorkan dokumen setebal 800 halaman itu. Dokumen tersebut berisi kontrak, daftar perlengkapan, dan alur komunikasi. Pada tahun 2023, Rusia menyetujui penjualan seperangkat kendaraan lintas udara untuk satu batalion beserta sistem pelatihan kepada Tiongkok dan berkomitmen membantu integrasinya ke unit lintas udara PLA, demikian yang terungkap dalam dokumen itu.
![Pasukan elite udara Tiongkok berkumpul saat parade militer di pangkalan latihan Zhurihe di Mongolia Dalam, menandai ulang tahun ke-90 Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok pada 30 Juli 2017. [Li Gang/Xinhua via AFP]](/gc9/images/2025/10/08/52333-afp__20170730__xxjpbee000938_20170730_tppfn0a001__v1__highres__pla90chinainnermongol-370_237.webp)
Dokumen itu menunjukkan Moskow “memperlengkapi dan melatih pasukan khusus Tiongkok untuk menyusup ke wilayah negara lain tanpa terdeteksi, menawarkan opsi serangan terhadap Taiwan, Filipina, dan negara-negara kepulauan lain di kawasan.”
Transfer perlengkapan Rusia
Sistem utama yang dicakup perjanjian meliputi 37 kendaraan serbu ringan amfibi BMD-4M, 11 meriam anti-tank swagerak Sprut-SDM1, 11 kendaraan pengangkut personel lapis baja lintas udara BTR-MDM Rakushka, serta beberapa kendaraan komando dan pengamatan, kata RUSI.
Semua kendaraan akan disesuaikan agar kompatibel dengan jaringan komunikasi dan komando Tiongkok serta diuji untuk interoperabilitas elektromagnetik.
Perjanjian itu menyediakan Tiongkok dengan sistem parasut khusus Dalnolyot — yang mampu menjatuhkan muatan hingga seberat 190 kg dari ketinggian sampai 9.754 meter dan dapat meluncur 30 sampai 80 km tergantung berat muatan. Dengan sistem ini, kemampuan PLA untuk menyisipkan tim pasukan khusus secara jarak jauh akan meningkat tajam.
Implikasi strategis bagi Taiwan
Keputusan Moskow mencerminkan upayanya mengumpulkan dana untuk perang di Ukraina seraya secara strategis menguatkan ikatan dengan Beijing melalui teknologi militer bersama, kata para analis.
Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke negara tetangganya pada Februari 2022.
Kerja sama Tiongkok–Rusia berpotensi mempersulit strategi regional AS dengan menarik Tiongkok lebih dalam ke konflik Selat Taiwan, kata para analis.
“Ancaman itu nyata,” kata Tony Hu, mantan pejabat Departemen Pertahanan AS dan purnawirawan letnan kolonel, dalam wawancara dengan Focus. “Rusia memberikan pengalaman operasional dan kemampuan teknis yang selama ini kurang dimiliki Tiongkok,” tambahnya.
Hu menyebut sistem Dalnolyot sebagai contoh, menjelaskan kemampuan airdrop dari ketinggian tinggi dan pembukaan parasut rendah memungkinkan pasukan khusus Tiongkok menyusup ke target di Taiwan dan berkoordinasi dengan jaringan orang dalam yang sudah ada. “Ini adalah keterampilan yang belum dimiliki PLA, tetapi sangat berguna dalam skenario invasi Taiwan,” ujarnya.
Kedalaman dan frekuensi latihan militer bersama Tiongkok–Rusia telah meningkat secara bertahap, dengan lokasi latihan “bergerak lebih dekat ke Taiwan,” kata Lai I-Chung, anggota dewan penasihat di Taiwan Thinktank.
Badan keamanan Taiwan semakin mewaspadai keterlibatan Rusia, karena “Rusia masih unggul dalam operasi lintas udara dan prosedur komando-dan-kontrol,” yang bisa menjadi model berharga bagi modernisasi pasukan lapis udara Tiongkok, katanya kepada Focus.
Tantangan dan keterbatasan
Kemitraan strategis “tanpa batas” Tiongkok–Rusia di bawah tujuan anti-AS bersama kini efektif berkembang menjadi “semi-aliansi,” kata Chen Yu-Hua, asisten profesor studi Tiongkok di Akita International University di Akita, Jepang. Kerja sama strategis kedua negara kini bahkan mencakup pelatihan bersama dalam bahasa Rusia.
Namun, Chen menekankan Tiongkok masih menghadapi banyak tantangan dalam setiap potensi konflik Taiwan, tidak hanya soal kesiapan peralatan, tetapi juga dalam menghadapi respons AS dan Jepang, persaingan internal partai, serta kurangnya pengalaman PLA sejak perang Tiongkok–Vietnam 1979.
Sejauh mana rakyat Tiongkok bersedia menanggung biaya perang masih tidak pasti, terutama karena sebagian besar keluarga hanya diperbolehkan memiliki satu anak sejak tahun 1980 sampai 2016.
Tiongkok mungkin berupaya meniru taktik serbuan lintas udara kilat ala Rusia dengan bantuan Rusia, kata Shen Ming-Shih, anggota peneliti di Institute for National Defense and Security Research Taiwan, kepada Up Media.
Namun, unit lintas udara PLA masih relatif kecil, sangat bergantung pada pesawat angkut besar, dengan daya tembak darat yang terbatas setelah mendarat, tambahnya.
Selain itu, Taiwan sudah menerapkan tindakan pencegahan di lapangan terbang dan kawasan dengan elevasi tinggi, katanya.
Mengingat keterbatasan bahan bakar dan muatan pada helikopter, Shen menambahkan bahwa jika Tiongkok menggunakan kapal amfibi sebagai platform peluncuran, mereka akan sangat terekspos terhadap rudal anti-kapal jarak jauh dan sistem pertahanan udara Taiwan.
![Bendera Rusia dan Tiongkok berkibar di atas kendaraan saat pemeriksaan pasukan setelah Latihan Vostok-2018, menyoroti kerja sama lebih lanjut antara kedua negara. [Kantor Eksekutif Presiden Rusia/wikimedia]](/gc9/images/2025/10/08/52332-vostok-2018_military_manoeuvres__2018-09-13__51-370_237.webp)