Keamanan

Pelanggaran maritim Tiongkok terlama di perairan sengketa Senkaku meningkatkan ketegangan

Kehadiran kapal Penjaga Pantai Tiongkok selama 92 jam (rekor baru) di dekat Kepulauan Senkaku meningkatkan ketegangan antara Tokyo dan Beijing.

Foto udara 15 September 2010 ini menampilkan kepulauan yang disengketakan, dinamai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di Tiongkok, di Laut Tiongkok Timur. [Jiji Press/AFP]
Foto udara 15 September 2010 ini menampilkan kepulauan yang disengketakan, dinamai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di Tiongkok, di Laut Tiongkok Timur. [Jiji Press/AFP]

Oleh Focus |

Pada bulan Maret, selama 92 jam delapan menit, empat kapal Pasukan Penjaga Pantai Tiongkok berada di perairan teritorial Jepang dekat kepulauan sengketa Senkaku, yang merupakan pencerobohan terlama sejak Tokyo menasionalisasi kepulauan itu pada 2012.

Pelanggaran wilayah mulai terjadi pada 21 Maret dini hari, ketika dua kapal bersenjata milik Penjaga Pantai Tiongkok memasuki area itu sekitar pukul 02.00, diduga mengejar kapal nelayan Jepang. Keesokan harinya, dua kapal bersenjata lainnya menyusul.

Pada 24 Maret larut malam, Penjaga Pantai Jepang mengumumkan bahwa mereka berhasil memaksa kapal Penjaga Pantai Tiongkok keluar dari wilayah tersebut sekitar pukul 22.04.

Insiden maritim ini bertepatan dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi di Tokyo untuk menghadiri Pertemuan Trilateral Menteri Luar Negeri Tiongkok-Jepang-Korea Selatan ke-11.

Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, menyuarakan keprihatinannya atas aktivitas kapal Tiongkok di dekat Kepulauan Senkaku, dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut "jelas meningkatkan ketegangan." Dia menyampaikan kekhawatiran ini kepada Wang dalam pertemuan mereka di Tokyo pada 22 Maret.

Seorang anggota parlemen oposisi Jepang yang menanyai Iwaya dalam sidang parlemen, menyebut kehadiran kapal Tiongkok itu "sangat tidak pantas," demikian menurut laporan Kyodo News pada 25 Maret.

Menanggapi insiden tersebut, juru bicara Penjaga Pantai Tiongkok, Liu Dejun, mengklaim bahwa Kepulauan Diaoyu dan sejumlah pulau kecil di sekitarnya pada dasarnya adalah wilayah Tiongkok.

"Kami mendesak pihak Jepang untuk segera menghentikan semua aktivitas ilegal di perairan ini," kata Liu dalam sebuah pernyataan.

Taktik “Zona Abu-Abu”

Rekor sebelumnya untuk pelanggaran Tiongkok di wilayah ini, yang tercatat pada 2023, adalah 80 jam 36 menit.

Ketegangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini kembali memanaskan hubungan antara Tiongkok dan Jepang, menyoroti sengketa wilayah mereka.

Kepulauan Senkaku, yang dinamai Kepulauan Diaoyu di Tiongkok, adalah gugusan pulau tak berpenghuni yang terletak sekitar 170 km di timur laut Taiwan di Laut Tiongkok Timur.

Kepulauan ini dikelola oleh Jepang tetapi diklaim oleh Tiongkok dan Taiwan. Berbeda dengan pulau karang kecil berketinggian rendah yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan, Diaoyu/Senkaku menjulang dari dalam laut sebagai serangkaian puncak pegunungan bawah laut.

Bagi Jepang, Kepulauan Senkaku tidak hanya mewakili kedaulatan teritorial, tetapi juga zona maritim strategis yang sangat penting bagi keamanan nasional dan kepentingan ekonomi.

Di sisi lain, Tiongkok memandang klaimnya sebagai bagian dari narasi sejarah yang lebih luas, yang terkait dengan kebangkitannya sebagai kekuatan regional.

Tiongkok menggunakan strategi ganda, berupa pembenaran historis dan taktik “zona abu-abu”, untuk menegaskan klaim teritorialnya atas Laut Tiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan. Sengketa dipandang sebagai urusan kedaulatan yang jadi harga mati, tetapi menghindari konflik militer secara langsung.

"Pimpinan di Beijing memandang paduan taktik ini cukup efektif terhadap semua negara tetangga maritim Tiongkok, termasuk Jepang," kata Isaac B. Kardon, peneliti senior studi Tiongkok di Carnegie Endowment for International Peace, dalam sidang kongres AS pada 2024.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *