Oleh AFP dan Focus |
BEIJING -- Tongkang raksasa baru milik Tiongkok yang terlihat di lepas pantai selatannya dapat digunakan untuk mendaratkan peralatan berat dan ribuan personel jika terjadi invasi ke Taiwan, kata analis pertahanan.
Memo NAVWARCOL AS mengungkap senjata potensial Beijing yang baru—tongkang yang dapat disambung hingga membentuk dermaga sepanjang 820 meter dari laut dalam ke daratan.
Karena tongkang itu memiliki kaki lipat yang dapat sampai ke dasar laut, NAVWARCOL menyatakan bahwa itu dapat membentuk jembatan untuk pendaratan personel dan "ratusan kendaraan" per jam ke Taiwan, yang diklaim Tiongkok sebagai bagian wilayahnya. Tongkang itu membentuk dermaga tempat kapal menurunkan kendaraan, sehingga dapat langsung melaju ke pantai.
"Tongkang itu jelas untuk mendukung invasi amfibi ke Taiwan," kata Wen-Ti Sung, peneliti non-residen di Global China Hub, Atlantic Council, kepada AFP.
![Citra satelit memperlihatkan tongkang Tiongkok melakukan latihan pendaratan amfibi di Zhanjiang, Provinsi Guangdong, dari 4 hingga 11 Maret. [Planet Labs PBC/AFP]](/gc9/images/2025/04/09/49937-sat_image-370_237.webp)
Skenario potensi invasi Tiongkok ke Taiwan sejak dulu mengasumsikan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Beijing terpaksa menggunakan kapal pendarat amfibi kecil untuk mencapai daratan.
Hanya sedikit pantai di Taiwan yang cocok untuk pendaratan amfibi skala besar—memberi Taipei keunggulan penting dalam pertahanan pulau itu.
"Tongkang ini memungkinkan pasukan Tiongkok melakukan pendaratan di medan berat sekalipun di pantai Taiwan," kata Sung.
Hal ini, imbuhnya, "memperbanyak pilihan lokasi pendaratan bagi militer Tiongkok, dan memperlemah pertahanan Taiwan."
Pantai barat Taiwan, yang terdekat ke Tiongkok, dijaga ketat dan sulit diakses. Tongkang tersebut memungkinkan Tiongkok menargetkan bagian pantai yang lemah penjagaannya sekalipun medannya berat.
Citra satelit dari Planet Labs PBC yang diperoleh AFP menunjukkan sistem tersebut berada di lepas pantai Kota Zhanjiang, Provinsi Guangdong, Tiongkok, pada akhir Maret.
Dalam acara di TV pemerintah pada 19 Maret yang membahas tongkang itu, komentator militer Wei Dongxu membanggakan kemampuan tongkang itu mendaratkan peralatan berat ke pulau "tanpa kena air."
"Begitu AL dan AU berhasil menguasai udara dan laut, maka... tongkang ini akan muncul," katanya. "Itu menandakan bahwa pendaratan itu merupakan kemenangan besar."
Tiga tongkang lainnya, disebut Shuiqiao ("jembatan air" dalam bahasa Mandarin) oleh para analis, sedang dibangun di Tiongkok selatan, sebut NAVWARCOL AS.
Tongkang yang diproduksi di galangan kapal di Guangzhou ini telah melaut untuk pengujian awal, New York Times melaporkan pada 1 April, mengutip analis citra satelit Jason Wang.
“Dengan segala cara”
Tongkang tersebut "membuktikan keseriusan Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping untuk merebut Taiwan dengan segala cara," kata Andrew Erickson, profesor di Institut Studi Maritim Tiongkok, NAVWARCOL AS, kepada AFP.
"Tiongkok... tidak akan mencurahkan sumber daya buat sistem khusus seperti itu jika tidak berniat merebut Taiwan dengan ancaman—atau menggunakan—senjata."
Tiongkok dapat memanfaatkan industri pembuatan kapalnya yang terkemuka di dunia untuk dengan cepat membangun lebih banyak tongkang dengan biaya murah, kata Erickson.
Beijing meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dan mengadakan sejumlah latihan skala besar di dekat pulau itu yang sering disebut sebagai latihan blokade dan merebut wilayah.
Pejabat AS mengatakan Xi memerintahkan militernya untuk siap menginvasi Taiwan pada 2027.
Beijing pada 1-2 April mengadakan latihan yang disebut sebagai latihan "hukuman" di dekat Taiwan, mengirimkan pesawat dan kapal perang dalam latihan blokade serta serangan terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah mendeteksi 21 kapal perang, 71 pesawat, dan empat kapal penjaga pantai di dekat pulau tersebut. Kapal induk Shandong milik Tiongkok juga turut serta.
Dalam latihan tersebut, yang diadakan kurang dari sebulan setelah Presiden Taiwan Lai Ching-te menyebut Tiongkok sebagai "musuh eksternal," PLA berlatih menyerang "lokasi energi penting" dan pelabuhan, kata militer Beijing.
“Sulit bersembunyi, sulit bertahan”
Namun, terlepas dari sesumbar Beijing, tidak mudah bagi militer Tiongkok untuk menembus pertahanan Taiwan dan menaklukkan pulau itu.
Dan tongkang bukan solusi bagi masalah logistik dalam invasi di masa mendatang.
Tongkang "jelas rentan terhadap serangan dari darat, udara, dan laut," kata NAVWARCOL AS.
"Ada alasan mengapa hal ini jarang dipilih," kata Rorry Daniels, direktur pelaksana Asia Society Policy Institute.
"Tongkang... sulit bersembunyi, sulit dipertahankan, dan lamban."
"Perlu keunggulan kekuatan udara sebelum bisa digunakan, dan saya ragu apakah Beijing mampu menguasai udara Taiwan."
Tongkang itu "tidak dapat menyelamatkan diri sendiri," kata Erickson dari NAVWARCOL AS.
Meski masih dalam tahap uji coba, tongkang itu dapat digunakan untuk mengirim pesan kepada pemimpin Taiwan.
Pesan Beijing, "Kami secara aktif memecahkan potensi masalah bagi invasi skala penuh ke Taiwan," kata Daniels.
"Waspada."