Oleh AFP dan Focus |
Jaringan kejahatan antarnegara yang menjalankan pusat penipuan siber miliaran dolar memperluas ke luar Asia Tenggara. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan bulan April memperingatkan bahwa jaringan ini, yang operasinya digerakkan secara global dengan cepat oleh sindikat Tiongkok dan Asia Tenggara, kini melintasi semua benua.
Geng Tiongkok dan Asia Tenggara ini dilaporkan menghasilkan puluhan miliar dolar setiap tahunnya dengan membidik korban melalui investasi, mata uang kripto, romansa, dan penipuan lain. Operasi mereka mengandalkan pasukan pekerja, banyak di antaranya hasil perdagangan manusia dan dipaksa bekerja dalam kondisi yang menyedihkan di kompleks yang dijaga ketat.
Kegiatan ini sebagian besar terjadi di wilayah perbatasan tanpa hukum di Myanmar dan di "zona ekonomi khusus" di Kamboja dan Laos. Banyak dari kompleks penipuan ini, termasuk KK Park yang terkenal buruk di Myawaddy, Myanmar, awalnya diluncurkan sebagai bagian dari program Belt and Road Initiative (BRI) antara Tiongkok dan Myanmar, dengan dukungan dari kedua pemerintah.
Para pejabat mempromosikannya sebagai zona pembangunan ekonomi, tetapi sindikat kejahatan yang didominasi oleh warga negara Tiongkok segera mengambil alih tempat itu.
![Dugaan pekerja dan korban pusat penipuan beristirahat saat dilakukan penumpasan di perbatasan Myanmar-Thailand pada 23 Februari. Para penipu dilaporkan memaksa orang-orang asing yang diperdagangkan melakukan penipuan daring. [AFP]](/gc9/images/2025/04/28/50168-afp__20250225__36yf2b9__v2__highres-370_237.webp)
"Kami melihat perluasan global dari kelompok kejahatan terorganisasi Asia Timur dan Tenggara," ucap Benedikt Hofmann, pelaksana tugas perwakilan daerah untuk Asia Tenggara dan Pasifik dari Kantor Urusan Narkoba dan Kejahatan PBB (UNODC).
Laporan UNODC memperingatkan bahwa jaringan yang sebagian besar berbahasa Tionghoa ini, yang pernah tumbuh hingga lebih dari 970.000 pengguna dan ribuan vendor yang saling terhubung, kini meluas ke Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan negara-negara kepulauan Pasifik
Ekspansi ini merupakan hasil dari industri yang mencari peluang baru sekaligus strategi "mengantisipasi risiko masa depan di Asia Tenggara," kata Hofmann.
Negara-negara di Asia Timur dan Tenggara rugi sekitar $37 miliar akibat penipuan siber pada tahun 2023, menurut laporan UNODC. Perkiraan kerugian yang jauh lebih besar telah dilaporkan secara global.
Para sindikat baru-baru ini meluas ke Zambia, Angola, Namibia, dan negara-negara kepulauan Pasifik termasuk Fiji, Palau, Tonga, dan Vanuatu.
Peran Tiongkok dalam penyebaran operasi ini di kawasan semakin menarik perhatian. Meskipun media pemerintah Tiongkok pada bulan Januari mengklaim bahwa pihak berwajib sudah "membongkar sepenuhnya" dan menangkap lebih dari 53.000 tersangka tahun lalu, masih banyak korban kerja paksa yang terjebak saat itu.
Momentum nyata baru terjadi pada bulan Januari, ketika polisi menyelamatkan aktor Tionghoa, Wang Xing, dari salah satu kompleks setelah penipu memikatnya dengan tawaran kerja di suatu film. Sebelumnya, Beijing lambat menanggapi masalah ini dan mengalihkan kesalahan kepada "geng Taiwan".
Namun, penyelidikan mengungkap adanya kaitan langsung antara beberapa pemimpin kejahatan dan kalangan usaha dan politik Tiongkok, termasuk peserta BRI Tiongkok seperti She Zhijiang, pengusaha Tionghoa-Kamboja.
Kelambatan menanggapi dari Tiongkok mencerminkan tidak hanya keteledoran namun juga kemungkinan keterlibatan, kata para kritikus.
"Hal ini menyebar bagaikan kanker," ujar Hofmann. "Pihak berwajib mengobati di satu area, tetapi akarnya tidak pernah lenyap, hanya pindah tempat."
Yang tercipta adalah "ekosistem kawasan yang saling terhubung, digerakkan oleh sindikat canggih yang bebas memanfaatkan kerentanan, membahayakan kedaulatan negara, dan mendistorsi serta merusak proses pembuatan kebijakan dan sistem pemerintahan serta institusi lain," Hofmann menambahkan.
Selain memperluas jejak kaki geografi dan jumlah korban, para sindikat juga menganekaragamkan metode pencucian uang mereka. Laporan PBB menyoroti peningkatan kerja sama dengan organisasi kejahatan lain, termasuk kartel narkoba Amerika Selatan, mafia Italia, dan mafia Irlandia.
Pencucian uang melalui kripto
Penambangan gelap mata uang kripto menjadi bagian pokok dari operasi ini. Tidak diatur dan sebagian besar anonim, kripto berfungsi sebagai alat pencucian uang yang efektif.
Pada bulan Juni 2023, pihak berwajib menggerebek situs penambangan kripto di wilayah yang dikendalikan milisi di Libya. Operasi kripto itu, diperlengkapi dengan komputer berdaya tinggi dan unit pendingin, menyebabkan penangkapan 50 warga negara Tiongkok.
Meskipun ada tindakan keras baru-baru ini, PBB memperingatkan bahwa jaringan ini beradaptasi alih-alih menghilang. Tekanan dari pihak berwajib di Asia Tenggara mendorong operasi mereka keluar, tetapi para sindikat terus bergeser dan menyusun kembali.
Penumpasan besar di Myanmar pada awal tahun ini, yang dilaporkan didukung oleh Tiongkok, menyebabkan pembebasan sekitar 7.000 pekerja asing.
Pada 23 April, pihak berwajib mengumumkan pemulangan 920 warga negara Tiongkok yang diduga bekerja di berbagai pusat penipuan.
Tanggapan yang ditingkatkan menyusul tekanan internasional selama berbulan-bulan, menggarisbawahi tidak adanya tindakan Tiongkok sebelumnya dalam krisis yang terkait dengan zona yang pernah mereka bantu promosikan.
Di samping pusat penipuan, ekosistem kejahatan mendapat manfaat dari infrastruktur digital yang dibuat khusus. Para operator mengembangkan aplikasi pembayaran, layanan pesan terenkripsi, dan jaringan mata uang kripto sendiri guna menghindari deteksi di platform arus utama.