Oleh AFP |
Blokade militer Tiongkok terhadap Taiwan memicu kepanikan di seluruh penjuru negeri: semua bank ditutup, keluarga-keluarga mengungsi, berita palsu menyebar, dan pasukan Taiwan bersiaga menghadapi serangan.
Kekacauan di layar kaca menjadi dasar dari serial televisi Taiwan terbaru berjudul Zero Day, yang menurut para penciptanya diharapkan bisa “membangunkan” masyarakat akan ancaman nyata invasi Tiongkok terhadap Taiwan.
Beijing telah lama berikrar untuk mengambil alih Taiwan, dengan kekerasan jika perlu.
Namun, alih-alih mendramatisasi ketegangan di Selat Taiwan, industri film dan televisi Taiwan justru cenderung menghindari topik ini karena khawatir kehilangan akses ke pasar berbahasa Tionghoa terbesar di dunia.
Lo Ging-zim, salah satu dari 10 sutradara yang terlibat dalam "Zero Day", mengatakan perang di Ukraina, kebangkitan Partai Kuomintang yang pro-Tiongkok di Taiwan, serta makin gencarnya upaya Tiongkok memengaruhi pulau itu membuat isu ini tak bisa lagi diabaikan.
“Media di seluruh dunia membicarakan kemungkinan Selat Taiwan menjadi medan pertempuran berikutnya,” kata Lo kepada AFP, merujuk pada tahun 2022 saat gagasan untuk Zero Day pertama kali muncul.
“Semuanya berawal dari sekelompok orang yang sama-sama diliputi rasa khawatir dan cemas, lalu memutuskan untuk berkumpul dan mengambil tindakan.”
"Zero Day", yang menceritakan hari pertama pasukan Tiongkok mendarat di Taiwan, terdiri dari 10 episode mandiri dan dijadwalkan tayang perdana tahun ini.
Trailer-nya menampilkan kekacauan yang meletus di seluruh Taiwan ketika pasukan Tiongkok mengepung pulau itu dengan alasan mencari anggota kru pesawat militer yang hilang di perairan sekitarnya.
Disinformasi Tiongkok membanjiri internet Taiwan, mesin-mesin ATM lumpuh, pasar saham anjlok, dan banyak keluarga meninggalkan rumahnya dalam upaya menyelamatkan diri.
Dalam salah satu adegan serial tersebut, Presiden Taiwan yang sedang menjabat berpidato kepada bangsa di tengah krisis: "Ketika Taiwan menghadapi ujian yang belum pernah terjadi sebelumnya, satu-satunya pilihan... adalah bersatu," ujarnya, sambil memperingatkan "tanpa kebebasan, tidak ada Taiwan."
Pidatonya tiba-tiba dipotong oleh media pemerintah Tiongkok, di mana seorang pembawa acara yang tersenyum mengimbau publik untuk "berhenti melawan" dan melaporkan "aktivis pro-kemerdekaan yang bersembunyi di Taiwan."
"Ancaman nyata perang"
Para analis di dunia nyata telah memperingatkan blokade Tiongkok terhadap Taiwan bisa mendahului invasi, dan militer Tiongkok telah melatih pemutusan akses ke pulau tersebut selama latihan militer.
Taiwan akan kalah perihal persenjataan dalam konflik apa pun dengan Tiongkok dan akan sangat bergantung pada Amerika Serikat serta negara-negara lain untuk membela dirinya.
Produser "Zero Day" Cheng Hsin-mei, yang menulis salah satu episode serial ini, mengatakan dia ingin "membangunkan masyarakat Taiwan terhadap ancaman perang yang nyata."
Dia juga berharap untuk memberi tahu masyarakat internasional bahwa Taiwan bukan bagian dari Tiongkok.
"Kami harus memberi tahu dunia bahwa kami bukan sistem politik yang sama -- kami adalah tempat yang bebas dan demokratis dan kami memilih presiden kami sendiri," kata Cheng.
"Jadi ketika rezim ini meluncurkan tindakan agresi independen, itu bukan perang saudara, itu adalah invasi."
Para aktor pemeran "Zero Day" berasal dari Hong Kong, Jepang, dan Taiwan.
Cheng mengatakan 70 persen orang-orang yang dihubungi untuk serial tersebut menolak ikut serta, karena khawatir akan diblokir dari produksi yang ingin masuk ke pasar Tiongkok.
Aktor Taiwan Kaiser Chuang memerankan seorang pengusaha yang sedang menghadapi kesulitan keuangan dan tanpa sadar menerima bantuan dari kolaborator Tiongkok.
Chuang yakin keterlibatannya dalam "Zero Day" telah membuatnya kehilangan satu peran, tetapi dia teguh menyatakan bahwa serial ini “perlu dibuat.”
"Kehidupan damai, keamanan, dan kebebasan tidak datang melalui rasa takut dan penyerahan diri," kata Chuang, menggambarkan "Zero Day" sebagai "peringatan keras."
“Itu hanya datang dari kewaspadaan yang terus-menerus, membuat diri kita lebih kuat, keterikatan dengan negara dan tanah kelahiran kita, serta persatuan di antara orang-orang yang tinggal di sini.”
"Bukan propaganda politik"
Untuk membuat "Zero Day" lebih realistis, para pencipta berkonsultasi dengan ahli militer dan politik serta syuting adegan penting langsung di lokasi, termasuk kapal perang Taiwan dan Kantor Presiden di Taipei.
Anggota parlemen Lin Chien-chi dari partai oposisi utama yang pro-Beijing, Kuomintang, mengkritik serial ini karena menciptakan "suasana panik" dan terlalu membaurkan "realitas dan fiksi."
“Hal ini langsung menimbulkan spekulasi apakah perspektif pembuatan film dan pemikiran di balik serial ini berkaitan dengan agenda politik partai pemerintah,” kata Lin kepada AFP, merujuk pada Partai Progresif Demokratik.
Meskipun produksi ini menerima pendanaan sebesar $230 juta TWD ($7,6 juta) dari pemerintah dan sektor swasta, sutradara Lo menegaskan ini bukanlah propaganda.
“Kami tidak membuat film propaganda politik, juga bukan video edukasi atau pertahanan sipil — bukan sama sekali,” kata Lo.
"Ini adalah sebuah drama, yang seharusnya menarik penonton melalui sifat manusia, emosi manusia, dan kerentanannya."
Cheng, sang produser, mengatakan ada minat internasional yang besar terhadap serial ini, dan timnya kini tengah bernegosiasi dengan beberapa platform streaming online serta jaringan televisi di seluruh dunia.
"Ini juga cara untuk membuktikan bahwa bahkan tanpa akses ke pasar Tiongkok, drama Taiwan masih bisa menembus daerah lain," pungkasnya.