Kapabilitas

Di tengah ketegangan dengan Tiongkok, Jepang gelar uji coba rudal domestik pertamanya

Dulu terikat prinsip pasifis pascaperang, Jepang kini secara bertahap memperkuat kemampuan pertahanannya untuk menangkal apa yang dianggapnya sebagai sikap militer Tiongkok yang semakin agresif.

Jepang menggelar uji coba rudal permukaan-ke-kapal domestik pertamanya di Hokkaido tanggal 24 Juni. [AFP]
Jepang menggelar uji coba rudal permukaan-ke-kapal domestik pertamanya di Hokkaido tanggal 24 Juni. [AFP]

Oleh Wu Qiaoxi |

Di tengah meningkatnya ketegangan dengan Beijing, Jepang mengambil langkah besar untuk memperkuat pertahanan dalam negerinya, termasuk menggelar uji coba rudal permukaan-ke-kapal domestik pertamanya.

Pada 24 Juni, Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF) menembakkan rudal permukaan-ke-kapal Type 88 dari area latihan Shizunai di Hokkaido bagian utara.

Sekitar 300 prajurit dari Brigade Artileri Pertama turut ambil bagian dalam latihan tersebut, yang membidik sebuah kapal yang telah dinonaktifkan sekitar 40 km lepas pantai selatan Hokkaido, menurut laporan media lokal.

Uji coba tersebut menandai kali pertama peluncuran rudal semacam itu di wilayah Jepang, karena simulasi pertempuran dengan peluru tajam sebelumnya dilakukan di Amerika Serikat atau Australia akibat keterbatasan ruang dan kekhawatiran soal keselamatan.

Anggota Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF) dari Angkatan Darat Wilayah Barat berpose dengan V-22 Osprey. Pesawat terbang militer pertama yang tiba di pangkalan udara baru di Saga, pada 9 Juli. [Angkatan Darat Wilayah Barat JGSDF/x.com]
Anggota Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF) dari Angkatan Darat Wilayah Barat berpose dengan V-22 Osprey. Pesawat terbang militer pertama yang tiba di pangkalan udara baru di Saga, pada 9 Juli. [Angkatan Darat Wilayah Barat JGSDF/x.com]
Jet tempur F-35B Lightning berbaris di dek penerbangan HMS Prince of Wales saat matahari terbit dalam Latihan Nordic Response 24 pada Desember 2024. Kapal induk tersebut, yang saat ini dikerahkan di Indo-Pasifik sebagai bagian dari Operasi Highmast bersama jet tempur F-35B Lightning-nya, diperkirakan akan menggelar latihan bersama dengan Jepang di perairan dekat Tiongkok. [Kementerian Pertahanan Inggris]
Jet tempur F-35B Lightning berbaris di dek penerbangan HMS Prince of Wales saat matahari terbit dalam Latihan Nordic Response 24 pada Desember 2024. Kapal induk tersebut, yang saat ini dikerahkan di Indo-Pasifik sebagai bagian dari Operasi Highmast bersama jet tempur F-35B Lightning-nya, diperkirakan akan menggelar latihan bersama dengan Jepang di perairan dekat Tiongkok. [Kementerian Pertahanan Inggris]

Dengan jangkauan sekitar 100 km, Type 88 merupakan komponen utama dalam pertahanan antikapal Jepang.

Simulasi dengan peluru tajam ini menjadi bukti “upaya Jepang untuk mengembangkan dan memperoleh kemampuan serangan presisi jarak jauh terus mengalami kemajuan yang konsisten, menambah kekuatan Jepang dalam menangkal ancaman dari Tiongkok,” ujar Masafumi Iida, direktur studi keamanan di National Institute for Defense Studies, kepada South China Morning Post (SCMP) pada akhir Juni.

Jepang sedang berupaya meningkatkan kualitas persenjataannya dengan mengembangkan versi jarak jauh dari rudal permukaan-ke-kapal Type 12, yang diperkirakan memiliki jangkauan hingga 1.000 km.

Grant Newsham, senior fellow di Japan Forum for Strategic Studies, menyebut peluncuran tersebut sebagai "upaya yang bijaksana" karena "Jepang kini terjaga" dan mulai memandang serius pertahanannya di tengah peningkatan agresi Tiongkok, seperti yang dilaporkan oleh SCMP.

Meningkatnya ketegangan

Konstitusi Jepang membatasi pasukannya hanya untuk keperluan pertahanan, tetapi sejak mengadopsi Strategi Pertahanan Nasional 2022, Tokyo menyebut Tiongkok sebagai "tantangan strategis terbesar" dan menekankan hubungan yang lebih erat dengan AS.

Ketegangan militer antara Jepang dan Tiongkok telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dengan Beijing memperkuat kehadiran maritim dan udaranya di seluruh Asia Timur.

Pada bulan Juni, kapal induk Tiongkok, Liaoning dan Shandong, untuk pertama kaliny, secara bersama-sama melakukan operasi di kawasan Pasifik, berulang kali melewati dekat kepulauan selatan Jepang.

Selama latihan, sebuah pesawat J-15 Tiongkok yang lepas landas dari Shandong, terbang hanya dalam jarak 45 meter dari pesawat pengintai Jepang, melakukan manuver yang nyaris membahayakan.

Pada 9 Juli, sebuah pesawat pembom JH-7 Tiongkok juga terbang sedekat 30 meter dari pesawat pengawas Jepang lainnya, lapor Kyodo News.

Sementara itu, ketegangan di Laut Tiongkok Timur tetap tinggi.

Pemerintah Jepang mengumumkan pada 10 Juli bahwa sejumlah kapal penjaga pantai Tiongkok telah terlihat di perairan sekitar Kepulauan Senkaku (dikenal sebagai Diaoyu di Tiongkok) selama 234 hari berturut-turut — rekor baru sejak Tokyo menasionalisasi pulau-pulau tersebut pada tahun 2012.

Tokyo menuduh Beijing telah mendirikan bangunan baru di sisi Tiongkok dari garis tengah di Laut Tiongkok Timur, di wilayah yang diduga memiliki cadangan minyak dan gas bersama.

Anggota parlemen Jepang, yang khawatir dengan pembangunan sepihak tersebut, terbang di atas lokasi itu menggunakan pesawat militer pada 29 Juni untuk memeriksa fasilitas tersebut. Mereka kemudian menekankan pentingnya “memastikan sumber daya Jepang tidak dieksploitasi oleh Tiongkok.”

Tiongkok "berusaha mengubah status quo di Laut Tiongkok Timur dan Selatan dengan menggunakan kekuatan," kata Perdana Menteri Shigeru Ishiba dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi JSDF akhir Juni lalu.

“Kita harus memperkuat kekuatan tangkal kita untuk mencegah meluasnya agresi ke wilayah kita,” ujarnya, berjanji akan melanjutkan reformasi pertahanan berdasarkan Strategi Keamanan Nasional.

"Kekuatan tangkal yang lebih kuat"

Dalam langkah besar lain untuk memperkuat pertahanan di wilayah barat daya, Jepang mulai menempatkan armada 17 V-22 Osprey-nya di pangkalan permanen yang baru dibuka di Saga pada 9 Juli.

Armada tersebut sebelumnya ditempatkan untuk sementara waktu di Prefektur Chiba selama lima tahun terakhir. Pemindahan ini mendukung strategi Jepang untuk menghadapi ekspansi maritim Tiongkok dan mengamankan rantai pulau Nansei — wilayah yang sangat strategis karena kedekatannya dengan Taiwan.

Armada Osprey ini akan bekerja sama secara erat dengan Amphibious Rapid Deployment Brigade Jepang untuk meningkatkan mobilitas dan respons krisis.

Penempatan ini "akan berfungsi sebagai kekuatan tangkal yang lebih kuat bukan hanya terhadap Tiongkok, tetapi juga terhadap negara lain," kata seorang pejabat senior JSDF kepada Mainichi Shimbun.

Jepang memperdalam kerja sama militer internasionalnya.

Kapal induk Inggris, HMS Prince of Wales, diperkirakan akan menggelar latihan bersama dengan Jepang di perairan dekat Tiongkok pada bulan Agustus dan September.

Para pengamat mengawasi dengan saksama, apakah jet tempur F-35B Inggris akan mendarat langsung di kapal perusak helikopter Jepang, Kaga — suatu langkah yang akan menandai tonggak baru dalam interoperabilitas aliansi di Indo-Pasifik, seperti dilaporkan The Japan Times pada awal Juli.

Dari uji coba rudal domestik pertamanya hingga meluasnya penempatan pasukan di wilayah barat daya, Jepang bergerak melampaui pasifisme pascaperang dan mengadopsi sikap pertahanan yang lebih proaktif sebagai respons terhadap meningkatnya ambisi regional Tiongkok.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *