Keamanan

Ketegangan dengan Tiongkok dorong Filipina-AS pererat aliansi

Kunjungan Presiden Filipina Marcos ke Washington mempererat kerja sama militer dengan Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump menyambut Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Washington, 22 Juli. [Andrew Caballero-Reynolds/AFP]
Presiden AS Donald Trump menyambut Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Washington, 22 Juli. [Andrew Caballero-Reynolds/AFP]

Oleh Focus |

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengakhiri kunjungan tiga hari ke AS pada 23 Juli, dan kembali ke Manila setelah memperbarui aliansi pertahanan serta mempererat kerja sama militer, untuk menangkal meluasnya pengaruh Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.

Selama kunjungannya, Marcos mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden AS Donald Trump, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth.

“Amerika Serikat selalu menjadi mitra terkuat kami,” kata Marcos, sebagaimana dilaporkan oleh AP tanggal 23 Juli.

Marcos menyatakan Filipina tetap menjalankan kebijakan luar negeri yang independen, tetapi mengakui pentingnya memperkuat kerja sama keamanan dengan Washington.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyambut Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. (kiri) di Washington, 21 Juli. [Saul Loeb/AFP]
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyambut Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. (kiri) di Washington, 21 Juli. [Saul Loeb/AFP]
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berjabat tangan dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Washington, 21 Juli. [Saul Loeb/AFP]
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berjabat tangan dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Washington, 21 Juli. [Saul Loeb/AFP]

Dalam pertemuan dengan Marcos di Pentagon pada 21 Juli, Hegseth memberikan jaminan keamanan AS yang paling tegas dalam beberapa tahun terakhir.

“Bersama-sama, kami meneguhkan komitmen pada Perjanjian Pertahanan Bersama. Pakta ini mencakup serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata, pesawat, atau kapal pemerintah, termasuk Penjaga Pantai kami, di mana pun di kawasan Pasifik, termasuk Laut Tiongkok Selatan,” katanya, sebagaimana dikutip oleh AFP.

Perjanjian Pertahanan Bersama yang ditandatangani tahun 1951 menetapkan Filipina dan Amerika Serikat akan saling mendukung jika salah satunya diserang oleh pihak asing.

Marcos menyebut pertahanan bersama tersebut sebagai "fondasi utama" hubungan antara Filipina dan Amerika Serikat.

Hegseth mengatakan pencegahan adalah fondasi strategi AS di kawasan tersebut.

“Kami tidak ingin berkonflik, tetapi kami selalu siap dan tegas menghadapi segala kemungkinan,” ujarnya, seraya menyerukan aliansi “menerapkan langkah pencegahan dengan perisai perdamaian yang kuat, guna memastikan keamanan dan kemakmuran jangka panjang bagi kita semua.”

Dalam pertemuan terpisah, Rubio dan Marcos menegaskan aliansi "tak tergoyahkan" kedua negara, yang kata mereka krusial bagi perdamaian & stabilitas Indo-Pasifik, menurut ringkasan Deplu AS.

Pemantapan hubungan kerja sama

Kunjungan Marcos menandai kelanjutan upaya pemerintahannya memperkuat hubungan pertahanan tidak hanya dengan AS, tetapi juga dengan mitra sehaluan lainnya seperti Jepang dan Australia.

Pada 2023, Marcos memberikan akses ke pangkalan militer yang lebih luas kepada AS berdasarkan Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) antara kedua negara, serta meningkatkan jumlah latihan militer gabungan, termasuk latihan Balikatan yang digelar awal tahun ini.

Pejabat kedua negara menandatangani EDCA pada 2014.

Salah satu poin hubungan pertahanan yang baru adalah rencana fasilitas produksi dan gudang amunisi bersama di Teluk Subic, lokasi strategis di dekat Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan.

Fasilitas tersebut, yang berada di bekas pangkalan angkatan laut AS, dirancang untuk membantu mengatasi ketiadaan fasilitas penyimpanan amunisi militer AS di wilayah Indo-Pasifik

Didukung oleh para anggota legislatif AS, inisiatif ini merupakan bagian dari program Postur Pertahanan Mandiri Filipina yang disahkan sebagai undang-undang oleh Marcos tahun lalu.

Marcos menyebut program tersebut upaya agar negaranya dapat "berdikari, apa pun situasi yang terjadi di masa depan," demikian laporan Philippine News Agency (PNA) tanggal 23 Juli.

Beijing dengan cepat menyatakan keberatannya.

“Apa pun bentuk kerja sama antara AS dan Filipina, tidak boleh ditujukan pada atau merugikan pihak ketiga mana pun,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, pada 22 Juli.

Meneguhkan komitmen

Selain di bidang keamanan, kunjungan Marcos juga menghasilkan kesepakatan di bidang ekonomi.

Salah satu hasil penting dari kunjungan tersebut adalah penurunan tarif AS atas barang-barang Filipina dari 20% menjadi 19%.

Filipina mendapatkan janji investasi lebih dari US$21 miliar selama kunjungan tersebut, kata Marcos.

Saat kembali ke Manila, Marcos mengatakan kunjungannya menunjukkan “betapa luas dan dalamnya” aliansi antara AS dan Filipina.

“Kami menegaskan kembali komitmen bersama untuk memperkuat aliansi jangka panjang serta mengembangkan perekonomian demi kesejahteraan rakyat dan demi kepentingan nasional,” ujarnya.

Mantan anggota parlemen dan ekonom Filipina, Joey Salceda, menyebut penegasan komitmen AS dalam Perjanjian Pertahanan Bersama sebagai "pernyataan paling lugas dan komprehensif yang pernah dikeluarkan oleh pejabat AS."

Dia memuji pernyataan Hegseth mengenai perjanjian itu sebagai bagian dari paket kerja sama pertahanan dan investasi paling komprehensif yang diperoleh Filipina, demikian laporan PNA 26 Juli.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *