Oleh Focus |
Presiden Ferdinand Marcos mengunjungi India pekan lalu, menegaskan komitmen Manila untuk terus meningkatkan kerja sama pertahanan dengan para sekutu, setelah serangkaian bentrokan dengan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan.
Marcos disambut karpet merah dan jajar kehormatan di Rashtrapati Bhavan pada 4 Agustus. Dalam kunjungan kenegaraan lima hari itu, dia mengadakan pembicaraan keamanan dan perdagangan dengan PM India Narendra Modi di New Delhi, serta bertemu para pemimpin bisnis di Bangalore.
Pada 5 Agustus, kedua pemimpin menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis — paket kerja sama yang mencakup bidang pertahanan, keamanan, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga pariwisata, menurut pernyataan resmi pemerintah Filipina.
“Perjanjian bersejarah ini menandai langkah penting dalam perluasan hubungan Filipina-India melampaui sektor yang biasa,” bunyi pernyataan itu.
![Presiden Filipina Ferdinand Marcos (kanan) berjabat tangan dengan PM India Narendra Modi di New Delhi pada 5 Agustus. Kunjungan Marcos bertujuan memperkuat hubungan pertahanan dan strategis kedua negara di tengah ketegangan dengan Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. [Sajjad Hussain/AFP]](/gc9/images/2025/08/13/51514-afp__20250805__68qn9qr__v3__highres__topshotindiaphilippinesdiplomacydefence-370_237.webp)
![Kapal perang Filipina dan India berlayar dalam formasi di Laut Filipina Barat, sementara helikopter Angkatan Laut India terbang di atasnya, menunjukkan kekuatan maritim gabungan dalam Kegiatan Kerja Sama Maritim bilateral. [PFC Carmelotes PN(M)/Angkatan Bersenjata Filipina]](/gc9/images/2025/08/13/51515-joint_exercise-370_237.webp)
![Personel Angkatan Laut Filipina di atas BRP Miguel Malvar (FFG-06) memberi hormat kepada rekan mereka dari India di atas INS Delhi (D61) saat latihan passex di laut. [Edward Bungubung/Angkatan Bersenjata Filipina]](/gc9/images/2025/08/13/51517-brp_miguel_malvar-370_237.webp)
“Hubungan ini berlandaskan cita-cita untuk menciptakan kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan inklusif,” kata Marcos dalam pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Filipina juga telah menandatangani kemitraan strategis dengan Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Vietnam.
"Nilai-nilai yang sama"
Perjanjian bersejarah antara Filipina dan India ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok di Asia-Pasifik.
Beijing mengklaim hampir seluruh Laut Tiongkok Selatan — jalur perdagangan utama dunia — meski ada putusan internasional yang menyatakan klaim itu tidak memiliki dasar hukum.
Klaim Tiongkok itu memicu konfrontasi dengan Filipina dan negara pengklaim lain, termasuk Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
Perjanjian pertahanan terbaru ini berfokus pada peningkatan kerja sama antara militer Filipina dan India — mencakup matra darat, laut, dan udara.
“India dan Filipina adalah sahabat karena pilihan, dan mitra karena takdir,” kata Modi kepada Marcos. “Dari Samudra Hindia hingga Pasifik, kita disatukan oleh nilai-nilai yang sama.”
Marcos menyebut perkembangan ini sebagai bukti “perkembangan luar biasa” hubungan kedua negara yang telah terjalin selama 75 tahun.
Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Año menyebut kunjungan ini sebagai “tonggak sejarah” yang menegaskan “komitmen bersama untuk stabilitas kawasan, ketahanan ekonomi, dan tatanan internasional berbasis aturan,” menurut The Philippine Star pada 12 Agustus.
Año menambahkan, kunjungan ini menunjukkan tekad Filipina untuk bekerja sama dengan mitra sehaluan demi menjaga perdamaian dan mendorong kemakmuran di Indo-Pasifik.
Pertahanan Laut Tiongkok Selatan
Kunjungan ini bertepatan dengan Kegiatan Kerja Sama Maritim pertama antara angkatan laut Filipina dan India pada 3–4 Agustus. Operasi dua hari itu melibatkan kapal perang India yang berpatroli bersama kapal Filipina di Laut Filipina Barat, bertujuan meningkatkan kemampuan kerja sama dan kesadaran maritim.
Año mengatakan aliansi seperti ini memperkuat kemampuan Filipina melindungi kedaulatan dan yurisdiksinya di kawasan itu.
Dia berharap akan ada “kerja sama angkatan laut yang lebih luas, pelatihan bersama, pertukaran teknologi, dan kolaborasi” di bidang keamanan siber, penanggulangan bencana, dan infrastruktur bawah laut, seperti dikutip The Philippine Star.
Filipina juga menggelar patroli laut di perairan sengketa bersama Amerika Serikat dan sekutu strategis lainnya, termasuk Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Prancis, untuk menjaga kebebasan navigasi dan memperkuat daya tangkal terhadap Tiongkok.
Beijing menuduh Manila “mengajak negara luar membuat masalah” di Laut Tiongkok Selatan.
Modernisasi Militer
Kunjungan Marcos ini juga terkait pembelian sistem rudal jelajah supersonik BrahMos dari India dalam kesepakatan senilai USD 375 juta yang ditandatangani Januari 2022. Pengiriman dimulai pada April 2024, dan pengiriman kedua diterima April 2025.
Pembelian tersebut merupakan bagian Proyek Pengadaan Rudal Pesisir Anti-Kapal AL Filipina.
Angkatan Darat Filipina juga menginginkan BrahMos untuk Proyek Pengadaan Sistem Rudal Darat, menurut Philippine Daily Inquirer.
Marcos mengonfirmasi bahwa Manila berencana membeli lagi rudal supersonik dari India.
“Filipina sedang memodernisasi militer, dan kami ingin mencari yang paling sesuai untuk kebutuhan pertahanan kami,” ujarnya kepada situs berita India Firstpost pada 6 Agustus.
“Kami tidak sedang bersiap untuk perang,” tegasnya. “Kami hanya merespons tantangan yang kami hadapi.”
Mengenai proyek BrahMos, Marcos mengatakan dia dan Modi “senang dengan pesatnya modernisasi pertahanan Filipina, serta berkembangnya kemampuan dan jangkauan industri pertahanan lokal India sebagai mitra dalam proyek ini.”
Menjelang latihan militer tahunan AS-Filipina tahun lalu, Angkatan Darat AS menempatkan peluncur rudal Typhon di lokasi rahasia di Luzon Utara.
Beijing menilai peluncur rudal itu “meningkatkan ketegangan di kawasan” dan menuntut agar sistem itu ditarik.