Keamanan

Parade Hari Kemenangan Tiongkok akan menampilkan senjata baru

Unjuk kekuatan militer terbesar Beijing dalam beberapa tahun terakhir ini diperkirakan akan menampilkan rudal, drone, dan tank canggih.

Personel militer Tiongkok pada 20 Agustus di Beijing berlatih menjelang parade untuk memperingati 80 tahun kemenangan Tiongkok atas Jepang, yang dijadwalkan tanggal 3 September. [Pedro Pardo/AFP]
Personel militer Tiongkok pada 20 Agustus di Beijing berlatih menjelang parade untuk memperingati 80 tahun kemenangan Tiongkok atas Jepang, yang dijadwalkan tanggal 3 September. [Pedro Pardo/AFP]

Oleh Jia Feimao |

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah Beijing menutup jalan untuk latihan tengah malam, melarang penggunaan drone, dan memperketat keamanan di pusat kota. Semua ini dilakukan untuk menyambut parade militer besar yang disebut-sebut sebagai salah satu yang paling megah dalam beberapa tahun terakhir.

Acara pada 3 September ini akan menandai peringatan 80 tahun kemenangan atas Jepang sekaligus akhir Perang Dunia II. Parade ini juga diproyeksikan menjadi ajang unjuk gigi modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dengan menampilkan berbagai senjata baru.

Presiden Xi Jinping dijadwalkan meninjau puluhan ribu pasukan di Lapangan Tiananmen. Menurut Reuters, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi termasuk di antara tamu asing yang diperkirakan hadir.

Parade yang sangat terencana dan penuh simbol politik ini dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan militer Tiongkok sekaligus mempertegas jaringan kemitraan internasionalnya.

Personel militer Tiongkok pada 20 Agustus di Beijing mengikuti gladi bersih menjelang parade memperingati 80 tahun kemenangan Tiongkok atas Jepang, yang akan digelar tanggal 3 September. [Pedro Pardo/AFP]
Personel militer Tiongkok pada 20 Agustus di Beijing mengikuti gladi bersih menjelang parade memperingati 80 tahun kemenangan Tiongkok atas Jepang, yang akan digelar tanggal 3 September. [Pedro Pardo/AFP]
Citra satelit pada 25 Agustus menunjukkan perlengkapan militer yang ditempatkan di sebuah area persiapan di Beijing menjelang Parade Hari Kemenangan Tiongkok. [Planet Labs]
Citra satelit pada 25 Agustus menunjukkan perlengkapan militer yang ditempatkan di sebuah area persiapan di Beijing menjelang Parade Hari Kemenangan Tiongkok. [Planet Labs]

Sebagian besar pemimpin Barat memilih untuk tidak hadir. Dengan demikian, acara ini akan lebih menonjolkan kebersamaan Tiongkok, Rusia, dan sejumlah negara Selatan Global, di tengah memburuknya hubungan dengan Barat serta meningkatnya ketidakpastian keamanan di Asia.

Tank, pesawat, dan rudal generasi baru

Dalam konferensi pers 20 Agustus, Mayor Jenderal Wu Zeke menegaskan sebagian besar senjata yang tampil perdana dalam parade merupakan model terbaru.

Menurut Wu, parade akan menampilkan tank generasi keempat, pesawat dan jet tempur berbasis kapal induk, serta berbagai kemampuan baru seperti sistem tempur nirawak untuk darat, laut, dan udara; senjata berenergi terarah; dan perangkat pengacau elektronik.

Selain itu, senjata strategis seperti rudal hipersonik, rudal pertahanan udara, dan rudal jarak jauh juga akan dipamerkan untuk menekankan daya tangkal PLA.

Sejumlah foto senjata baru sudah beredar di internet. Salah satunya adalah tank generasi terbaru kelas menengah yang dilengkapi radar 360 derajat, sistem pertahanan antirudal dan antidrone, terlihat di jalan-jalan Beijing saat latihan parade.

Menurut laman penggemar militer berbahasa Mandarin di Facebook, World Special Forces and Military Weapons Database, tank tersebut memiliki radar array empat sisi, sistem peringatan dini laser, sistem pertahanan aktif, dan senapan mesin otomatis—memberinya kemampuan menghadapi rudal anti-tank sekaligus drone.

Lin Ying-yu, profesor madya di Universitas Tamkang, Taiwan, mengatakan kepada Focus bahwa desain baru ini terinspirasi oleh perang Rusia-Ukraina, di mana banyak tank T-90 Rusia dan M1A1 AS dihancurkan drone.

Menurut Lin, ancaman terhadap tank kini tidak hanya datang dari kendaraan lapis baja musuh, tetapi juga dari drone bunuh diri dan senjata anti-tank portabel—tren yang diperkirakan akan membentuk pengembangan tank di masa depan.

Lin menyatakan bahwa Taiwan berencana membeli 50.000 drone, meski masih belum jelas apakah bisa mengimbangi keunggulan tank baru Tiongkok. Pengamat menunggu apakah PLA akan menerapkan sistem antidrone pada tank ringan.

Selain itu, Lin menyebut drone “loyal wingman” yang dirancang terbang beriringan dan bekerja sama dengan jet tempur berawak juga patut diperhatikan.

Situs militer AS The War Zone memperkirakan, berdasarkan citra satelit, sedikitnya lima jenis drone loyal wingman mirip desain Valkyrie milik AS mungkin akan ditampilkan dalam parade tersebut.

“Transformasi peralatan dan sistem organisasi PLA dalam sepuluh tahun terakhir bisa disebut sebagai perubahan yang sangat besar,” kata peneliti intelijen sumber terbuka, Joseph Wen, kepada Focus.

Ia memperkirakan rudal hipersonik DF-27 dengan jangkauan hingga 8.000 km, yang mampu membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional, akan turut ditampilkan. Rudal ini dapat menjangkau pangkalan AS di Guam.

Amerika Serikat sudah mengungkap keberadaan DF-27 sejak 2021 dan mengonfirmasi keberhasilan uji coba pada 2023.

Proyek prestise?

Meski begitu, sejumlah analis militer meragukan klaim Wu bahwa semua senjata yang diperkenalkan untuk pertama kalinya tersebut merupakan "peralatan yang sudah operasional."

Analis dari World Special Forces and Military Weapons Database menduga sebagian hanya sekadar “proyek prestise.” Mereka mencontohkan tank ZTZ-99 yang muncul di parade tahun 1999, tetapi baru diproduksi massal pada tahun 2007.

Sekalipun kehadiran dalam parade tidak otomatis membuktikan pengerahan penuh, parade ini tetap memberi isyarat tentang arah penelitian dan pengembangan PLA.

“Ini memang pertunjukan, tapi belum tentu mencerminkan kemampuan tempur nyata. Kita juga belum tahu sejauh mana Tiongkok mampu mengintegrasikan semuanya dan mengoperasikannya dalam skenario konflik,” kata Drew Thompson, peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura, kepada Reuters.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *