Kriminalitas & Keadilan

Taiwan menghukum 4 mantan anggota partai karena spionase

Hukuman yang diberikan kepada terdakwa yang membocorkan informasi diplomatik dan rencana perjalanan pejabat berkisar antara 4 hingga 10 tahun.

Mantan staf Presiden Taiwan Lai Ching-te (tengah) dan Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Joseph Wu (kiri) dihukum karena menjadi mata-mata Tiongkok; kedua pemimpin dipotret di pangkalan udara militer Songshan di Taipei pada 21 Maret. [Sam Yeh/AFP]
Mantan staf Presiden Taiwan Lai Ching-te (tengah) dan Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Joseph Wu (kiri) dihukum karena menjadi mata-mata Tiongkok; kedua pemimpin dipotret di pangkalan udara militer Songshan di Taipei pada 21 Maret. [Sam Yeh/AFP]

Oleh AFP dan Focus |

TAIPEI, Taiwan -- Pengadilan Taiwan pada 25 September memvonis penjara 4 hingga 10 tahun kepada empat terdakwa, termasuk mantan staf di kantor Presiden Lai Ching-te, karena menjadi mata-mata Tiongkok.

Keempat orang itu didakwa bulan Juni, sebulan setelah dikeluarkan dari partai Lai yang berkuasa, yaitu Partai Progresif Demokrat yang mendukung kedaulatan Taiwan, atas dugaan spionase.

Tiongkok mengklaim negara demokratis Taiwan bagian wilayahnya, dan mengancam akan menggunakan kekerasan untuk merebutnya. Taipei menuduh Beijing menggunakan spionase dan infiltrasi untuk melemahkan pertahanannya.

Membocorkan rahasia negara

Pengadilan Negeri Taipei menyatakan keempat orang itu dihukum karena melanggar UU Perlindungan Rahasia Negara dengan membocorkan rahasia negara kepada Tiongkok.

"Informasi yang dimata-matai, dikumpulkan, dibocorkan, dan dikirimkan oleh mereka melibatkan intelijen diplomatik penting ... yang membuat situasi diplomatik negara kita yang sulit menjadi lebih rumit," kata pengadilan.

Spionase ini terjadi "dalam jangka waktu yang sangat panjang," termasuk membocorkan rencana perjalanan pejabat tinggi seperti menteri luar negeri, yang "membahayakan keamanan diplomat negara dan perbuatan terkutuk."

Hukuman terberat, 10 tahun, dijatuhkan kepada Huang Chu-jung, mantan anggota dewan Kota Taipei Baru. Menurut pernyataan itu, Huang meramu informasi publik dengan "informasi konfidensial dan rahasia" yang dia terima dari Ho Jen-chieh, ajudan Joseph Wu, menlu saat itu, untuk membuat laporan analisis yang "dikirimkan kepada agen Tiongkok menggunakan perangkat lunak terenkripsi."

Ho divonis penjara delapan tahun dua bulan. Huang dan terdakwa lainnya, Chiu Shih-yuan, yang divonis penjara enam tahun dua bulan, juga dihukum karena mencuci keuntungan gelap kira-kira 7,2 juta TWD ($236.600).

Terdakwa keempat, Wu Shang-yu, mantan staf Lai sejak menjabat wakil presiden sampai jadi presiden, divonis penjara empat tahun.

Setelah menyebutkan hukuman masing-masing, pengadilan menekankan dampak kebocoran itu.

Bocoran itu menjadi amunisi Tiongkok dalam "tiga perangnya" -- perang hukum, perang opini publik, dan perang psikologis, kata pengadilan.

Bahaya yang tidak seimbang

Dalam kasus lain, Kol. Chang Ming-che dari Akademi Angkatan Udara pada 25 September dijatuhi hukuman penjara 16 tahun karena menjadi mata-mata Tiongkok, dilaporkan Taipei Times.

Pengadilan Tinggi memutuskan Chang melanggar UU Keamanan Nasional dan menyita keuntungan haram senilai 1,34 juta TWD ($43.863), termasuk perjalanan ke Bali, Indonesia.

Chang membocorkan informasi sensitif soal latihan angkatan udara, kerja sama militer Taiwan-AS, dan latar belakang personel militer, serta mengumpulkan data partai politik dan opini publik, menurut jaksa penuntut.

Beijing dan Taipei sudah puluhan tahun saling memata-matai, tetapi analis mengatakan ancaman terhadap Taiwan lebih besar mengingat adanya risiko invasi Tiongkok.

Biro Keamanan Nasional Taiwan mengatakan sebanyak 64 terdakwa dituntut atas tuduhan spionase Tiongkok tahun lalu, dengan hukuman penjara maksimal 20 tahun.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *