Oleh AFP |
Taiwan telah melarang pegawai di sektor publik dan fasilitas infrastruktur penting menggunakan DeepSeek, beralasan aplikasi itu merupakan produk Tiongkok dan dapat membahayakan keamanan nasional.
DeepSeek meluncurkan chatbot R1 pada bulan Desember, menyatakan bahwa kemampuannya setara dengan kapasitas kecerdasan buatan (AI) yang dirintis di Amerika Serikat dengan investasi yang jauh lebih kecil.
Berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Irlandia, Prancis, Australia, dan Italia, telah mempertanyakan tentang praktik data perusahaan rintisan AI asal Tiongkok itu.
Kementerian Urusan Digital Taiwan pada tanggal 31 Januari mengatakan bahwa semua lembaga pemerintah dan infrastruktur penting dilarang menggunakan DeepSeek karena dapat "membahayakan keamanan informasi nasional".
"Layanan AI DeepSeek adalah produk Tiongkok," ucap kementerian dalam pernyataan.
"Operasinya melibatkan transmisi lintas perbatasan, kebocoran informasi, dan berbagai masalah keamanan informasi lainnya."
Sejak 2019, Taiwan telah melarang lembaga pemerintah menggunakan produk dan layanan teknologi informasi dan komunikasi yang dianggap mengancam "keamanan informasi nasional".
Pelarangan Taiwan ini muncul seiring dengan langkah otoritas perlindungan data di Korea Selatan dan Irlandia yang meminta DeepSeek menerangkan cara mereka mengelola data pribadi pengguna.
Pada bulan Januari, Italia meluncurkan penyelidikan terhadap R1 dan memblokirnya dari memproses data pengguna Italia.
Zona abu-abu
Taiwan telah lama menuduh Tiongkok menggunakan taktik "zona abu-abu" -- tindakan yang tidak sampai pada tingkat perang terbuka -- terhadap pulau itu, termasuk serangan siber, sebagai bagian dari tekanan Beijing untuk mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya.
Beijing rutin mengerahkan jet tempur, drone, kapal perang, dan adakala balon ke sekitar Taiwan untuk meningkatkan tekanan militer.
Beijing pada bulan Desember mengadakan pelatihan maritim terbesar dalam beberapa tahun terakhir di dekat Taiwan, mengerahkan puluhan kapal perang dan penjaga pantai di wilayah yang membentang dari kepulauan selatan Jepang hingga Laut China Selatan, kata otoritas Taiwan saat itu.
Sekitar 90 kapal perang dan kapal penjaga pantai Tiongkok ikut serta dalam pelatihan itu, yang meliputi simulasi serangan terhadap kapal asing serta pelatihan blokade jalur laut, menurut pejabat keamanan Taiwan.
Taipei juga mengkhawatirkan kemungkinan bahwa Tiongkok dapat berupaya memutus jalur komunikasi ke pulau itu, termasuk kabel telekomunikasi bawah laut.
Pada Februari 2023, dua jalur telekomunikasi yang melayani kepulauan terpencil Matsu di Taiwan diputus, mengganggu komunikasi selama beberapa pekan.