Keamanan

Mata-mata asing menargetkan program kapal selam nuklir Australia, demikian peringatan yang disampaikan oleh kepala intelijen

Badan intelijen asing sibuk berupaya mengganggu pakta kapal selam Australia-AS-Inggris dan mungkin melakukan sabotase jika ketegangan regional meningkat, demikian menurut para pejabat.

Kapal selam bertenaga nuklir USS Annapolis berlabuh di Dermaga Diamantina, Pangkalan Armada Barat di Rockingham, Australia, pada 10 Maret lalu. (Angkatan Laut AS)
Kapal selam bertenaga nuklir USS Annapolis berlabuh di Dermaga Diamantina, Pangkalan Armada Barat di Rockingham, Australia, pada 10 Maret lalu. (Angkatan Laut AS)

Oleh Focus dan AFP |

Mata-mata asing menargetkan program kapal selam bertenaga nuklir Australia dan berencana untuk mencederai atau membunuh para pembangkang yang tinggal di negara tersebut, demikian peringatan dari kepala intelijen negara itu.

Secara keseluruhan, lingkungan keamanan Australia semakin "memburuk," kata Mike Burgess, Direktur Jenderal Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO), pada 19 Februari dalam sebuah pidato yang panjang lebar mengungkap sejumlah pemikiran rahasia agensinya tentang prospek ancaman nasional.

Australia pada tahun 2021 mengumumkan rencana untuk membeli setidaknya tiga kapal selam bertenaga nuklir yang dirancang oleh Amerika Serikat dalam upaya meningkatkan belanja pertahanan karena penumpukan persenjataan besar-besaran yang dilakukan oleh Tiongkok dan Rusia.

Australia berencana mengerahkan kapal selam siluman dalam sebuah pakta dengan Amerika Serikat dan Inggris - yang dikenal sebagai AUKUS.

Keputusan untuk membeli kapal selam tersebut membuat Beijing marah, yang menyebut aliansi baru itu sebagai ancaman terhadap stabilitas regional yang "sangat tidak bertanggung jawab." Perdana Menteri saat itu, Scott Morrison, menolak kritik tersebut dengan mengatakan bahwa justru Tiongkok sendiri yang memiliki "program pembangunan kapal selam nuklir yang sangat substansial."

Kapal selam kelas Virginia yang dipasok ke Australia tidak akan dilengkapi dengan senjata nuklir, melainkan diperkirakan akan membawa rudal jelajah jarak jauh. Kapal selam ini merupakan peningkatan besar bagi kemampuan perairan terbuka negara tersebut.

Program kapal selam menawarkan target yang menarik, termasuk kepada sejumlah negara sahabat, kata Burgess.

Dinas intelijen asing berusaha memahami kemampuan kapal selam AUKUS di masa depan, bagaimana kapal selam tersebut akan dikerahkan, serta mengurangi kepercayaan sekutu terhadap Australia, kata Burgess dalam pidatonya di Canberra.

Selambatnya tahun 2030, mereka lebih cenderung fokus pada upaya campur tangan untuk melemahkan dukungan terhadap AUKUS dan "berpotensi melakukan sabotase" jika ketegangan regional meningkat, katanya, seraya menambahkan bahwa personel pertahanan Australia terus-menerus menjadi sasaran.

"Sebagian dari mereka baru-baru ini menerima hadiah dari rekan internasional. Hadiah tersebut berisi perangkat pengawasan tersembunyi," kata Burgess.

Menargetkan para kritikus

Australia tidak kebal terhadap sejumlah negara yang bermusuhan, misalnya, Iran yang melakukan “tindakan yang mengkhawatirkan keamanan” di Pantai Australia, tambah Burgess.

“Investigasi ASIO telah mengidentifikasi setidaknya tiga negara berbeda yang berencana untuk mencederai orang-orang yang tinggal di Australia,” kata Burgess. “Dalam skala kecil, kami sangat mengkhawatirkan nyawa individu yang menjadi target.”

Dalam salah satu kasus yang digagalkan oleh ASIO, sebuah dinas intelijen asing berencana membungkam seorang aktivis hak asasi manusia yang tinggal di Australia dengan memancingnya ke luar negeri dan merekayasa suatu kecelakaan untuk mencederainya secara parah atau membunuh target tersebut, katanya.

Tahun lalu, sebuah dinas mata-mata lain yang tidak bersahabat berupaya "mencelakai dan kemungkinan membunuh" salah satu atau lebih orang di wilayah Australia sebagai bagian dari upaya untuk menghilangkan para kritikus, kata Burgess.

Upaya ini pun berhasil digagalkan oleh ASIO.

Dalam kedua kejadian tersebut, para perencana berada di luar negeri, tetapi pihak yang terlibat tahu "cara untuk menangani agen mereka," katanya.

Beberapa pemerintah asing telah “terus menerus” berusaha memaksa warga negara dan penduduk Australia untuk melaporkan sesama anggota diaspora yang sama, kata Burgess.

Setidaknya empat negara telah berusaha menekan para individu untuk kembali ke negara kelahiran mereka. Dalam satu kejadian, mereka menyita aset dan mengancam keluarga, teman, serta mantan teman sekelas korban.

Komplotan Tiongkok

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kasus mata-mata Tiongkok telah terungkap.

Pada April 2023, misalnya, jaksa penuntut Australia berargumentasi bahwa dua orang yang dicurigai sebagai mata-mata Tiongkok telah membayar seorang pengusaha di Sydney untuk mendapatkan informasi mengenai strategi pertahanan Australia, termasuk kesepakatan dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk mengembangkan armada kapal selam bertenaga nuklir melalui kemitraan AUKUS (Australia-Inggris-Amerika Serikat).

Tersangka asal Australia, Alexander Csergo, masih menunggu persidangan.

Selain itu, ASIO menggagalkan skema yang diarahkan oleh Beijing untuk mendukung kandidat Partai Buruh New South Wales secara finansial dalam pemilu federal 2022, demikian yang dilaporkan Reuters pada saat itu.

Dalam sebuah insiden di laut pada November 2023, sebuah kapal perang Tiongkok melukai tim penyelam militer Australia dengan mengaktifkan sonarnya yang kuat di lepas pantai Jepang.

'Rencana besar terorisme' digagalkan

Selain mengungkap aksi gangguan internasional yang ditujukan terhadap Australia, Burgess memperingatkan bahwa terorisme tetap menjadi ancaman nyata, tetapi para pelaku kini lebih cenderung bertindak sendiri dan masih berusia remaja.

Burgess mengatakan bahwa pertahanan kontraterorisme negara ini sangat kuat dan pihaknya bersama penegak hukum telah menggagalkan “puluhan rencana terorisme besar”, termasuk lima pada tahun lalu.

Dari semua potensi rencana terorisme yang diselidiki tahun lalu, kurang dari separuhnya bermotif keagamaan, sementara sebagian besar melibatkan ideologi “campuran” nasionalis atau rasis.

“Hampir semua kasus melibatkan anak di bawah umur. Semuanya adalah pelaku tunggal atau kelompok kecil. Hampir semua individu tidak dikenal oleh ASIO atau polisi,” kata kepala intelijen.

Usia rata-rata anak di bawah umur yang pertama kali diselidiki oleh ASIO saat ini adalah 15 tahun. Sebanyak 85% dari mereka adalah laki-laki dan sebagian besar lahir di Australia, kata Burgess.

Ke depannya, generasi baru akan menjadi target potensial untuk radikalisasi online, katanya.

"Jika teknologi terus berkembang seperti saat ini, akan semakin mudah menemukan materi ekstremis, dan algoritma yang didukung AI [kecerdasan buatan] akan semakin mempermudah materi ekstremis menjangkau pikiran remaja yang rentan."

Tingkat ancaman terorisme nasional Australia dinaikkan tahun lalu menjadi "bisa terjadi," kata Burgess.

“Kelihatannya, tingkat ini tidak akan menurun dalam waktu dekat.”

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *