Keamanan

Perubahan demografi bawa tantangan pada proses modernisasi PLA

Pergeseran demografi mempersulit upaya modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA).

Foto yang diambil pada 19 September ini memperlihatkan wamil Tionghoa muda menghadiri upacara pelepasan rekrutan baru di Fuyang, Tiongkok. PLA menghadapi berbagai tantangan dalam membangun angkatan bersenjata modern seperti yang dibayangkan oleh Xi Jinping. [CFOTO/NurPhoto via AFP]
Foto yang diambil pada 19 September ini memperlihatkan wamil Tionghoa muda menghadiri upacara pelepasan rekrutan baru di Fuyang, Tiongkok. PLA menghadapi berbagai tantangan dalam membangun angkatan bersenjata modern seperti yang dibayangkan oleh Xi Jinping. [CFOTO/NurPhoto via AFP]

Oleh Hua Ziliang |

Penurunan populasi yang berkelanjutan, rendahnya tingkat pendidikan, serta berkurangnya minat generasi muda Tionghoa untuk bergabung dengan militer menjadi tantangan besar bagi Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army, PLA) dalam merekrut dan mempertahankan talenta terbaik, menurut laporan terbaru.

Meskipun Tiongkok memiliki sekitar 100 juta penduduk berusia 18 hingga 23 tahun yang memenuhi syarat untuk dinas militer, laporan yang diterbitkan oleh Rand Corporation pada 30 Januari menunjukkan bahwa proporsi generasi muda dalam populasi ini terus menyusut.

Populasi Tiongkok mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut dan diperkirakan akan terus menyusut sebelum tahun 2030. Proporsi penduduk berusia di bawah 18 tahun berkurang dari 35% pada tahun 1990 menjadi di bawah 20%, menurut data Biro Statistik Nasional Tiongkok.

Perubahan demografi ini, ditambah dengan perubahan kondisi pendidikan dan ekonomi, menimbulkan ketidakpastian apakah PLA dapat berkembang menjadi "angkatan bersenjata berteknologi tinggi yang mampu memenangkan pertempuran" sebagaimana diimpikan oleh Presiden Xi Jinping.

Sasaran modernisasi PLA meliputi pengembangan perang informasi dan operasi gabungan -- strategi tempur yang sangat bergantung pada teknologi seperti perang siber, perang elektronik, dan operasi berkoordinasi lintas dinas.

Akibatnya, PLA sangat membutuhkan tenaga profesional dengan keahlian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan keahlian mengoperasikan sistem kompleks dan kemampuan mengambil keputusan dengan cepat.

Namun, kurangnya pelatihan teknis dan pendidikan kejuruan dalam sistem pendidikan Tiongkok membuat PLA kesulitan memenuhi kebutuhan militer akan tenaga profesional dan teknis, menurut laporan tersebut.

Kurangnya talenta

Meskipun PLA berusaha beralih dari angkatan bersenjata berbasis tenaga manusia menjadi kekuatan militer berteknologi tinggi, perubahan demografi dan kurangnya talenta menciptakan ketidakpastian, laporan itu menambahkan.

Generasi anak tunggal dianggap memiliki daya tahan mental dan kebugaran fisik yang lebih rendah, menimbulkan kekhawatiran di kalangan militer mengenai kesiapan mereka untuk bertugas.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa kelompok anak muda ini memiliki kebugaran fisik dan daya tahan terhadap tekanan yang rendah akibat tumbuh dalam lingkungan yang relatif nyaman.

Faktor kompensasi juga menjadi hambatan utama.

Industri teknologi menawarkan gaji dan peluang karier yang jauh lebih menarik dibandingkan dengan kompensasi di militer.

Untuk meningkatkan perekrutan, pemerintah Tiongkok menerapkan berbagai langkah, seperti melaksanakan perekrutan dua kali setahun, mengizinkan veteran untuk kembali berdinas, serta memperbaiki tunjangan veteran.

Namun, hasilnya masih terbatas.

Menurut laporan The Economist yang diterbitkan pada November 2023, PLA memiliki laju pergantian personel yang tinggi.

Banyak tentara meninggalkan dinas segera setelah mereka memenuhi syarat untuk menerima tunjangan, kata Ken Allen, peneliti militer Tiongkok, seraya menambahkan bahwa "ada lebih banyak insentif untuk keluar dari PLA daripada untuk tetap bertahan."

Jika PLA gagal merekrut talenta yang dibutuhkan, mereka mungkin harus "meninjau kembali sasaran dan asumsi tentang modernisasi, khususnya apakah mereka dapat mengadopsi model operasional ala Barat atau semi-Barat," tulis Rand.

Dengan berkurangnya dividen demografi dan semakin cepatnya perubahan sosial, bagaimana PLA mengatasi dilema talenta ini akan menjadi tantangan besar dalam modernisasi militer Tiongkok.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *