Hak Asasi Manusia

Tayangan pengakuan warga Filipina di televisi Tiongkok tuai reaksi keras

Filipina menyatakan kerisauan atas penangkapan tersangka mata-mata Filipina oleh Tiongkok dan atas pengakuan mereka yang diatur.

Tangkapan layar ini menampilkan pemberita China Central Television (CCTV) menyampaikan laporan berita pada 3 April tentang penangkapan tiga warga negara Filipina, dengan gambar mereka ditampilkan di latar belakang. Penyiaran pengakuan mereka di televisi menimbulkan kerisauan atas adanya pemaksaan dan pelanggaran hak asasi manusia. [CCTV]
Tangkapan layar ini menampilkan pemberita China Central Television (CCTV) menyampaikan laporan berita pada 3 April tentang penangkapan tiga warga negara Filipina, dengan gambar mereka ditampilkan di latar belakang. Penyiaran pengakuan mereka di televisi menimbulkan kerisauan atas adanya pemaksaan dan pelanggaran hak asasi manusia. [CCTV]

Oleh Shirin Bhandari |

Tiongkok melanjutkan penayangan pengakuan warga negara asing yang ditahan setelah bertahun-tahun jeda.

Laporan mendalam oleh organisasi hak asasi manusia nonpemerintah, Safeguard Defenders, memerinci cara polisi Tiongkok menarik pengakuan bernaskah untuk siaran TV, seringkali di bawah tekanan.

Praktik ini menyebabkan regulator siaran di Inggris, Australia, dan sebagian Eropa mencabut hak siar China Global Television Network (CGTN) dan China Central Television (CCTV). Tiongkok menghentikan praktik pengakuan itu setelah menahan pengusaha Taiwan, Morrison Li, pada tahun 2019.

Namun, taktik itu kini dibangkitkan kembali dengan tuduhan spionase terbaru terhadap tiga warga Filipina. Pada 3 April, pihak berwajib Tiongkok menangkap David Servanez, Albert Endencia, dan Nathalie Plizardo atas tuduhan spionase.

Tangkapan layar siaran CCTV ini menampilkan satu tersangka Filipina dikerudungi dan diborgol, dikawal oleh petugas penegak hukum Tiongkok di suatu lorong. [CCTV]
Tangkapan layar siaran CCTV ini menampilkan satu tersangka Filipina dikerudungi dan diborgol, dikawal oleh petugas penegak hukum Tiongkok di suatu lorong. [CCTV]

Media pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa seseorang bernama "Richie Herrera" merekrut tiga warga Filipina guna mengumpulkan informasi militer untuk badan intelijen Filipina. Dua saluran TV pemerintah Tiongkok, CCTV-13 dan CCTV-4, menayangkan pengakuan mereka memata-matai.

Pejabat Tiongkok menuduh badan intelijen Filipina membidik situs-situs militer Tiongkok dan mengirim rekaman video yang sensitif sejak tahun 2021.

Menurut media pemerintah Tiongkok, Herrera melatih ketiga tersangka dari jauh dan membayar mereka secara bulanan, menawarkan bonus berdasarkan intel yang mereka kirim. Lokasi Herrera masih dirahasiakan.

Tudung hitam dan borgol

Akan tetapi, pengakuan itu "tampak sudah diatur, memberikan kesan yang kuat bahwa pengakuan itu tidak diberikan secara sukarela," kata Dewan Keamanan Nasional Filipina pada 5 April.

Mereka adalah mantan cendekiawan tanpa latar belakang militer di bawah program antara provinsi Palawan, Filipina, dan provinsi Hainan, Tiongkok, menurut Dewan Keamanan Nasional. Mereka sudah lolos izin keamanan dari pihak berwenang Tiongkok sebelum masuk.

Video pengakuan ditampilkan di saluran-saluran berita setempat dan platform daring di Filipina.

Rekaman tersebut menunjukkan para tahanan dikawal polisi. Mereka diborgol dengan kepala dikerudungi kain hitam. Pihak berwajib memaksa mereka menandatangani dokumen dalam bahasa Tiongkok, meskipun mereka bukan penutur asli bahasa itu.

Siaran lima menit itu menampilkan pemberita yang menyatakan para tahanan "mengancam keamanan nasional Tiongkok," memperlakukan tuduhan sebagai fakta.

Dewan pemuda Palawan meminta pemerintah menjaga warga Filipina yang ditahan itu dengan cara diplomasi, sambil menggambarkan mantan cendekiawan provinsi tersebut "berada di balik dinding asing, dituduh memata-matai, dan diadili bukan di pengadilan terbuka namun di lembar berita media yang dijalankan pemerintah."

Kementerian Luar Negeri Filipina menjanjikan bantuan hukum dan mendesak Tiongkok agar menghormati proses hukum yang adil dan hak para tahanan.

Pola yang tidak asing

Penelitian oleh Safeguard Defenders, yang menganalisis lebih dari 100 video pengakuan, menggambarkan cara pihak berwajib Tiongkok menyusun naskah dan mengatur pengakuan tersebut. Apa yang dikenakan, apa yang diucapkan, dan bagaimana bertingkah sudah diperintahkan kepada para tahanan.

Servanez di siaran itu berkata dalam bahasa Mandarin: "Walaupun pemerintah Tiongkok sudah menyediakan saya lingkungan hidup yang baik, saya telah melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan Tiongkok. Saya menyesali perbuatan saya."

"Jika ada orang yang mengalami hal yang sama seperti saya, saya akan membujuk mereka agar menyerahkan diri kepada pihak berwajib Tiongkok yang bersangkutan," ujar Endencia di video dalam bahasa Inggris.

Video tersebut diakhiri dengan peringatan kepada warga negara asing untuk tidak melakukan spionase di Tiongkok.

Urutan video mengikuti kasus-kasus lama, seperti penahanan dua warga Kanada di Tiongkok dari tahun 2018 hingga 2021.

Ketika diteliti secara cermat, pengakuan itu mengikuti pola yang tidak asing: pengakuan bersalah, ucapan syukur kepada Tiongkok, dan peringatan untuk yang lain. Tidak ada bukti yang nyata atau penjelasan terperinci tentang tuduhan kejahatan.

Safeguard Defenders menggambarkan penyiaran itu "contoh lain dari diplomasi penyanderaan Tiongkok, yang menggunakan warga negara asing sebagai pion dalam pertikaian geopolitik Beijing."

Siaran pengakuan para tahanan yang menampilkan penyesalan dan penggambaran positif tentang Tongkok juga tampak bernaskah, menurut Dewan Keamanan Nasional, yang menunjukkan penyebutan "Dinas Intelijen Mata-Mata Filipina" yang tidak ada.

Ketegangan yang meningkat

Penangkapan itu "dapat dipandang sebagai pembalasan atas serangkaian penangkapan yang sah terhadap agen dan kaki tangan Tiongkok," kata Dewan Keamanan Nasional dalam pernyataan 5 April.

Pihak berwajib Filipina menangkap setidaknya belasan warga negara Tiongkok dalam tiga bulan terakhir atas dugaan spionase, menuduh mereka memperoleh informasi sensitif secara ilegal tentang pangkalan militer dan infrastruktur kritis yang dapat melemahkan keamanan nasional dan pertahanan Manila.

Seiring berlanjutnya penyelidikan atas tuduhan spionase tersebut, para pengamat tetap fokus pada implikasinya terhadap kestabilan kawasan dan hubungan Tiongkok–Filipina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina, Teresita "Tess" Daza, menegaskan bahwa konsulat Filipina di Guangzhou menyediakan bantuan yang diperlukan, termasuk bantuan hukum, dan memprioritaskan hak para warga Filipina yang ditahan.

Duta Besar Tiongkok untuk Filipina, Huang Xilian, menyatakan bahwa konsulat menangani semua keterlibatan dengan pihak berwenang Tiongkok soal hal ini, termasuk potensi kunjungan keluarga.

Ketegangan antara kedua bangsa ini tetap tinggi di tengah perselisihan maritim di Laut Tiongkok Selatan. Filipina sedang mengkaji hukum antispionasenya dan menyerukan kecemasannya tentang keamanan nasional.

Sementara itu, Presiden Ferdinand Marcos Jr. meningkatkan hubungan keamanan dengan Amerika Serikat, termasuk usulan kesepakatan senilai $5,6 miliar yang melibatkan jet tempur dan rudal.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *