Kapabilitas

Jepang dan AS gelar latihan militer Resolute Dragon terbesar dengan sistem misil baru

Sistem misil canggih AS, termasuk NMESIS dan Typhon, berperan penting dalam latihan Resolute Dragon terbaru di Okinawa.

Sistem Peluncur Multiroket Angkatan Darat Bela Diri Jepang menembak bersama Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi Korps Marinir AS saat latihan beramunisi hidup Resolute Dragon 25 di Yausubetsu, Hokkaido, Jepang, 23 September. [Korps Marinir AS]
Sistem Peluncur Multiroket Angkatan Darat Bela Diri Jepang menembak bersama Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi Korps Marinir AS saat latihan beramunisi hidup Resolute Dragon 25 di Yausubetsu, Hokkaido, Jepang, 23 September. [Korps Marinir AS]

Oleh Focus |

Tentara Bela Diri Jepang (JSDF) dan militer AS baru saja melaksanakan latihan Resolute Dragon terbesar, yang melibatkan sekitar 19.000 personel dari kedua negara dalam unjuk kekuatan aliansi dan interoperabilitas nasional.

Dilaksanakan pada 11–25 September, latihan tahunan kelima ini melatih ketanggapan krisis dan skenario pertahanan pulau di seluruh Jepang , termasuk Ryukyu di dekat Taiwan. Unit dari delapan prefektur ikut latihan beramunisi hidup dan manuver gabungan yang dirancang untuk mengasah kesiapan tempur dan menangkal ancaman regional.

"Latihan Resolute Dragon menegaskan komitmen kuat kami untuk membela kepentingan Amerika Serikat dan kepentingan sekutu serta mitra kami," ucap Letjen Marinir Roger Turner, komandan III Marine Expeditionary Force AS.

"Dengan berlatih bersama Pasukan Barat [Jepang] dalam skenario berfokus tempur yang realistis, kami mengasah kemampuan tempur pasukan dan menciptakan penangkal yang jelas dan kredibel bagi musuh mana pun yang mengancam perdamaian dan keamanan di Indo-Pasifik," tambah Turner.

Kopral Marinir AS mengoperasikan Sistem Anti-Kapal AL-Marinir (NMESIS) saat Resolute Dragon 25 di Camp Hansen, Okinawa, Jepang, 21 September. NMESIS berbasis darat ini menyediakan kemampuan anti-kapal reaksi cepat bergerak untuk pertahanan pulau. [Korps Marinir AS]
Kopral Marinir AS mengoperasikan Sistem Anti-Kapal AL-Marinir (NMESIS) saat Resolute Dragon 25 di Camp Hansen, Okinawa, Jepang, 21 September. NMESIS berbasis darat ini menyediakan kemampuan anti-kapal reaksi cepat bergerak untuk pertahanan pulau. [Korps Marinir AS]
Pesawat MV-22B Osprey Marinir AS terbang dalam formasi saat Resolute Dragon 25 di lepas pantai Kagoshima, Jepang, 12 September. [Korps Marinir AS]
Pesawat MV-22B Osprey Marinir AS terbang dalam formasi saat Resolute Dragon 25 di lepas pantai Kagoshima, Jepang, 12 September. [Korps Marinir AS]

Sistem misil baru

Di Resolute Dragon 25, Amerika Serikat untuk pertama kalinya mengikutsertakan dua sistem misil canggih untuk latihan bersama.

Sistem misil jarak-menengah Typhon milik Angkatan Darat AS dipasang di Pangkalan Udara Marinir Iwakuni, sebelah tenggara Hiroshima.

Mampu meluncurkan misil jelajah Tomahawk dengan jangkauan 2.500 km dan pencegat SM-6 dengan jangkauan lebih dari 240 km, Typhon memperluas opsi serangan sekutu di laut dan darat.

Sementara itu, Marinir AS membawa Sistem Anti-Kapal AL-Marinir (NMESIS) ke Okinawa dengan kapal USNS Guam pada bulan Juli, kemudian mengangkutnya dengan pesawat C-130 Jepang ke Pulau Ishigaki untuk latihan.

NMESIS menggunakan dua misil siluman NSM yang dipasang pada kendaraan taktis tanpa awak, memungkinkan serangan anti-kapal berbasis darat bergerak dari jarak hingga 185 km.

Pasukan AS berlatih operasi NMESIS di Okinawa pada awal September, dengan fokus kesiapan peluncur dan latihan tembak teoretis.

Kapten Kurt James, komandan 12th Medium-Range Missile Battery, mengatakan dalam pernyataan 3 September bahwa latihan itu "memastikan efektivitas arsitektur pertahanan kolaboratif kami" dan menyempurnakan koordinasi terhadap potensi ancaman.

Dipadukan dengan misil permukaan-ke-kapal Type 12 buatan Jepang yang akan dimutakhirkan hingga memiliki jangkauan 1.000 km pada tahun 2026, sistem itu membentuk kemampuan tembak terpadu berlapis untuk melawan ancaman maritim yang terus berkembang.

Kemampuan dan daya tangkal

Saat latihan itu, Turner mengatakan kepada wartawan pada 17 September bahwa NMESIS akan mengirimkan "pesan yang jelas terhadap setiap upaya untuk merongrong keamanan regional."

Dia menekankan "mobilitas dan kemampuan serangan presisi jarak jauh, khususnya kemampuan pemegatan kapal," sebagai inti strategi pertahanan pesisir AS.

Kolonel Richard Neikirk, komandan 12th Marine Littoral Regiment, menyoroti kerja sama logistik sebagai prestasi utama, dan menyebut bahwa latihan itu menguji kemampuan mengangkut peralatan negara sahabat dalam kondisi tempur.

"Semua kemampuan yang dimiliki AS, serta kemampuan Tentara Bela Diri Jepang, saling melengkapi," ujarnya pada 20 September di Camp Hansen di Okinawa.

Letjen Seiji Toriumi, pemimpin Wilayah Barat JSDF, berpidato di depan pasukan Jepang saat latihan.

"Kita harus meningkatkan efektivitas dan kredibilitas aliansi Jepang-AS dalam pertahanan pulau, memperkuat daya tangkal dan ketanggapan, serta menunjukkan komitmen kita terhadap pertahanan, baik di dalam negeri maupun internasional," ujarnya.

Pengerahan pasukan ini mencerminkan tanggapan Jepang terhadap "perubahan lingkungan keamanan negara dan menyesuaikan pendekatannya terhadap kendala yang dihadapi," ujar Naoko Aoki, ilmuwan politik di RAND Corporation, kepada Japan Times.

Pada saat yang sama, Amerika Serikat hendak "memasyarakatkan gagasan bahwa sistem persenjataan semacam ini mungkin diperlukan di Jepang," kata Aoki.

Bersatu lebih teguh

Latihan ini mempererat kerja sama harian antara kedua militer di lapangan.

"Dengan latihan bersama, bahu-membahu, kami menjadi semakin kuat setiap harinya, dan saya kira itu sangat penting bagi hubungan kami," ucap Letda Sarah Bobrowski dari 12th Marine Coastal Brigade Marinir AS.

Waktu pelaksanaan latihan Resolute Dragon ini menggarisbawahi percepatan pembangunan pertahanan Jepang.

Tokyo berjanji meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 2% PDB pada 2027 dan mempercepat pemasangan sistem misil Type 12 baru setahun lebih awal karena meningkatnya ancaman dari Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia.

"Jepang menghadapi situasi keamanan nasional yang paling serius dan rumit sejak berakhirnya Perang Dunia II," ujar Menhan Jenderal Nakatani bulan Desember lalu.

Pertama kali diadakan pada tahun 2021, Resolute Dragon dengan cepat menjadi ajang utama latihan militer Jepang-AS.

Rekor peserta 19.000 tentara tahun ini, didukung integrasi sistem misil mutakhir, menunjukkan kemampuan sekutu menjaga medan maritim penting dan memperkuat daya tangkal di seluruh Indo-Pasifik.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *