Energi

Laporan: Ekspansi proyek batu bara Tiongkok pada 2024 membahayakan iklim

"Eksploitasi batu bara yang terus-menerus telah menggusur penggunaan energi bersih biaya rendah di negara ini," kata seorang peneliti.

Alat berat memindahkan batu bara setelah dibongkar dari kapal di Lianyungang, Tiongkok, pada 12 Juli 2023. Tiongkok memulai konstruksi proyek pembangkit listrik batu bara berkapasitas 94,5 GW pada 2024 -- 93% dari total pembangunan global. [AFP]
Alat berat memindahkan batu bara setelah dibongkar dari kapal di Lianyungang, Tiongkok, pada 12 Juli 2023. Tiongkok memulai konstruksi proyek pembangkit listrik batu bara berkapasitas 94,5 GW pada 2024 -- 93% dari total pembangunan global. [AFP]

Oleh AFP |

BEIJING -- Tahun lalu Tiongkok memulai pembangunan PLTU batu bara dengan kapasitas terbesar sejak 2015. Proyek ini mementahkan target negara itu untuk mengurangi emisi karbon sebelum 2030, menurut laporan yang terbit 13 Februari.

Perekonomian nomor dua di dunia ini merupakan penghasil terbesar gas rumah kaca yang mendorong perubahan iklim. Namun, Tiongkok juga terdepan dalam energi terbarukan. Negara ini berencana mencapai netralitas karbon sebelum 2060.

Batu bara merupakan sumber energi penting di Tiongkok selama beberapa dekade. Namun, pertumbuhan pesat PLTB dan PLTS dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan optimisme bahwa negara ini dapat melepaskan diri dari bahan bakar fosil.

Menurut laporan Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang berbasis di Finlandia dan Global Energy Monitor (GEM) di Amerika Serikat, Tiongkok memulai pembangunan PLTU batu bara berkapasitas 94,5GW pada 2024 -- 93% dari total pembangunan global.

Meskipun Tiongkok juga menambah kapasitas PLTB dan PLTS sebanyak 356GW (4,5 kali penambahan Uni Eropa), peningkatan PLTU batu bara mengubah tatanan bauran energinya, menurut laporan tersebut.

"Pengembangan cepat energi terbarukan Tiongkok berpotensi merombak sistem energinya. Namun, peluang ini dirusak oleh ekspansi PLTU batu bara skala besar pada saat yang sama," kata Qi Qin, penulis utama laporan dan analis Tiongkok di CREA.

Peningkatan ini terjadi meskipun di tahun 2021 Presiden Tiongkok Xi Jinping telah berjanji untuk "mengendalikan secara ketat" proyek PLTU batu bara dan peningkatan konsumsi batu bara sebelum "menguranginya secara bertahap" antara 2026 dan 2030.

Produksi batu bara Tiongkok meningkat secara stabil dalam beberapa tahun terakhir, dari 3,9 miliar ton pada 2020 menjadi 4,8 miliar ton pada 2024.

"Tanpa perubahan kebijakan, Tiongkok berisiko terjebak dalam pola penambahan energi lama, bukan melakukan transisi. Hal ini dapat membatasi potensi penuh peningkatan energi bersihnya," menurut laporan tersebut.

Prioritas Batu Bara

Izin baru proyek PLTU batu bara turun 83% pada paruh pertama 2024, mendorong optimisme bahwa transisi energi bersih Tiongkok bertambah cepat.

Pada bulan November, survei spesialis oleh CREA dan lembaga pemikir ISETS Australia menemukan bahwa 52% responden mengatakan konsumsi batu bara Tiongkok akan mencapai puncaknya pada 2025.

Namun, produksi listrik batu bara tetap tinggi pada bulan-bulan terakhir 2024. Padahal Tiongkok menambah cukup daya dari sumber energi bersih untuk memenuhi permintaan listriknya yang meningkat.

Temuan ini menunjukkan bahwa pembangkit listrik batu bara diprioritaskan dibandingkan sumber energi terbarukan di beberapa wilayah, menurut laporan tersebut.

"Perusahaan listrik dan tambang batu bara Tiongkok mensponsori dan membangun PLTU batu bara baru melebihi yang diperlukan," kata Christine Shearer, analis riset di GEM.

"Eksploitasi batu bara yang terus-menerus telah menggusur penggunaan energi bersih biaya rendah di negara ini,"

Analis David Fishman sepakat dengan sebagian besar laporan tersebut. Namun, ia "lebih optimis" bahwa batu bara akan dihentikan bertahap dalam beberapa tahun mendatang.

Lonjakan listrik batu bara akhir tahun lalu mungkin merupakan "gejala jangka pendek akibat transisi pasar, dan bukan pertanda dari sistem yang dirancang untuk memprioritaskan PLTU batu bara," kata Fishman, manajer senior di Lantau Group, kepada AFP.

Target Baru

Tiongkok akan mengumumkan detail Rencana Lima Tahun ke-15 untuk 2026 hingga 2030 dalam beberapa bulan mendatang. Rencana ini kemungkinan akan mencakup pembaruan target energi dan emisi.

Bulan ini, Tiongkok juga dijadwalkan untuk mengumumkan target emisi baru. Target ini dikenal sebagai Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (NDC), berdasarkan Perjanjian Paris 2015.

Sejauh ini, hanya beberapa negara yang telah menyerahkan NDC baru.

Tiongkok harus "menetapkan batasan total untuk pembangkitan listrik dari batu bara." Selain itu, Tiongkok perlu merumuskan "jadwal yang jelas untuk menghentikan PLTU batu bara," kata Gao Yuhe, pimpinan proyek Greenpeace Asia Timur di Beijing, kepada AFP.

"Target 2030 untuk kapasitas energi terbarukan terpasang harus ditingkatkan. Ini untuk mempercepat penggantian listrik batu bara dengan energi terbarukan. Tujuannya adalah penurunan emisi karbon di sektor energi pada 2025," katanya.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *