Keamanan

Filipina angkat isu keamanan terkait kehadiran drone bawah laut asal Tiongkok

Drone bawah laut yang diduga berasal dari Tiongkok dan mampu mendukung perang bawah laut, menimbulkan kekhawatiran keamanan nasional di tengah sengketa wilayah.

Laksamana Muda Angkatan Laut Filipina Roy Trinidad memperlihatkan drone bawah laut yang ditemukan pada 15 April, dan mengonfirmasi perangkat tersebut memiliki kemampuan mengumpulkan data yang berpotensi digunakan dalam 'perang bawah laut.' [Ted Aljibe/AFP]
Laksamana Muda Angkatan Laut Filipina Roy Trinidad memperlihatkan drone bawah laut yang ditemukan pada 15 April, dan mengonfirmasi perangkat tersebut memiliki kemampuan mengumpulkan data yang berpotensi digunakan dalam 'perang bawah laut.' [Ted Aljibe/AFP]

Oleh Focus dan AFP |

Di tengah meningkatnya sengketa wilayah antara Tiongkok dan Filipina di Laut Tiongkok Selatan, penemuan drone bawah laut yang diduga berasal dari Tiongkok baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran keamanan yang serius.

Lima drone bawah laut yang ditemukan oleh nelayan Filipina mampu mengumpulkan informasi yang dapat bermanfaat dalam “perang bawah laut,” kata militer negara itu pada 15 April, dengan menyebutkan setidaknya salah satu di antaranya telah mengirimkan sinyal ke Tiongkok.

Informasi ini terungkap setelah berbulan-bulan ketegangan antara Filipina dan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, dan bertepatan dengan persiapan Manila untuk latihan militer skala besar bersama negara sahabat, Amerika Serikat, bulan ini.

Kelima drone bawah laut tersebut ditemukan antara tahun 2022 hingga 2024 di beberapa lokasi yang dianggap "penting secara strategis" untuk pertahanan dan keamanan negara serta navigasi laut internasional, menurut pejabat militer Filipina pada 15 April.

Kepolisian Nasional Filipina memeriksa drone bawah laut asal Tiongkok yang ditemukan oleh nelayan Filipina di lepas pantai Pulau Masbate pada 30 Desember lalu. [Kepolisian Nasional Filipina Kasurog Bicol/Facebook]
Kepolisian Nasional Filipina memeriksa drone bawah laut asal Tiongkok yang ditemukan oleh nelayan Filipina di lepas pantai Pulau Masbate pada 30 Desember lalu. [Kepolisian Nasional Filipina Kasurog Bicol/Facebook]
Foto tanpa tanggal ini memperlihatkan drone bawah laut dengan marka Tiongkok yang ditemukan di perairan Filipina tengah pada 30 Desember lalu. [Surat selebaran/Kantor Regional 5 Kepolisian Nasional Filipina]
Foto tanpa tanggal ini memperlihatkan drone bawah laut dengan marka Tiongkok yang ditemukan di perairan Filipina tengah pada 30 Desember lalu. [Surat selebaran/Kantor Regional 5 Kepolisian Nasional Filipina]

“Drone itu memiliki kemampuan untuk menerima, memproses, menyimpan, dan mengirimkan data melalui komunikasi satelit ke stasiun darat, kapal induk, atau drone lainnya,” kata Laksamana Muda Roy Trinidad, juru bicara angkatan laut Filipina untuk isu Laut Tiongkok Selatan, menurut Philippine News Agency.

Data yang dikumpulkan drone digunakan untuk kepentingan lain "selain navigasi," lanjut Trinidad, lalu menambahkan perangkat itu digunakan untuk memetakan kontur bawah laut dan mengumpulkan data batimetri, yang penting untuk strategi militer bawah laut.

Asal Tiongkok

Pejabat Filipina mengonfirmasi salah satu dari lima drone yang ditemukan, yakni model "HY-119" berwarna kuning yang ditemukan di lepas Pulau Masbate pada 30 Desember, berasal dari Tiongkok.

"Itu adalah drone bawah laut buatan Tiongkok," kata Kepala Grup Maritim Kepolisian Nasional Filipina, Jonathan Cabal, dalam sidang Senat pada 15 Januari, menurut Philstar.com.

“Tidak ada drone bawah laut seperti itu di sektor komersial kami. Itulah sebabnya kami menyimpulkan ini bukan produk yang tersedia secara komersial, tetapi memiliki standar militer atau untuk kepetningan ilmiah.”

Brigadir Jenderal Andre Dizon, komandan polisi Masbate, menyoroti kemampuan komunikasi satelit drone tersebut untuk mengirim dan menerima data serta pesan suara, seperti yang dilaporkan Naval News pada 3 Januari.

“Berdasarkan marka yang ditemukan, ini adalah sistem navigasi dan komunikasi bawah laut buatan Tiongkok,” kata Dizon.

Laporan Naval News pada Januari menyatakan drone tersebut adalah kendaraan selam tak berawak "Sea Wing" yang dikembangkan oleh Institut Oseanologi Tiongkok. Drone ini mampu mencapai kedalaman lebih dari 6,4 km dan berpotensi memperkuat armada kapal selam Tiongkok dengan kemampuan mendeteksi dan melacak kapal selam.

Meski otoritas Filipina belum secara resmi menyebut Tiongkok sebagai asal dari drone-drone lainnya, bukti yang ada sangat mengarah ke sana.

Salah satu drone dilengkapi kartu SIM yang terakhir terhubung ke jaringan di daratan Tiongkok, sementara drone-drone lainnya memiliki marka dalam bahasa Tiongkok.

Penilaian oleh pejabat Filipina menunjukkan kemungkinan 55% hingga 80% bahwa drone tersebut diluncurkan oleh Tiongkok, berdasarkan komponen dan hubungan komunikasinya.

Trinidad juga melaporkan penemuan pemancar iridium dengan nomor seri dari HWA Create, perusahaan yang berkantor pusat di Beijing dan bergerak dalam solusi pertahanan, sipil, pemerintah, dan industri.

Sementara itu, drone lainnya ditemukan memiliki sensor konduktivitas, suhu, dan kedalaman (CTD) serta paket baterai yang bertanda "China Electronics Technology Group (CETG)."

CETG Corporation adalah badan usaha milik negara yang bergerak di integrasi sipil-militer dalam bidang teknologi informasi. Sensor CTD dapat memberikan data penting untuk memahami karakteristik fisik lautan.

Penempatan strategis

Lokasi penemuan drone, mulai dari Luzon di utara hingga Mindanao di selatan — termasuk dua di dekat Selat Balintang di selatan Taiwan dan lainnya di lepas pantai utara Luzon — menunjukkan penempatan strategis drone tersebut di jalur maritim utama dan titik-titik penting, seperti Pulau Masbate dan Mindanao.

Distribusi geografis yang luas ini memperkuat kekhawatiran pejabat Filipina tentang upaya pengintaian terselubung jangka panjang yang menargetkan perairan Filipina.

Kedutaan Besar Tiongkok belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.

Wakil Menteri Energi, Alexander Lopez, juru bicara Dewan Maritim Nasional, memperingatkan aktivitas bawah laut semacam itu mungkin mencerminkan upaya untuk mengklaim kendali atas wilayah yang menjadi sengketa.

"Pada dasarnya, sejauh itulah mereka ingin masuk ke wilayah maritim kita," katanya di bulan April, menurut laporan berita.

Meski data seperti pembacaan batimetri dapat digunakan untuk keperluan ilmiah, Trinidad menekankan peran pentingnya dalam operasi kapal selam, penghindaran sonar, dan peperangan dasar laut — domain yang sangat rentan bagi negara kepulauan seperti Filipina.

"Ini adalah masalah keamanan nasional," kata Pemimpin Mayoritas Senat Francis Tolentino pada bulan April. Dia meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Tiongkok menggunakan drone ini untuk mengumpulkan data bawah laut untuk tujuan militer, katanya, sebagaimana dilaporkan Philippine News Agency.

Tolentino menegaskan pentingnya melindungi hak kedaulatan Filipina di Laut Filipina Barat melalui jalur diplomatik dan hukum.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *