Oleh Focus |
Filipina telah berjanji untuk mempertahankan pasukannya di atas kapal BRP Sierra Madre yang dikandaskan di Second Thomas Shoal, yang juga dikenal sebagai Ayungin Shoal di Filipina dan Renai Jiao di Tiongkok, meskipun adanya peningkatan kehadiran maritim Beijing.
Manila menegaskan bahwa misi pasokan akan terus dilanjutkan dan bahwa marinir yang berada di kapal tersebut tidak akan dipaksa untuk turun dari kapal.
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) mengonfirmasi pada 28 Agustus bahwa kapal tarik Angkatan Laut Tiongkok, yang telah menimbulkan kekhawatiran terkait kemungkinan penarikan kapal Sierra Madre, telah meninggalkan karang tersebut, menurut Philippine Daily Inquirer.
“Kapal tarik itu tidak terlihat lagi… Setelah [26 Agustus], kapal tarik itu tidak terlihat lagi,” kata Juru Bicara Angkatan Laut Filipina, Laksamana Muda Roy Vincent Trinidad. Ia menekankan bahwa “membutuhkan lebih dari sekadar kapal tarik untuk menarik” kapal tersebut.
![Kapal BRP Sierra Madre terlihat berada di Second Thomas Shoal, Laut Tiongkok Selatan, pada 10 November 2023. [Jam Sta Rosa/AFP]](/gc9/images/2025/09/01/51751-afp__20231111__34382g4__v1__highres__philippineschinadiplomacymaritime-370_237.webp)
Kapal tersebut telah berlabuh secara permanen sejak 1999 untuk menunjukkan kehadiran Manila di perairan yang dperisengketakan. Satu pasukan kecil marinir tetap berada di atas kapal.
Manila menggambarkan keberangkatan kapal tarik tersebut sebagai bukti ketahanan Filipina dalam mempertahankan Sierra Madre.
AFP melaporkan lonjakan sejumlah kapal Tiongkok di sekitar terumbu karang pada 20 Agustus. Pengerahan tersebut meliputi lima kapal penjaga pantai Tiongkok, 11 perahu cepat bersenjata berat, sembilan perahu milisi maritim, serta satu helikopter dan satu drone.
“Hal ini tidak biasa bagi [Tiongkok] untuk menguji meriam air mereka, memperlihatkan apa yang tampak seperti senapan mesin berat yang tertutup, dan menjatuhkan jaring ikan yang dapat menghalangi kapal,” kata Trinidad kepada wartawan dalam wawancara telepon, seperti dilaporkan oleh Inquirer.net pada 23 Agustus. Pasukan Filipina dengan cepat mengangkat jaring-jaring tersebut.
Manuver berbahaya
Tindakan Tiongkok meliputi pendekatan dekat terhadap kapal Filipina dan penggunaan meriam air, yang menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi.
Panglima AFP Jenderal Romeo Brawner Jr. menekankan pentingnya menjaga pasukan marinir Filipina di Sierra Madre.
Pos terdepan tersebut melambangkan kedaulatan Filipina di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mereka, katanya. “Bahkan jika kita hanya menggunakan perahu karet melawan kapal yang lebih besar, kita akan terus mendorongnya ke luar karena kita tidak akan membiarkan kapal tersebut mendekat,” katanya.
Manila bertekad akan terus melanjutkan misi pasokan. Berbagai operasi ini merupakan “misi kemanusiaan rutin” yang dilakukan di bawah kedaulatan Filipina, kata Kementerian Luar Negeri.
“Rotasi dan penempatan kembali pasukan kami merupakan kewajiban moral kepemimpinan Angkatan Bersenjata. Terlepas dari ancaman apa pun, tindakan paksa atau agresif apa pun, hal itu akan dilaksanakan,” kata Trinidad.
Kematian seorang warga Filipina akan menjadi “garis merah” bagi AFP, kata Brawner. “Jika ada seorang warga Filipina yang tewas, itu adalah garis merah. Kami selalu siap menghadapi segala kemungkinan.”
Dia memerintahkan pasukan untuk mencegah upaya pendaratan oleh pihak Tiongkok.
Peningkatan ketegangan
Media lokal mengutip pernyataan Trinidad bahwa kapal Tiongkok di sekitar terumbu karang telah meningkat dari rata-rata tujuh kapal milisi dan dua kapal penjaga pantai menjadi 20 pada 20 Agustus, sebelum sedikit menurun menjadi 13 kapal milisi, dua kapal penjaga pantai, dan satu kapal tarik angkatan laut pada 25 Agustus.
Pejabat Filipina mengaitkan peningkatan penempatan pasukan Tiongkok dengan ketegangan regional yang terjadi setelah tabrakan antara dua kapal Tiongkok di Scarborough Shoal pada awal Agustus.
Perilaku Tiongkok dan klaim teritorialnya“bukan hanya menjadi perhatian, tetapi juga layak dikecam karena ini merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” kata Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro Jr. pada 22 Agustus dalam konferensi pers bersama di Manila dengan mitranya dari Australia yang sedang berkunjung, Richard Marles.
Misi Filipina untuk memasok kembali Sierra Madre melanggar kedaulatan Tiongkok, kata Beijing.
Manila teguh pada pendiriannya
Pemerintah Filipina menegaskan bahwa kapal tersebut merupakan pos terdepan yang sah di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.
Manila merujuk pada putusan Permanent Court of Arbitration tahun 2016 di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Lebih dari 60% perdagangan maritim dunia, senilai lebih dari USD 3 triliun per tahun, melewati Laut Tiongkok Selatan. Meski begitu, Beijing mengklaim hampir seluruh perairan strategis tersebut, bertentangan dengan klaim dari Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Manila menyatakan tetap berkomitmen melindungi kedaulatannya, memastikan pasokan bagi pasukan di BRP Sierra Madre, dan menahan tekanan dari kekuatan maritim Tiongkok.
Jenderal Brawner memuji keteguhan marinir Filipina yang bertugas di kapal tersebut. “Apa yang dilakukan para prajurit kita di BRP Sierra Madre memang berat… namun mereka tetap mengabdi dengan penuh martabat,” ujarnya.
![Pada 20 Agustus, kapal penjaga pantai Tiongkok terpantau melakukan manuver dan latihan menggunakan meriam air. Beberapa kapal kecil lainnya, termasuk perahu karet bermesin keras (rigid-hulled inflatable boats) dan kapal cepat dengan senjata terpasang, juga dikerahkan di dalam area karang tersebut. [Angkatan Bersenjata Filipina/X]](/gc9/images/2025/09/01/51753-gy4sroxbcaa55en-370_237.webp)