Kapabilitas

Kerja sama Australia–AS imbangi dominasi Tiongkok di industri logam tanah jarang

Kesepakatan bersejarah antara Canberra dan Washington menjanjikan pembangunan rantai pasok alternatif dan mengurangi dominasi Tiongkok atas mineral-mineral kritis.

Lokasi proyek Nolans milik Arafura Rare Earths di Wilayah Utara, Australia. [Arafura]
Lokasi proyek Nolans milik Arafura Rare Earths di Wilayah Utara, Australia. [Arafura]

Oleh AFP dan Focus |

SYDNEY -- Dominasi Tiongkok atas produksi logam tanah jarang kemungkinan akan segera mendapat tantangan, kata seorang pelaku utama industri pertambangan setelah Amerika Serikat menjalin kerja sama terobosan dengan Australia dalam bidang mineral.

Pada 20 Oktober di Washington, Presiden AS Donald Trump menandatangani kesepakatan dengan Perdana Menteri Anthony Albanese yang memberikan Amerika Serikat akses ke cadangan besar logam tanah jarang dan mineral kritis Australia, yang esensial untuk segala hal mulai dari panel surya hingga rudal presisi.

CEO perusahaan tambang logam tanah jarang Australia, Arafura Resources, mengatakan pengembangan proyek di luar Tiongkok membawa dampak positif.

"Tiongkok pada dasarnya telah menguasai pasar logam tanah jarang dengan mengendalikan harganya," kata pimpinan Arafura, Darryl Cuzzubbo, kepada AFP. "Mengembangkan rantai pasok di negara-negara yang sehaluan akan membantu mengubah dinamika tersebut."

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan setelah menandatangani dokumen terkait mineral kritis di Washington, DC, pada 20 Oktober. [Saul Loeb/AFP]
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan setelah menandatangani dokumen terkait mineral kritis di Washington, DC, pada 20 Oktober. [Saul Loeb/AFP]

Pencarian panjang akan mitra yang andal

Negara-negara produsen seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Korea Selatan telah lama mencari mitra yang kecil kemungkinannya menggunakan logam tanah jarang sebagai alat tawar-menawar.

Kesepakatan AS-Australia membuka jalan bagi rantai pasok alternatif di luar Tiongkok, kata Cuzzubbo. 'Dan hal itu memberikan keyakinan kepada para investor bahwa negara-negara yang sehaluan ini akan melakukan sesuatu untuk mengubah dominasi Tiongkok."

Pada dasarnya, Amerika Serikat sepakat membantu membiayai sejumlah proyek logam tanah jarang di Australia, dengan imbalan akses istimewa terhadap berbagai mineral yang mereka gali. Australia sangat kompeten dalam ekstraksi mineral, tetapi masih menghadapi kesulitan dalam proses pengolahan di dalam negeri. Setiap tahun, lebih dari 90% litium Australia masih dikirim ke kilang luar negeri.

Arafura Resources merupakan salah satu proyek pertama yang menerima pembiayaan di bawah kesepakatan AS–Australia dan berupaya dengan cepat meningkatkan kapasitas pengolahannya sendiri.

Perusahaan Australia lainnya, Lynas Resources, sudah mendapatkan kontrak senilai US$258 juta untuk membangun pabrik pengolahan logam tanah jarang di Texas.

“Hubungan dengan Tiongkok akan terus berlangsung dinamis sampai terbentuk rantai pasokan yang beragam,” ujar Cuzzubbo. “Dan Tiongkok akan memanfaatkan situasi itu semaksimal mungkin, karena mereka tahu dalam tiga sampai lima tahun ke depan, mereka akan mulai kehilangan kendali.”

Para analis menilai kecil kemungkinannya Australia mampu memproduksi logam tanah jarang olahan dalam skala yang sama dengan Tiongkok, tetapi Australia dapat mengurangi cengkeraman Beijing jika berhasil membangun sebagian kecil saja dari kapasitas serupa.

“Australia adalah mitra terpenting Amerika Serikat dalam menghadapi dominasi Tiongkok atas logam tanah jarang,” kata Center for Strategic and International Studies (CSIS) dalam sebuah artikel tanggal 20 Oktober.

Kekuatan Australia

Pentingnya Australia terletak pada basis sumber daya yang tak tertandingi dan kekuatan finansialnya, tambah CSIS. Negara ini memiliki sejumlah cadangan mineral kritis terkaya di dunia, dan bursa sahamnya menjadi kekuatan global dalam pendanaan usaha pertambangan, hanya kalah dari Asia dalam total nilai pasar usaha tersebut.

Albanese mengatakan kesepakatan logam tanah jarang ini akan menghasilkan proyek mineral kritis senilai US$8,5 miliar di Australia dan membawa hubungan kedua negara ke "tingkat berikutnya."

Perdana Menteri Australia mempromosikan kekayaan mineral kritis negaranya sebagai cara untuk mengurangi cengkeraman Tiongkok atas pasokan logam tanah jarang global, yang sangat penting bagi produk teknologi.

Data pemerintah menunjukkan Australia termasuk dalam lima produsen teratas dunia untuk lithium, kobalt, dan mangan, yang digunakan dalam berbagai produk mulai dari semikonduktor hingga perangkat keras pertahanan, mobil listrik, dan turbin angin.

Para analis menyatakan kecil kemungkinannya Australia mampu menyaingi dominasi Tiongkok, tetapi negara ini menawarkan jalur pasokan yang andal dan lebih kecil sehingga mengurangi risiko ketergantungan berlebihan pada Tiongkok. Pemerintah Australia mengatakan mereka dan pemerintah AS masing-masing akan menginvestasikan lebih dari US$1 miliar dalam enam bulan ke depan, sementara Gedung Putih menyebutkan angka total sebesar US$3 miliar dari kedua negara.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *