Keamanan

Pendapatan industri senjata Tiongkok anjlok seiring dampak pembersihan di tubuh militer

Jepang, Korsel, dan India mempersempit jarak dalam perlombaan senjata di Asia saat pembersihan anti-korupsi Xi Jinping mengguncang jajaran eksekutif dan laba produsen senjata Tiongkok.

Rudal antikapal YJ-83J produksi Tiongkok ditampilkan di pameran September 2017 di Tiongkok, yang digelar untuk memperingati 90 tahun Tentara Pembebasan Rakyat. [Tyg728/Wikimedia Commons]
Rudal antikapal YJ-83J produksi Tiongkok ditampilkan di pameran September 2017 di Tiongkok, yang digelar untuk memperingati 90 tahun Tentara Pembebasan Rakyat. [Tyg728/Wikimedia Commons]

Oleh Focus |

Para kontraktor pertahanan terbesar Tiongkok mengalami penurunan pendapatan, sementara penjualan senjata global mencapai rekor tertinggi. Ini melemahkan upaya Beijing membangun industri militer kelas dunia.

Penurunan itu membuat Asia dan Oseania menjadi satu-satunya wilayah tempat para pembuat senjata terbesar dunia kehilangan pangsa secara keseluruhan pada tahun lalu.

Menurut laporan 1 Desember SIPRI, pendapatan gabungan dari 23 perusahaan senjata yang bermarkas di Asia dan Oseania dalam peringkat 100 besar terbaru mengalami penurunan 1,2% menjadi US$130 miliar pada 2024.

Produsen senjata Tiongkok kehilangan pangsa pasar

SIPRI menyebut penurunan itu “hampir sepenuhnya” disebabkan oleh lesunya produsen senjata Tiongkok. Delapan perusahaan Tiongkok dalam daftar 100 besar mencatat penurunan total pendapatan penjualan senjata sebesar 10% menjadi US$88,3 miliar pada 2024, angka penurunan persentase terbesar di antara semua negara dalam daftar. Enam dari delapan perusahaan itu mencatat penurunan pendapatan di tengah berbagai tuduhan korupsi dalam proses pengadaan, yang menyebabkan tertundanya pesanan baru dan peninjauan kembali semua kontrak yang ada, menurut SIPRI.

Tiongkok satu-satunya negara dalam daftar Top 100 SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) yang penjualan senjatanya turun pada 2024. Pendapatannya merosot 10% saat sebagian besar negara lain membukukan pertumbuhan dua digit. Grafik batang menampilkan kinerja pendapatan 14 eksportir senjata teratas sepanjang 2023–2024, mencakup 12 negara, kategori “lainnya”, serta Trans-Eropa. Istilah Trans-Eropa secara kolektif merujuk pada tiga perusahaan yang dimiliki beberapa negara Eropa: Airbus, MBDA, dan KNDS. [SIPRI]
Tiongkok satu-satunya negara dalam daftar Top 100 SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) yang penjualan senjatanya turun pada 2024. Pendapatannya merosot 10% saat sebagian besar negara lain membukukan pertumbuhan dua digit. Grafik batang menampilkan kinerja pendapatan 14 eksportir senjata teratas sepanjang 2023–2024, mencakup 12 negara, kategori “lainnya”, serta Trans-Eropa. Istilah Trans-Eropa secara kolektif merujuk pada tiga perusahaan yang dimiliki beberapa negara Eropa: Airbus, MBDA, dan KNDS. [SIPRI]

Raksasa penerbangan AVIC, yang menempati peringkat kedelapan, tetap menjadi produsen senjata terbesar Tiongkok, tetapi pendapatan dari penjualan senjatanya menurun seiring melambatnya pengiriman pesawat tempur, menurut SIPRI. Produsen sistem darat NORINCO, peringkat ke-11, mencatat penurunan paling tajam di antara 100 besar, dengan pendapatan dari penjualan senjata turun 31% menjadi US$14,0 miliar setelah otoritas meninjau atau memaksa penundaan kontrak besar menyusul pengunduran diri direktur utama dan kepala divisi militer akibat tuduhan korupsi.

"Berbagai tuduhan korupsi dalam pengadaan senjata di Tiongkok membuat kontrak-kontrak besar senjata ditunda atau dibatalkan sepanjang tahun 2024," kata Nan Tian, direktur Program Produksi Senjata dan Belanja Militer di SIPRI, dalam keterangan resmi lembaga tersebut.

"Situasi ini menambah ketidakjelasan mengenai kemajuan modernisasi militer Tiongkok serta target waktu realisasi kemampuan barunya," ujarnya menambahkan.

Pemberantasan korupsi memukul proses pengadaan

Menurut Reuters, tekanan yang dirasakan industri pertahanan Tiongkok erat kaitannya dengan kampanye anti-korupsi yang menyeluruh dan berjangka panjang yang dipimpin Presiden Xi Jinping.

PLA menjadi salah satu sasaran utama operasi pemberantasan itu. Pada 2023, penyelidik di bawah Xi mengarahkan perhatiannya pada Pasukan Roket PLA yang tersohor.

Pada bulan Oktober, sembilan jenderal senior di Tiongkok dipecat oleh Partai Komunis karena tuduhan korupsi, termasuk He Weidong, yang merupakan jenderal dengan pangkat tertinggi kedua di negara itu. Menurut SIPRI, pergolakan politik yang terus-menerus ini berdampak langsung pada kinerja perusahaan pembuat senjata.

Menurut SIPRI, perusahaan dirgantara dan produsen rudal CASC, yang menempati peringkat ke-17, mengalami penurunan pendapatan dari penjualan senjata, terutama karena Tiongkok menunda proyek satelit militer dan kendaraan peluncur setelah Presiden CASC diberhentikan pada akhir 2023 terkait tuduhan korupsi. Pendapatan senjata CASC merosot 16% menjadi US$10,2 miliar.

Sebaliknya, pembuat kapal CSSC, yang menempati peringkat ke-14, merupakan salah satu dari hanya dua perusahaan senjata Tiongkok di daftar 100 besar yang mencatat pertumbuhan. Pendapatan CSSC dari penjualan senjata meningkat 8,7%.

Jepang, Korea Selatan, dan India mencatat kenaikan

Pada saat produsen senjata Tiongkok tertekan, para pesaing regional justru tumbuh pesat.

Empat perusahaan Korea Selatan yang masuk daftar 100 besar mencatat kenaikan pendapatan dari penjualan senjata sebesar 31%, mencapai US$14,1 miliar pada 2024. Hanwha Group, peringkat ke-21, mencatat lonjakan pendapatan sebesar 42% menjadi US$8,0 miliar, didorong oleh meningkatnya ekspor dan pengiriman sistem senjata domestik. Menurut SIPRI, untuk pertama kalinya, pendapatan ekspor Hanwha melampaui pendapatan dari pasar dalam negeri.

Lima perusahaan Jepang yang masuk daftar 100 besar mencatat total pendapatan dari penjualan senjata sebesar US$13,3 miliar pada 2024, meningkat 40% dari tahun sebelumnya. Semua perusahaan mencatat pertumbuhan dua digit berkat kuatnya permintaan domestik. Mitsubishi Heavy Industries, peringkat ke-32, mencatat lonjakan pendapatan sebesar 37%, terutama dari penjualan pesawat dan sistem rudal, menurut laporan SIPRI.

Sementara India tumbuh dengan lebih stabil. Tiga perusahaan India dalam 100 besar mencatatkan kenaikan total pendapatan dari penjualan senjata sebesar 8,2% menjadi US$7,5 miliar pada 2024, menurut laporan institut tersebut.

Penjualan senjata di seluruh dunia memecahkan rekor baru

Selain Asia dan Oseania, semua wilayah lain mencatat pertumbuhan. Penjualan senjata gabungan oleh 100 perusahaan teratas di dunia meningkat 5,9% pada 2024, mencapai rekor US$679 miliar, saat produsen memanfaatkan tingginya permintaan yang didorong oleh konflik di Ukraina dan Gaza serta meningkatnya ketegangan regional, menurut laporan SIPRI.

Perusahaan senjata AS tetap menguasai pangsa pasar terbesar, dengan total pendapatan meningkat 3,8% menjadi US$334 miliar. Eropa, di luar Rusia, mencatat kenaikan pendapatan gabungan sebesar 13% menjadi US$151 miliar, sementara dua perusahaan Rusia dalam daftar 100 besar meningkatkan total pendapatan senjata mereka sebesar 23% menjadi US$31,2 miliar, menurut SIPRI.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *