Keamanan

Kehadiran kapal induk Fujian Tiongkok picu kecemasan Jepang atas pesatnya pembangunan kekuatan laut

Kapal induk yang baru langsung menjalani latihan ambisius hanya beberapa pekan setelah resmi bertugas, memunculkan indikasi Beijing menargetkan kesiapan operasional penuh dalam waktu cepat.

Sebuah jet tempur Tiongkok lepas landas dari dek kapal induk Fujian dalam rekaman yang ditayangkan media pemerintah Tiongkok, CCTV 7. Jepang menilai peralihan cepat kapal tersebut ke latihan dengan kekuatan nyata menegaskan ambisi Beijing untuk meningkatkan kemampuan operasinya di laut lepas. [CCTV 7/tangkapan layar]
Sebuah jet tempur Tiongkok lepas landas dari dek kapal induk Fujian dalam rekaman yang ditayangkan media pemerintah Tiongkok, CCTV 7. Jepang menilai peralihan cepat kapal tersebut ke latihan dengan kekuatan nyata menegaskan ambisi Beijing untuk meningkatkan kemampuan operasinya di laut lepas. [CCTV 7/tangkapan layar]

Oleh Zarak Khan |

Jepang menyatakan keprihatinan atas peresmian kapal induk Fujian milik Tiongkok, memperingatkan kehadiran kapal baru ini menandai eskalasi signifikan dalam postur militer Beijing serta meningkatkan kemampuannya memproyeksikan kekuatan hingga jauh ke perairan sengketa.

Tokyo menilai kapal induk ketiga Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat bukan sekadar tambahan rutin, melainkan peningkatan kemampuan operasi jarak jauh Tiongkok yang dinilai mengkhawatirkan, terutama di sekitar Jepang dan Taiwan.

Fujian, yang dinamai sesuai provinsi Tiongkok yang menghadap Taiwan, resmi bertugas pada 5 November di Sanya, Provinsi Hainan, dan dinilai sangat signifikan sebagai kapal induk pertama Tiongkok yang dilengkapi Sistem Peluncuran Pesawat Elektromagnetik.

Hal yang semakin mengkhawatirkan Jepang, formasi kapal induk baru ini dengan cepat menjalankan misi “latihan tempur langsung di laut” pertamanya hanya beberapa pekan setelah diresmikan.

Angkatan Laut Jepang, AS, India, dan Australia menggelar operasi gabungan di dekat Guam dalam Latihan Malabar 25 pada bulan November. Tokyo menyebut sikap eksternal Tiongkok sebagai “masalah yang sangat mengkhawatirkan bagi Jepang dan masyarakat internasional.” [Komando Indo-Pasifik AS/X]
Angkatan Laut Jepang, AS, India, dan Australia menggelar operasi gabungan di dekat Guam dalam Latihan Malabar 25 pada bulan November. Tokyo menyebut sikap eksternal Tiongkok sebagai “masalah yang sangat mengkhawatirkan bagi Jepang dan masyarakat internasional.” [Komando Indo-Pasifik AS/X]

Formasi tersebut “melaksanakan berbagai latihan, termasuk navigasi armada, operasi pencarian dan penyelamatan gabungan kapal dan pesawat, serta manuver lepas landas dan pendaratan pesawat di kapal induk,” demikian laporan Xinhua, media pemerintah Tiongkok.

“Berbagai jenis pesawat berbasis kapal induk telah menyelesaikan latihan lepas landas dan pendaratan menggunakan sistem ketapel di Fujian,” lapor Xinhua.

Penempatan yang begitu cepat ini mengindikasikan adanya niat agresif untuk mencapai kesiapan operasional penuh.

Tokyo akan “memantau dengan cermat” operasi militer Tiongkok di dekat Jepang dan akan merespons secara “tenang dan tegas,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Minoru Kihara, seperti dikutip Kyodo News.

Tiongkok berupaya memperluas jangkauan operasinya ke perairan dan wilayah udara yang jauh, ujarnya, seraya menegaskan Jepang akan mengambil “segala langkah yang diperlukan untuk memastikan kewaspadaan dan pengawasan” di wilayah sekitarnya.

Dengan ukuran yang lebih besar dan teknologi yang lebih canggih dibanding dua kapal induk pertama Tiongkok, Liaoning dan Shandong, Fujian mencerminkan pesatnya ekspansi kekuatan Angkatan Laut Beijing.

Meski demikian, tiga kapal induk Tiongkok masih tertinggal jauh dari armada 11 kapal induk Amerika Serikat.

Japan siaga

Menurut para analis dan pejabat Jepang, Beijing tidak hanya berupaya memperluas jangkauan operasionalnya, tetapi juga melemahkan daya tangkal dengan menormalkan kehadiran kapal-kapal Tiongkok bersenjata berat di dekat koridor udara dan laut yang sensitif.

Pada bulan September, Fujian berlayar melintasi Selat Taiwan menuju Laut Tiongkok Selatan sebagai bagian dari uji coba lautnya.

Kementerian pertahanan Jepang dan Taiwan memantau pergerakan kapal induk tersebut, yang membawanya hingga sekitar 200 kilometer dari Kepulauan Senkaku yang disengketakan dan dikelola Jepang (dikenal sebagai Kepulauan Diaoyu di Tiongkok). Beijing dan Taipei sama-sama mengklaim kepulauan tersebut.

Beijing tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk merebut Taiwan, sebuah pulau demokratis yang disebutnya sebagai provinsi pembangkang. Tiongkok juga mengklaim lebih dari 80 persen wilayah Laut Tiongkok Selatan sebagai bagian dari teritorialnya.

“Bagi Jepang, mencegah Tiongkok menguasai Selat Taiwan adalah hal yang krusial demi kelangsungan hidup dan mencegah dominasi penuh Tiongkok,” tulis Eurasian Times dalam analisisnya pada 29 November.

Sebuah serangan berskala besar Tiongkok terhadap Taiwan berisiko memicu “benturan langsung dengan kapal patroli dan pertahanan udara Jepang,” atau bahkan mencakup “serangan yang disengaja untuk melumpuhkan pangkalan-pangkalan Jepang di sekitarnya” yang mungkin ingin digunakan Pentagon untuk menghadapi Tiongkok, lanjut media tersebut.

“Oleh karena itu, Tokyo memandang potensi krisis Taiwan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari pertahanan teritorialnya sendiri,” tulisnya.

Risiko rantai pulau

Program Fujian lebih ditujukan untuk mendukung ambisi maritim Tiongkok yang luas, bukan semata-mata kebutuhan pertahanan, kata para analis keamanan.

Kapal induk merupakan “kunci visi kepemimpinan Tiongkok untuk menjadikan negara itu sebagai kekuatan besar dengan Angkatan Laut laut-lepas,” kata Greg Poling, direktur Asia Maritime Transparency Initiative di lembaga kajian kebijakan Center for Strategic and International Studies (CSIS), kepada Associated Press (AP).

Menurut Poling, sementara Angkatan Laut Tiongkok ingin mendominasi perairan di sekitar rantai pulau pertama yang mencakup Jepang, Taiwan, dan Filipina, Tiongkok juga berupaya mengembangkan kemampuan untuk menghadapi rantai pulau kedua.

Amerika Serikat memiliki pangkalan militer penting di Guam dan lokasi lain di rantai pulau kedua.

“Kapal induk pada dasarnya tidak terlalu efektif di Rantai Pulau Pertama, tetapi menjadi elemen kunci dalam persaingan—jika memang terjadi—dengan Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas,” kata Poling, menurut AFP.

Pemerintah Jepang dalam buku putih pertahanan 2025 menyatakan Tiongkok “mengintensifkan aktivitasnya di seluruh kawasan sekitar Jepang … melampaui apa yang disebut … rantai pulau pertama hingga ke rantai pulau kedua,” sejalan dengan penilaian Poling.

Tokyo menilai sikap eksternal Tiongkok sebagai “masalah yang sangat mengkhawatirkan bagi Jepang dan masyarakat internasional,” seraya menyerukan respons yang bertumpu pada "kekuatan nasional Jepang yang komprehensif" serta kerja sama dengan Amerika Serikat dan negara-negara sehaluan.

Laporan tersebut menyoroti pola perilaku tidak aman, termasuk pelanggaran wilayah udara Jepang oleh helikopter Penjaga Pantai Tiongkok pada Mei tahun ini, pelayaran kapal induk Tiongkok di dekat perairan teritorial Jepang pada September 2024, serta pelanggaran wilayah udara Jepang oleh pesawat militer Tiongkok pada Agustus 2024.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *