AFP |
MANILA -- Suara Seawoman Kelas Dua Stephane Villalon bergema di jembatan kapal Filipina saat ia mengeluarkan tantangan lewat radio kepada kapal Penjaga Pantai Tiongkok yang jauh lebih besar di area sengketa Laut Tiongkok Selatan.
Operator radio berpostur mungil 152 cm ini adalah salah satu dari 81 "Malaikat Laut" Penjaga Pantai Filipina, lulusan program pelatihan khusus wanita yang bertujuan untuk meredakan ketegangan di jalur perairan yang strategis.
"Kapal Penjaga Pantai Tiongkok 5303, ini adalah kapal Penjaga Pantai Filipina BRP Bagacay MRRV-4410. Ini adalah pemberitahuan bahwa saat ini Anda berlayar di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina," ujarnya dalam insiden yang direkam pada bulan Februari.
"Anda diminta untuk segera pergi dan memberitahu kami niat Anda."
![Seorang anggota Penjaga Pantai Filipina memandang kapal Penjaga Pantai Tiongkok yang berdekatan saat pasukan Filipina memasok persediaan di Second Thomas Shoal, Laut Tiongkok Selatan, pada 10 November 2023. Operator radio dengan program Malaikat Laut beranggotakan seluruhnya wanita secara rutin ditugaskan untuk misi di daerah tegang, memberikan arahan yang tegas namun tenang dalam upaya meredakan ketegangan di perairan yang diperebutkan. [Jam Sta Rosa/AFP]](/gc9/images/2025/03/12/49457-afp__20250307__36z96em__v1__highres__filesphilippineschinawomensecurity-370_237.webp)
Tindakan Villalon selama insiden tersebut adalah cerminan dari tujuan utama Penjaga Pantai Filipina, yang meluncurkan program Malaikat Laut pada tahun 2021.
Beijing mengklaim sebagian besar Laut Tiongkok Selatan meskipun ada putusan internasional yang menyatakan klaimnya tidak memiliki dasar hukum. Penjaga Pantai Tiongkok sering kali bentrok dengan Penjaga Pantai Filipina, memicu kekhawatiran akan konflik bersenjata.
"Program ini membantu kami menghadapi Penjaga Pantai Tiongkok karena kami dibantu wanita, yang sifat alaminya tidak agresif dan tidak konfrontatif," ujar Juru Bicara Penjaga Pantai, Laksamana Madya Algier Ricafrente, kepada AFP.
Pendekatan ini sempat menuai kritik saat pertama kali diperkenalkan. Beberapa pihak menilai bahwa menggambarkan wanita sebagai sosok yang tidak agresif adalah bentuk seksisme.
Anggota DPR Filipina Arlene Brosas mengkritik program ini, menilai bahwa penggunaan suara keibuan untuk meredakan situasi konflik meremehkan kompleksitas sengketa Laut Tiongkok Selatan.
Sementara analis geopolitik Filipina, Andrea Wong, mengakui bahwa penekanan berlebihan pada "karakteristik perempuan" bisa menjadi masalah, ia mengatakan kepada AFP bahwa program tersebut merupakan "upaya positif" yang dapat secara nyata memberdayakan kekuatan perempuan.
"Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi penuh mereka, baik dalam keterampilan bahasa maupun komunikasi," ujarnya.
Bagi operator radio Villalon, konsep program ini tidak perlu diperdebatkan.
"Kesabaran, ketenangan, serta kemampuan wanita menanggapi atau berkomunikasi dengan empati membuat kami unik dan lebih cocok untuk peran ini," ungkap wanita berusia 28 tahun ini kepada AFP.
Meski Penjaga Pantai Filipina memiliki ratusan operator, para Malaikat-lah yang secara rutin dikirim untuk menjalankan misi di wilayah tegang di Laut Tiongkok Selatan, kata Ricafrente.
"Program Malaikat Laut membuktikan bahwa ada hal-hal yang bisa dilakukan wanita lebih efektif daripada pria, terutama dalam komunikasi dengan aparat penegak hukum maritim lainnya," tambahnya.
"Mereka tidak merasa terancam saat berbicara dengan wanita."
'Kata-Kata Menggantikan Senjata'
Villalon mengaku bangga bisa mewakili perempuan Filipina di dunia yang didominasi laki-laki, terutama di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
"Saya hanya fokus pada pekerjaan saya dan menyampaikan komunikasi dengan jelas," katanya mengenai caranya menghadapi kapal Tiongkok. Ia juga mengungkapkan bahwa ia terinspirasi oleh ibunya, seorang ibu rumah tangga yang mengajarkan pentingnya keteguhan sikap.
Villalon menceritakan bagaimana nada suara operator radio Tiongkok berubah dari agresif menjadi lebih tenang saat ia berbicara dengannya di dekat Scarborough Shoal bulan lalu.
Juru Bicara Penjaga Pantai, Ricafrente, menegaskan bahwa Filipina berkomitmen untuk meredakan ketegangan dengan segala cara yang memungkinkan di Laut Tiongkok Selatan.
"Tidak ada yang menginginkan perang; tidak ada yang menginginkan konflik... tugas utama penjaga pantai adalah menjaga perdamaian," katanya, mengutip Komandan Penjaga Pantai Ronnie Gil Gavan, pencetus program Malaikat Laut, saat masih menjabat sebagai komandan distrik.
Ricafrente mengatakan bahwa Penjaga Pantai berharap dapat melatih satu kelompok Malaikat lagi tahun ini, bertepatan dengan kedatangan sejumlah kapal baru dari Jepang dan Prancis yang akan digunakan untuk patroli di Laut Tiongkok Selatan.
Meskipun ada pihak yang meragukan efektivitas program ini, Villalon, yang akan segera mempelajari bahasa Mandarin untuk meningkatkan keterampilan komunikasinya, yakin akan pentingnya menggunakan "kata-kata sebagai pengganti senjata."
"Saya semakin menyadari bahwa saya adalah wanita yang berani," kata Villalon.
"Bukan karena saya bersedia bertempur, tetapi karena saya ingin menghindari pertempuran."