Oleh Wu Qiaoxi |
Beijing telah memulai pembangunan fasilitas penelitian laut dalam baru di Laut Tiongkok Selatan. Langkah ini menunjukkan ekspansi cepat Tiongkok dalam eksplorasi kelautan global dan menegaskan ambisi strategis regionalnya.
Pembangunan instalasi penelitian ekosistem rembesan dingin, yang dipimpin oleh Institut Oseanologi Laut Tiongkok Selatan, dimulai pada 28 Februari di Nansha, Provinsi Guangzhou, menurut laporan Global Times, sebuah surat kabar nasional Tiongkok.
Fasilitas ini dijadwalkan selesai pada 2030.
Dirancang untuk beroperasi di kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan laut, fasilitas ini mampu menampung hingga enam ilmuwan selama satu bulan saat mereka melakukan penelitian.
![Gambar kapal selam laut-dalam Amerika menjelajahi Palung Mariana, sedalam 6.000 meter di Samudra Pasifik bagian barat. Program Penemuan Kelautan Internasional yang didukung banyak negara juga meneliti biosfer laut-dalam dan metana hidrat di rembesan dingin. [NOAA]](/gc9/images/2025/03/19/49538-cold_spring__1_-370_237.webp)
Misi utama mereka adalah mengeksplorasi kondisi ekstrem rembesan dingin—area di dasar laut tempat cairan kaya hidrokarbon merembes keluar dari retakan atau celah—serta meneliti cadangan besar es yang mudah terbakar (metana hidrat) di kawasan tersebut.
Rembesan dingin melepaskan metana, hidrogen sulfida, dan hidrokarbon dari dasar laut, menciptakan ekosistem unik yang mendukung kehidupan dalam kondisi ekstrem.
Wilayah baru
Penelitian laut dalam semakin mendapat perhatian dunia.
Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) serta Proteus Ocean Group mengumumkan pada Mei 2023 bahwa mereka sedang mengembangkan “stasiun antariksa bawah laut” pertama di dunia, Proteus, di dekat Curaçao di Karibia.
Namun, dengan kedalaman hanya 20 meter, Proteus jauh lebih dangkal dan lebih kecil daripada proyek ambisius Tiongkok.
Global Times melaporkan bahwa "stasiun antariksa bawah laut" Tiongkok akan membangun sistem pemantauan rembesan dingin permanen di dasar laut.
Sistem ini akan mengintegrasikan jaringan pemantauan “empat dimensi” yang memadukan drone kapal selam, kapal laut, dan stasiun observasi bawah laut.
Sejauh ini, lebih dari 900 rembesan dingin bawah laut telah ditemukan di seluruh dunia, termasuk enam di Laut Tiongkok Selatan.
Ekosistem rembesan dingin memancing animo ilmiah internasional yang cukup besar.
Misalnya, aliansi penelitian kelautan ECOGIG yang berbasis di Amerika Serikat berfokus pada ekosistem rembesan dingin di Teluk Meksiko, Fyord Samudra Atlantik, dan Teluk California.
Sementara itu, Program Penemuan Kelautan Internasional, yang melibatkan 21 negara, melakukan penelitian biosfer laut-dalam dan metana hidrat di lingkungan rembesan dingin.
“Peran strategis”
Namun, proyek stasiun laut dalam Tiongkok tidak hanya mencakup penelitian ilmiah dan pengembangan sumber daya.
Global Times secara eksplisit menggambarkan proyek ini memiliki “peran strategis”. Dengan mengembangkan teknologi-berawak laut-dalam, Tiongkok bertujuan menempatkan banyak stasiun laut dalam.
Di samping mendukung pengembangan sumber daya minyak, gas, dan mineral bawah laut seperti nodul besi dan mangan, teknologi ini juga melindungi "hak dan kepentingan" Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut Tiongkok Selatan dan mengabaikan klaim negara-negara lain, meskipun ada keputusan internasional yang menyatakan bahwa klaimnya tidak memiliki dasar hukum.
Mengingat sengketa wilayah yang berlangsung di kawasan tersebut, sikap Tiongkok yang semakin keras menimbulkan kekhawatiran.
Dengan dalih penelitian ilmiah, Tiongkok menggunakan fasilitas laut dalam ini untuk makin memperkuat kehadiran geopolitiknya dan menguasai sumber daya laut dalam di wilayah tersebut, menurut beberapa pengamat.