Oleh Chen Meihua |
Sebagai bentuk eskalasi nyata dari kampanye kekuatan persuasinya terhadap Taiwan, Tiongkok mulai menyesuaikan upaya "Front Persatuan"-nya untuk menyasar generasi muda, dengan pejabat Taiwan mengungkapkan strategi baru Beijing yang bertujuan untuk "memulai kampanye sejak masa kanak-kanak."
Perubahan strategi ini dilaporkan melibatkan pendekatan ideologis yang sistematis terhadap kaum muda Taiwan dari semua kelompok usia, yang difasilitasi melalui platform seperti Xiaohongshu (RedNote) dan Douyin, versi TikTok milik Tiongkok.
"Front Persatuan" mengacu pada operasi politik, ekonomi, dan informasi yang terkoordinasi oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk memecah belah, mengooptasi, dan menekan masyarakat Taiwan guna mewujudkan tujuan reunifikasi Beijing.
Menarik perhatian generasi muda
Kehadiran RedNote yang semakin berkembang di Taiwan patut dicermati, dengan hampir 3 juta pengguna aktif di Taiwan, menurut laporan BBC pada 30 Mei. Jumlah ini mewakili hampir 13% dari total penduduk Taiwan, dengan mayoritas penggunanya adalah remaja.
![Bintang tenis meja Taiwan, Lin Yun-ju (kedua dari kiri), terlihat mengenakan syal merah, simbol Komunis, saat melakukan kunjungan ke sebuah sekolah di Tiongkok tanggal 3 Juni. Foto tersebut menuai kontroversi di Taiwan setelah beredar. [Weibo]](/gc9/images/2025/06/13/50791-red_scarf-370_237.webp)
Penelitian yang dirilis pada bulan Januari oleh Academia Sinica Taiwan menemukan bahwa di antara pengguna berusia di bawah 18 tahun, siswa sekolah menengah pertama memiliki tingkat penggunaan tertinggi, yaitu sebesar 57,87%.
Penelitian tersebut mengungkapkan Douyin secara halus menyampaikan narasi seperti "reunifikasi memiliki dampak yang kecil" atau menggunakan berbagai isu internal Taiwan untuk menggambarkan "kegagalan demokrasi," dengan tujuan mengikis kepercayaan terhadap demokrasi.
Chiu Chui-cheng, Menteri Mainland Affairs Counci Taiwan, menekankan pentingnya kewaspadaan.
Chiu mengatakan pada bulan Mei bahwa Tiongkok mungkin menggunakan berbagai platform ini untuk upaya Front Persatuan. Ia mendesak sejumlah sekolah untuk memperkuat pendidikan tentang literasi media dan meningkatkan kesadaran akan risiko pesan politik tersembunyi serta pelanggaran privasi data.
'Alat propaganda politik'
“Aku senang melihat selebriti Tiongkok di RedNote. Aplikasi ini juga memiliki fitur untuk melihat postingan dari orang-orang di sekitar kita, dan ada banyak jenis influencer yang bisa dipilih,” kata Li Xiaoling, lulusan SMA berusia 18 tahun, kepada Focus.
Li, yang berbicara menggunakan nama samaran, menceritakan dia mulai terpukau dengan acara bakat dan media sosial Tiongkok pada tahun 2021, terutama Douyin dan RedNote.
Analis mengingatkan hiburan tersebut menyembunyikan agenda politik yang dirancang secara sistematis.
RedNote adalah "alat propaganda politik yang menyamar sebagai hiburan," kata Sung Kuo-cheng, peneliti di National Chengchi University, kepada Focus.
Dia menggambarkan efeknya sebagai suatu bentuk “pencucian otak kronis” yang secara halus dan terus-menerus membentuk persepsi pengguna.
Setelah pengguna terbawa dalam narasi yang selaras dengan kerangka ideologis PKT, seperti citra ideal "Tiongkok yang Indah," mereka mulai merasakan kedekatan terhadap Tiongkok, kata Sung.
“Kamu tidak lagi melihatnya sebagai musuh,” katanya.
Para pejabat Tiongkok sendiri telah mengindikasikan penggunaan media sosial sebagai alat propaganda.
Zhang Weiwei, direktur China Institute di Fudan University, memuji popularitas RedNote di kalangan kaum muda Taiwan dalam sebuah pidato pada pertengahan Mei di Wuhan University, Tiongkok.
Media sosial tersebut membuat kaum muda menjadi "semakin terpapar pengaruh ideologis dari Tiongkok daratan," ujarnya.
"Waktu untuk menyelesaikan masalah Taiwan semakin matang," kata Zhang, seraya menambahkan dengan canda, "Tidak akan ada pemilihan berikutnya di Taiwan!"
"Saya yakin, setelah reunifikasi dengan Taiwan, pengelolaan Taiwan akan lebih mudah dibandingkan mengelola Hong Kong," tegas Zhang.
Narasi propaganda
Tidak semua generasi muda Taiwan gagal menyadari risiko-risiko ini.
Chen Shujuan, mahasiswa berusia 20 tahun, menggunakan TikTok versi internasional.
“Jika RedNote sejak lama telah menyisipkan ideologi dan nilai politik tertentu, aplikasi ini bisa secara halus memengaruhi para penggunanya,” sehingga mengurangi penolakan terhadap gagasan reunifikasi dengan Tiongkok, ujarnya menggunakan nama samaran.
Sementara itu, Gao Zhengping, lulusan baru berusia 28 tahun, menyatakan bahwa ia tidak tertarik terhadap RedNote maupun Douyin.
Pengguna sekolah dasar dan menengah di Taiwan, "yang pikirannya belum matang, mungkin akan terpengaruh," tanpa disadari menerima pesan dari Front Persatuan, ujarnya.
Bahkan sejumlah tokoh terkemuka pun ikut terseret dalam kontroversi ini.
Lin Yun-ju, pemain tenis meja Taiwan berusia 24 tahun yang sangat populer, baru-baru ini mengunjungi sebuah sekolah dasar di provinsi Shandong, Tiongkok.
Lin dilaporkan telah dipaksa mengenakan syal merah, simbol Komunisme, dan menyanyikan lagu "I Love You China" bersama anak-anak setempat yang juga mengenakan pakaian serupa.
Rekaman Lin dengan cepat menyebar di media sosial Tiongkok, dengan jumlah tayangan di Weibo melampaui 10 juta dalam beberapa hari saja.
Sung menggambarkan insiden tersebut sebagai kasus "penyusupan Front Persatuan." Itu merupakan bentuk "penjebakan" dan "pembajakan politik" yang dirancang untuk "mengejutkan orang dan menarik mereka ke dalam narasi propaganda Tiongkok," katanya.