Keamanan

Bisnis Taiwan hengkang dari Tiongkok di tengah naiknya risiko politik

Meningkatnya tekanan politik dari Tiongkok, bukan cuma tekanan ekonomi, memaksa sejumlah bidang usaha Taiwan angkat kaki dari lingkungan daratan Tiongkok yang semakin tidak aman dan tidak dapat diperkirakan.

Seorang pekerja terlihat di pabrik milik warga Taiwan di Kunshan, Tiongkok, pada 10 Juni. Bisnis Taiwan di kota ini, dulunya pusat yang semarak, sekarang merasakan tekanan dari meningkatnya ketegangan lintas selat dan ketakutan akan keselamatan. [Greg Baker/APF]
Seorang pekerja terlihat di pabrik milik warga Taiwan di Kunshan, Tiongkok, pada 10 Juni. Bisnis Taiwan di kota ini, dulunya pusat yang semarak, sekarang merasakan tekanan dari meningkatnya ketegangan lintas selat dan ketakutan akan keselamatan. [Greg Baker/APF]

Oleh AFP dan Focus |

KUNSHAN, Tiongkok -- Jalanan perbelanjaan bergaya Taipei yang ramai, kuil-kuil megah untuk menyembah para dewa pulau dan berbagai pabrik yang berkembang, sudah lama menghiasi kota Kunshan di Tiongkok bagian timur -- selama bertahun-tahun adalah pusat bisnis Taiwan yang semarak.

Namun, berbagai perusahaan ini, sekarang ini sedang berjuang menghadapi meningkatnya tegangan lintas selat yang memicu ketakutan besar di antara perusahaan tersebut.

Wiraswasta Taiwan, yang dikenal sebagai "Taishang" dalam bahasa Mandarin, mengalirkan miliaran ke Tiongkok sejak hubungan mulai membaik pada tahun 1990-an, memainkan peran penting dalam pendakian Tiongkok menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.

Namun, jumlah mereka merosot tajam dalam beberapa tahun terakhir. Warga Taiwan yang bekerja di Tiongkok diperkirakan jumlahnya turun dari 409.000 pada tahun 2009 menjadi 177.000 tahun 2022, menurut Straits Exchange Foundation.

Penjaja makanan menunggui pelanggan yang berekreasi di desa bergaya Taiwan di Kunshan, Tiongkok, pada 10 Juni. Pusat bisnis Taiwan yang dulu ramai kini menghadapi penurunan kehadiran wiraswasta 'Taishang' karena meningkatnya ketegangan lintas selat dan kecemasan akan keselamatan. [Greg Baker/AFP]
Penjaja makanan menunggui pelanggan yang berekreasi di desa bergaya Taiwan di Kunshan, Tiongkok, pada 10 Juni. Pusat bisnis Taiwan yang dulu ramai kini menghadapi penurunan kehadiran wiraswasta 'Taishang' karena meningkatnya ketegangan lintas selat dan kecemasan akan keselamatan. [Greg Baker/AFP]

Pengunduran dramatis ini berasal dari perpaduan faktor politik, ekonomi, dan struktural.

Faktor paling utama adalah meningkatnya risiko geopolitik yang berasal dari sikap Partai Komunis Tiongkok yang semakin agresif terhadap yang disebutnya "pendukung kemerdekaan Taiwan yang fanatik."

Peraturan baru yang menganjurkan warga negara melaporkan dugaan perilaku pro-kemerdekaan -- ditambah dengan retorika yang mendukung hukuman mati bagi yang memisahkan diri -- memberikan dampak buruk terhadap usaha Taiwan di daratan Tiongkok.

Ketakutan akan keselamatan

Industrialis James Lee, yang menutup pabriknya di Guangdong tahun 2022, dengan jujur menyalahkan "politik."

"Kami para pengusaha Taiwan takut," ucapnya. "Kami tidak mengirim karyawan Taiwan [ke Tiongkok] karena kami tidak tahu cara menjamin keselamatan mereka."

Luo Wen-jia, wakil ketua Straits Exchange Foundation dari Taiwan, menyuarakan keprihatinan ini, dengan menyatakan bahwa “kondisi awal yang menguntungkan telah hilang, dan sekarang ada banyak risiko tambahan.”

Investigasi Tiongkok terhadap produsen iPhone Foxconn pada Oktober 2023 - yang secara luas ditafsirkan sebagai pembalasan politik terkait dengan pencalonan presiden oleh pendirinya, Terry Gou, di Taiwan - hanya memperkuat bahwa berbagai perusahaan besar pun rentan.

Tekanan politik Beijing kini tidak hanya dirasakan para pelaku langsung, tetapi juga berdampak pada keluarga dan usaha mereka.

Contohnya, pada bulan Juni, Tiongkok memberi sanksi kepada Sicuens International Co., Ltd., perusahaan ekspor milik ayah Puma Shen, legislator Taiwan dari Partai Demokrat Progresif yang berkuasa.

Ketika ditanya soal sanksi itu, Zhu Fenglian, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Tiongkok, mengatakan bahwa Tiongkok "tidak akan pernah mengizinkan perusahaan yang terkait dengan separatis kemerdekaan Taiwan yang fanatik untuk mendapatkan keuntungan dari Tiongkok daratan.”

Shen, yang telah menganjurkan untuk memperkuat keamanan nasional Taiwan, menyebut sanksi tersebut sebagai bentuk “melibatkan seluruh klan,” dan mencatat bahwa ini adalah ketiga kalinya dalam satu tahun ia menjadi sasaran Beijing.

Prakarsa pertahanan sipilnya, Kuma Academy, juga masuk dalam daftar Tiongkok untuk "pendukung kemerdekaan Taiwan yang fanatik."

Perlambatan ekonomi

Ancaman politik ini diperparah dengan perlambatan ekonomi Tiongkok.

Pertumbuhan yang menurun, digabung dengan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang berkepanjangan, menghambat investasi lebih lanjut, Straits Exchange Foundation menyatakan.

Selain itu, daya tarik awal untuk berinvestasi di Tiongkok, pasarnya yang luas, dan biaya produksi yang rendah, sudah hilang kilaunya. Pengeluaran tenaga kerja dan produksi yang meningkat menambahkan ke tantangan yang dihadapi.

“Ketika kami pertama kali pergi ke sana, kami mengira bahwa ekonomi Tiongkok akan terus membaik karena pasarnya yang begitu besar dan populasinya yang begitu banyak,” kata Leon Chen, seorang pengusaha Taiwan yang sebelumnya beroperasi di Jiangxi.

“Kami belum melihat hal ini terwujud karena ada beberapa masalah -- ada perang dagang AS-Tiongkok, dan ada pandemi,” katanya.

Kegagalan berbagai peluang ini untuk membuahkan hasil, membuat banyak perusahaan mempertimbangkan kembali kehadiran mereka di Tiongkok.

Menghadapi tekanan berlapis ini, banyak perusahaan Taiwan yang mencari tempat lain. Sebagian beralih ke Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Filipina, sementara yang lainnya kembali ke negara asalnya.

Antara tahun 2016 dan 2024, investasi Taiwan di Vietnam melonjak 129%, dan investasi di Tiongkok merosot 62%.

Penurunan ini merupakan pukulan bagi strategi “front persatuan” yang telah lama diterapkan oleh Beijing, yang mengandalkan komunitas Taishang untuk memajukan tujuan integrasi politiknya dengan Taiwan.

Seiring dengan meningkatnya latihan militer Tiongkok dan Taiwan mengetatkan pengawasan terhadap dugaan spionase Tiongkok, Taishang semakin terperangkap dalam baku tembak seraya mempertimbangkan jalan keluar menjauhi lingkungan yang sudah tidak menjanjikan atau menawarkan keamanan.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *