Keamanan

Meriam air Tiongkok merusak kapal Filipina dan melukai awak kapal di Laut Tiongkok Selatan.

Manila menolak tuduhan dari Beijing, dengan mengutip rekaman video yang menunjukkan serangan air bertekanan tinggi yang berkelanjutan, yang menyebabkan kapal milik badan perikanan Filipina rusak parah dan dikelilingi oleh kapal Tiongkok.

Rekaman yang dirilis oleh Angkatan Laut Filipina (PCG) menunjukkan serangan meriam air oleh kapal CCG selama bentrokan dengan kapal Badan Perikanan Filipina di dekat karang yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan. [PCG/AFP]

Oleh Robert Stanley |

Kapal milik Badan Perikanan Filipina mengalami kerusakan dan seorang awak kapal terluka pada 16 September setelah dua kapal Penjaga Pantai Tiongkok (CCG) menembakkan meriam air ke arahnya di dekat Karang Scarborough yang disengketakan, kata Badan Penjaga Pantai Filipina (PCG). Kapal tersebut, BRP Datu Gumbay Piang, merupakan bagian dari misi pemerintah untuk mengawal lebih dari 40 kapal nelayan di wilayah tersebut.

Karang tersebut juga dikenal dengan nama Bajo de Masinloc.

Juru bicara CCG, Gan Yu, mengatakan kepada Reuters bahwa 10 kapal pemerintah Filipina “secara ilegal memasuki perairan teritorial Tiongkok ... dari berbagai arah,” sambil menuduh kapal badan perikanan Filipina sengaja menabrak kapal patroli Tiongkok.

Pejabat Filipina menolak keterangan tersebut. Karang tersebut terletak di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara mereka, dan operasi tersebut bersifat kemanusiaan, mendukung nelayan lokal, kata mereka.

Sebuah cuplikan dari video Penjaga Pantai Tiongkok (China Coast Guard/CCG) menunjukkan kapal Filipina terkena tembakan meriam air dari kapal Tiongkok tepat sebelum tabrakan. Teks berbahasa Tiongkok di bagian bawah menuduh kapal Filipina sengaja menabrak kapal tersebut, namun Manila menyatakan kapalnya lumpuh akibat tembakan meriam air, sehingga tabrakan tidak dapat dihindari. [CCG/AFP]
Sebuah cuplikan dari video Penjaga Pantai Tiongkok (China Coast Guard/CCG) menunjukkan kapal Filipina terkena tembakan meriam air dari kapal Tiongkok tepat sebelum tabrakan. Teks berbahasa Tiongkok di bagian bawah menuduh kapal Filipina sengaja menabrak kapal tersebut, namun Manila menyatakan kapalnya lumpuh akibat tembakan meriam air, sehingga tabrakan tidak dapat dihindari. [CCG/AFP]
Kerusakan pada kapal milik Badan Perikanan Filipina terlihat setelah dua kapal CCG menembakkan meriam air ke arahnya di dekat Scarborough Shoal pada 16 September. [Patroli Laut Filipina]
Kerusakan pada kapal milik Badan Perikanan Filipina terlihat setelah dua kapal CCG menembakkan meriam air ke arahnya di dekat Scarborough Shoal pada 16 September. [Patroli Laut Filipina]
Sejumlah foto menunjukkan kerusakan pada kapal milik Badan Perikanan Filipina (kanan) dan seorang awak kapal Filipina yang terluka (kiri) setelah dua kapal CCG menembakkan meriam air ke kapal tersebut di dekat Karang Scarborough di Laut Tiongkok Selatan pada 16 September. [Patroli Laut Filipina]
Sejumlah foto menunjukkan kerusakan pada kapal milik Badan Perikanan Filipina (kanan) dan seorang awak kapal Filipina yang terluka (kiri) setelah dua kapal CCG menembakkan meriam air ke kapal tersebut di dekat Karang Scarborough di Laut Tiongkok Selatan pada 16 September. [Patroli Laut Filipina]

Manila membantah video ‘bukti’ Tiongkok

CCG merilis sekitar 40 detik rekaman video, menyoroti peringatan radio mereka dan momen gesekan antara kapal-kapal tersebut.

Manila membalas dengan video berdurasi hampir dua menit yang memperlihatkan tembakan meriam air yang terus-menerus, penglihatan yang terhalang dari jembatan, dan kapal-kapal Filipina yang terjepit di kedua sisi. Tembakan tersebut bahkan mungkin telah mendorong kapal yang lebih kecil ini keluar dari jalurnya, sehingga tabrakan menjadi tak terhindarkan, kata para pejabat.

Video Filipina dimulai dengan aliran air bertekanan tinggi yang menghantam jendela jembatan kapal Datu Gumbay Piang, menghalangi pandangan nahkoda. Setelah serangkaian tembakan, kapal tampaknya kehilangan daya dan berbelok menuju kapal CCG yang telah melintas di depan haluan kapal tersebut.

Beberapa saat kemudian, kedua kapal saling bersenggolan. Adegan video berikutnya memperlihatkan seorang awak kapal dengan luka di telinganya akibat pecahan kaca yang beterbangan memasuki ruang kemudi, diikuti dengan adegan jendela-jendela yang hancur dan air yang menggenang di dalam kabin.

“Aksi agresif ini berlangsung sekitar 29 menit, menyebabkan kerusakan yang signifikan pada struktur atas kapal,” kata Komodor Jay Tarriela, juru bicara Kelompok Transparansi Laut Filipina Barat PCG.

Seorang awak kapal Filipina terluka akibat pecahan kaca, katanya.

Serangan artileri tersebut merusak sistem listrik kapal dan beberapa unit pendingin udara, sementara air banjir menyebar di dalam kabin, kata PCG.

“Penggunaan meriam air terhadap kapal BFAR [Badan Pengelolaan Perikanan dan Sumber Daya Perairan] yang sedang berlabuh, beserta ancaman latihan tembak sungguhan, merupakan tindakan intimidasi dan melanggar hak kami di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),” kata Tarriela.

Versi Beijing tentang peristiwa tersebut adalah “satu kasus lagi dari disinformasi dan propaganda Tiongkok,” kata Dewan Maritim Filipina.

Kurang jumlah dan kalah senjata

Insiden tersebut menyoroti ketidakseimbangan kekuatan di laut.

Sembilan kapal patroli CCG, lima kapal perang Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat, dan setidaknya empat kapal milisi maritim berada di dekat karang, berhadapan dengan armada Filipina yang terdiri dari 10 kapal BFAR, dua kapal patroli penjaga pantai, dan satu kapal pasokan sipil, menurut laporan Manila.

Penasehat Keamanan Nasional Filipina, Eduardo Año, mengecam eskalasi tersebut. “Ini adalah kali pertama taktik semacam ini dilakukan oleh RRC [Republik Rakyat Tiongkok] ... dan hal ini memang menimbulkan banyak risiko dan bahaya bagi nyawa para nelayan kami dan kapal-kapal BFAR kami,” kata Año.

Eskalasi dari ancaman tembakan langsung yang berulang dapat menelan korban jiwa, kata Año.

“Kami tidak akan mengikuti narasi mereka. Inilah yang mereka inginkan, agar kami bereaksi berlebihan, agar kemudian mereka dapat menggunakan alasan untuk mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat mereka.”

Manila pantang mundur.

Tak gentar oleh insiden tersebut, PCG dan BFAR bertekad untuk terus mendukung komunitas nelayan dan melindungi hak maritim negara di Laut Filipina Barat.

Konfrontasi tersebut terjadi seminggu setelah Beijing mengumumkan rencana untuk mengubah Karang Scarborough menjadi “kawasan konservasi alam nasional,” yang menurut pejabat Filipina bertujuan untuk menegaskan kedaulatan dan melarang aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan Filipina.

Pada 16 September, kapal perang Angkatan Laut Tiongkok menyiarkan pengumuman tentang latihan tembak langsung di wilayah yang sama, meskipun tidak ada latihan yang dilakukan. Pengumuman tersebut tampaknya dimaksudkan hanya untuk menakuti nelayan Filipina yang beroperasi di sekitar wilayah tersebut, kata Tarriela.

Karang Scarborough telah lama menjadi titik panas di Laut Tiongkok Selatan. Tiongkok mengambil alih kendali wilayah tersebut pada tahun 2012 setelah bentrokan berkepanjangan, namun putusan pengadilan arbitrase di Den Haag pada tahun 2016 menolak klaim luas Beijing dan mengukuhkan hak nelayan Filipina untuk menangkap ikan di perairan tradisional di sekitar karang tersebut.

Tiongkok menolak untuk mengakui putusan tersebut.

Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Inggris Raya mengecam tindakan agresif terbaru Tiongkok terhadap Filipina.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *