Oleh Jia Feimao |
Angkatan laut Jepang sedang meningkatkan kemampuan kapal selamnya di tengah bayang-bayang pengaruh militer Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik.
Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF) resmi meluncurkan kapal selam serang diesel-listrik kelas Taigei yang keenam, JS Sōgei, dalam sebuah upacara di galangan kapal Kawasaki di Kobe pada 14 Oktober. Kapal ini dijadwalkan mulai bertugas pada Maret 2027.
Dengan baterai lithium-ion yang meningkatkan daya tahan, kecepatan tinggi, dan operasi senyap di bawah air, kapal ini menjadi simbol modernisasi berkelanjutan armada kapal selam Jepang.
Menurut JMSDF, Sōgei (nomor lambung SS-518) menelan biaya sekitar 73,6 miliar yen (sekitar US$480,6 juta). Kapal ini memiliki panjang sekitar 84 meter, bobot standar sekitar 3.000 ton, dan diawaki sekitar 70 personel.
![Jingei, kapal selam kelas Taigei ketiga milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF), resmi bertugas pada Maret 2024. Kelas Taigei menggunakan baterai lithium-ion, yang memberikan waktu menyelam lebih lama dan jarak jelajah lebih panjang dibandingkan model lama yang memakai baterai timbal-asam. [JMSDF]](/gc9/images/2025/11/07/52703-jp_submarine-370_237.webp)
Sōgei dilengkapi enam tabung 533 mm untuk torpedo kelas berat dan rudal antikapal yang diluncurkan melalui tabung.
Sejak tahun 2020, Jepang terus mempertahankan tempo produksi kapal selam yang stabil, hampir satu kapal Taigei baru setiap tahun.
Sumber terbuka memperkirakan kapal ini mampu mencapai kecepatan sekitar 20 knot saat menyelam dengan tenaga mesin sekitar 6.000 hp—cocok sebagai pemburu pantai yang senyap dan lincah, dioptimalkan untuk rantai pulau pertama strategis yang mencakup Jepang, Taiwan, dan Filipina.
Peluncuran terbaru ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan regional. Pada Juni lalu, kapal induk Tiongkok Liaoning dan Shandong melakukan latihan gabungan di Samudra Pasifik dan beroperasi di dekat pulau-pulau selatan Jepang. Liaoning juga merupakan kapal induk Tiongkok pertama yang melintasi rantai pulau kedua.
Rantai pulau kedua mencakup Guam, Kepulauan Mariana, dan Papua Nugini.
Sementara itu, pada 5 November, Tiongkok meresmikan kapal induk ketiganya, Fujian.
Seiring Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia memamerkan kekuatan militernya di sekitar Jepang, tekanan terhadap armada kapal selam JMSDF kian meningkat, menurut laporan The Diplomat pada bulan Oktober.
Skenario krisis Taiwan diperkirakan dapat menarik keterlibatan kapal selam Jepang, sebuah risiko yang turut mendorong pembangunan kekuatan maritim Tokyo.
Menghadapi ambisi maritim laut lepas Tiongkok
Jepang tetap menjadi satu-satunya operator yang diketahui menggunakan baterai lithium-ion pada kapal selam diesel-listrik.
Dibandingkan sistem propulsi bebas udara (AIP) dan baterai timbal-asam, sistem baterai lithium-ion memungkinkan pengisian daya yang lebih cepat, kapasitas daya yang lebih besar, dan kerapatan energi yang lebih tinggi. Hasilnya, kapal selam dapat beroperasi lebih senyap, bergerak lebih cepat, dan bertahan lebih lama di bawah air.
Kapal selam dengan lithium-ion dapat bertahan lebih lama di bawah air dan lebih sulit dideteksi dibanding jenis lainnya, ujar Shu Hsiao-huang, peneliti di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, kepada Focus.
“Kapal selam kelas Taigei dapat mendekati inti gugus tempur kapal induk Tiongkok dengan cepat dan senyap, menjadi ancaman besar bagi ambisi maritim laut lepas Beijing,” katanya.
Jepang juga sedang mengembangkan rudal jelajah yang dapat diluncurkan dari tabung torpedo untuk menambah kemampuan serangan jarak jauh terhadap sasaran di darat maupun laut.
Kementerian Pertahanan Jepang telah menandatangani dua kontrak dengan Mitsubishi Heavy Industries untuk rudal antikapal Tipe 12 lebih mutakhir yang diluncurkan dari kapal laut, serta rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam. Rudal terakhir ini diperkirakan memiliki jangkauan lebih dari 998 km dan mulai operasional pada paruh akhir 2020-an.
Saat ini, kelas Taigei sudah mampu menembakkan rudal antikapal dengan jarak 248 km melalui tabung torpedo.
Namun, karena tabung tersebut juga digunakan untuk senjata lain, proses memuat ulang menjadi lebih lambat. Untuk menembakkan senjata jarak jauh secara lebih efektif, Jepang mempertimbangkan penambahan sistem peluncur vertikal (VLS) pada kapal selam yang berikutnya.
“VLS akan memungkinkan kapal selam generasi berikutnya membawa dan menembakkan lebih banyak senjata dengan ukuran dan jangkauan yang lebih besar, menjadikannya platform serangan yang jauh lebih mematikan,” kata Jeffrey Hornung, pakar pertahanan Jepang di RAND, kepada Japan Times pada bulan Oktober.
![JS Sōgei, kapal selam keenam dari kelas Taigei, memasuki air dalam sebuah upacara pada 14 Oktober di galangan kapal Kawasaki Heavy Industries di Kobe, Jepang. [Kementerian Pertahanan Jepang]](/gc9/images/2025/11/07/52702-taigei_class-370_237.webp)