Keamanan

Menlu Australia kecam kekurangan transparansi saat Tiongkok unjuk kekuatan AL

Citra satelit memperlihatkan armada amfibi AL Tiongkok bergerak ke tenggara di Laut Filipina di bawah pengawasan Australia.

Menhan Australia Richard Marles (kedua dari kanan) dan Menlu Penny Wong (ketiga dari kanan) berbicara dalam pertemuan keamanan Indo-Pasifik dengan Menhan Jepang Gen Nakatani di Tokyo pada 5 September. [Pool/Rodrigo Reyes Marin/AFP]
Menhan Australia Richard Marles (kedua dari kanan) dan Menlu Penny Wong (ketiga dari kanan) berbicara dalam pertemuan keamanan Indo-Pasifik dengan Menhan Jepang Gen Nakatani di Tokyo pada 5 September. [Pool/Rodrigo Reyes Marin/AFP]

Oleh Wu Ciaoxi |

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong memperingatkan bahwa Tiongkok sedang unjuk kekuatan militer lebih jauh ke Pasifik, dan menyebut kurangnya transparansi di kawasan itu "mengkhawatirkan".

Komentarnya terucap saat Penjabat Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Richard Marles mengonfirmasi bahwa Australia sedang memantau armada kapal AL Tiongkok di Laut Filipina.

Wong berpidato di Canberra pada 2 Desember dalam Orasi Kepemimpinan Letkol Ralph Honner, yang tahun ini bertepatan dengan peringatan 50 tahun kemerdekaan Papua Nugini (PNG). Menekankan prioritas keamanan bersama di Pasifik, pidatonya menampilkan citra satelit yang memperlihatkan skala dan persenjataan armada AL Tiongkok yang dimaksud.

"Tiongkok terus memperkuat pengaruh strategisnya, termasuk dengan cara ekonomi maupun keamanan, dan semakin sering pamer kekuatan militer ke kawasan kami," kata Wong, menurut situs web resminya.

Militer Australia melacak armada Tiongkok, termasuk kapal tanker ini, di sebelah barat Filipina, menurut analisis satelit Starboard Maritime Intelligence. [Starboard/ X]
Militer Australia melacak armada Tiongkok, termasuk kapal tanker ini, di sebelah barat Filipina, menurut analisis satelit Starboard Maritime Intelligence. [Starboard/ X]

"Kami melihat laju pembangunan militer Tiongkok yang mengkhawatirkan, tanpa transparansi yang diharapkan kawasan," ujarnya.

Dia merujuk ke Deklarasi Perdamaian Samudra Pasifik Biru, yang dikeluarkan Forum Pulau-Pulau Pasifik bulan September lalu, yang "menyerukan masyarakat internasional agar menghormati kedaulatan dan pendekatan Pasifik."

Citra satelit baru yang diperoleh Starboard Maritime Intelligence mengonfirmasi bahwa gugus tugas itu beroperasi sekitar 260 mil laut di timur Filipina di perairan internasional, dilaporkan Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada 2 Desember.

Pengawasan terhadap armada itu terus berlanjut di perairan internasional, kata Marles kepada ABC.

Australia berkomunikasi "sangat erat dengan teman dan sekutu kami," katanya.

Kekuatan signifikan

Starboard menyebut armada itu "proyeksi kekuatan yang signifikan," dan menilai gugus tugas itu bergerak ke arah tenggara dengan tujuan jangka panjang yang tidak diketahui.

Armada itu terdiri atas kapal pendarat helikopter, kapal perusak, fregat, dan kapal tanker, menurut Starboard. Kapal pendarat itu "mampu menampung hingga 30 helikopter dan sekitar 1.000 marinir untuk berbagai operasi, mulai dari bantuan kemanusiaan hingga pendaratan amfibi," katanya.

Fregat Tiongkok mampu "mendeteksi kapal selam yang mungkin memantau gugus tugas itu," kata Mark Douglas, analis Starboard, kepada ABC.

Kapal tanker berfungsi sebagai "pusat logistik bergerak, membawa lebih dari 11.000 ton bahan bakar dan persediaan kering," kata Starboard.

Dengan jangkauan jelajah lebih dari 10.000 mil laut, armada itu dapat "singgah di daratan besar seperti Australia tanpa masuk pelabuhan," disebutkan Starboard.

Pengerahan semacam itu "langka", kata Jennifer Parker, mantan perwira AL Australia yang sekarang menjadi dosen tamu di National Security College di Australian National University, Canberra, kepada ABC.

"Ini contoh lain peningkatan pengerahan ekspedisi AL perairan dalam Tiongkok," ujarnya. Dua operasi AL Tiongkok sebelumnya, satu di dekat Alaska pada 2024 dan pelayaran mengelilingi Australia pada 2025, tidak melibatkan kapal amfibi besar, tambahnya.

"Berdasarkan lokasi, jalur, dan kecepatan, tidak ada indikasi bahwa mereka saat ini menuju ke Australia," katanya tentang armada itu.

Hubungan Australia dengan negara-negara Pasifik

Australia melawan upaya Tiongkok memperluas kekuasaan dan pengaruhnya di Indo-Pasifik.

Australia menganggarkan 2,157 miliar AUD ($1,41 miliar) untuk bantuan pembangunan dan 1,3 miliar AUD ($850 juta) untuk pendanaan iklim bagi negara-negara Pasifik, memposisikan dirinya sebagai mitra andal di tengah ketidakpastian bantuan global, kata Wong dalam pidatonya.

Sampai saat ini, Tiongkok memiliki hubungan diplomatik dengan 11 negara Kepulauan Pasifik, sementara tiga negara Pasifik Selatan mengakui Taiwan.

Pentingnya kekompakan

Negara-negara Kepulauan Pasifik harus kompak dalam hal keamanan untuk melawan pengaruh regional Tiongkok yang semakin besar, kata Wong dalam pidatonya.

Wong menyebut aspek lain yang dieksploitasi Tiongkok, termasuk "disinformasi, campur tangan, dan serangan siber."

Marles juga membahas perlunya bersatu melawan perilaku buruk Tiongkok.

Berbicara soal pakta keamanan AUKUS dengan Amerika Serikat dan Inggris, Marles mengatakan di Canberra pada 4 Desember bahwa Washington tetap "sepenuhnya mendukung" aliansi itu.

Pemerintah Australia menerima kajian Pentagon tentang AUKUS dan sedang mempelajarinya, kata Marles, menurut laporan Bloomberg.

AUKUS memungkinkan Australia memperoleh kapal selam nuklir dengan senjata konvensional dan memperluas kerja sama teknologi pertahanan di seluruh Indo-Pasifik, dilaporkan Bloomberg.

Washington, London, dan Canberra membentuk AUKUS pada 2021 untuk melawan pengaruh militer dan ekonomi Tiongkok.

Upaya lain untuk memperkuat militernya, pemerintah Australia pada 1 Desember mengumumkan pembentukan Defense Delivery Agency yang baru. Badan itu akan dipimpin direktur persenjataan nasional dan "menasihati pemerintah tentang strategi akuisisi dan eksekusi proyek setelah disetujui," lapor situs berita The Conversation.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *