Kapabilitas

Jepang dan Filipina memperkuat kerja sama pertahanan

Latihan Angkatan Laut bersama, pembicaraan ekspor rudal, dan transfer kapal perang sedang berlangsung di saat kedua negara menghadapi Tiongkok.

Personel Angkatan Bersenjata Filipina (Armed Forces of the Philippines/AFP) dan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (Japan Maritime Self-Defense Force/JMSDF) berpose ketika berlangsung Maritime Cooperative Activity (Kegiatan Kerja Sama Maritim/MCA) bilateral ketiga pada 29 November di Laut Filipina Barat. [AFP]
Personel Angkatan Bersenjata Filipina (Armed Forces of the Philippines/AFP) dan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (Japan Maritime Self-Defense Force/JMSDF) berpose ketika berlangsung Maritime Cooperative Activity (Kegiatan Kerja Sama Maritim/MCA) bilateral ketiga pada 29 November di Laut Filipina Barat. [AFP]

Oleh Focus |

Jepang dan Filipina telah meningkatkan kerja sama pertahanan dengan latihan Angkatan Laut baru di Laut Tiongkok Selatan.

Personel Angkatan Bersenjata Filipina (Armed Forces of the Philippines/AFP) dan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (Japan Maritime Self-Defense Force/JMSDF) menyelesaikan Maritime Cooperative Activity (Kegiatan Kerja Sama Maritim/MCA) bilateral ketiga mereka pada 29 November. Latihan Angkatan Laut selama satu hari ini bertujuan untuk melanjutkan “pertumbuhan yang stabil dalam kerja sama pertahanan antara kedua negara,” kata AFP pada 30 November di X.

AFP mengerahkan fregat rudal berpemandu BRP Antonio Luna, sebuah helikopter anti kapal selam AW159 Wildcat milik Angkatan Laut, serta pesawat pengintai C-208B milik Angkatan Udara. JMSDF mengirimkan kapal perusak JS Harusame dan helikopter anti kapal selam SH-60K, menurut AFP.

Latihan interoperabilitas mencakup pergerakan terkoordinasi, mempertahankan manuver, dan latihan foto yang mengharuskan kapal-kapal mempertahankan formasi yang presisi, lapor media industri Baird Maritime.

Foto selebaran tanpa tanggal menunjukkan penembakan rudal darat-ke-udara jarak menengah Tipe 03 di Sekolah Pertahanan Udara Pasukan Bela Diri Darat Jepang di Jepang. [Kementerian Pertahanan Jepang]
Foto selebaran tanpa tanggal menunjukkan penembakan rudal darat-ke-udara jarak menengah Tipe 03 di Sekolah Pertahanan Udara Pasukan Bela Diri Darat Jepang di Jepang. [Kementerian Pertahanan Jepang]

Latihan pendaratan lintas geladak memperlihatkan helikopter AW159 milik Angkatan Laut Filipina berulang kali mendarat di dek penerbangan kedua kapal untuk membiasakan awak udara dan personel kapal dengan prosedur dek masing-masing serta meningkatkan koordinasi untuk operasi penerbangan, kata AFP.

MCA tersebut berlangsung setelah Perjanjian Akses Timbal Balik antara Tokyo dan Manila resmi mulai berlaku pada 11 September. Perjanjian ini memungkinkan pengerahan pasukan secara timbal balik dan oleh kedua pemerintah dipandang sebagai langkah besar dalam memperkuat kemitraan keamanan mereka.

Kedua negara memiliki sengketa dengan Tiongkok atas kendali atas berbagai pulau dan telah mengamati pembangunan militer Tiongkok selama beberapa dekade dengan penuh kekhawatiran.

Perdebatan ekspor rudal

Sebagai bagian dari kemitraan yang terus berkembang, sejumlah media melaporkan bahwa Jepang tengah mempertimbangkan ekspor sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah Tipe 03 (Chu-SAM) yang dipasang pada platform truk ke Filipina.

Kyodo News melaporkan bahwa pembicaraan informal mengenai potensi penjualan tersebut telah berlangsung, bersamaan dengan langkah pemerintah Perdana Menteri Sanae Takaichi yang terus bergerak melonggarkan pembatasan transfer peralatan pertahanan.

Kementerian Pertahanan Jepang secara terbuka membantah laporan tersebut. Dalam email kepada Stars and Stripes yang dipublikasikan pada 4 Desember, juru bicara kementerian menegaskan bahwa “tidak benar bahwa kami sedang membahas ekspor Chu-SAM dengan Manila,” seraya menambahkan bahwa Jepang “secara rutin melakukan berbagai bentuk kerja sama dan pertukaran dengan Filipina terkait peralatan dan teknologi pertahanan.”

Laporan yang sama juga mencatat bahwa sistem Tipe 03, yang dikerahkan di Pulau Ishigaki di ujung terluar rantai Kepulauan Nansei, dirancang untuk mencegat pesawat dan rudal jelajah di tengah meningkatnya aktivitas militer Tiongkok di sekitar Taiwan dan di Laut Tiongkok Timur.

Peningkatan pertahanan yang lebih luas

Selama beberapa dekade, aturan Jepang yang dikenal sebagai prinsip “lima kategori” telah membatasi ekspor alutsista yang sepenuhnya dirakit hanya pada peralatan untuk misi penyelamatan, transportasi, peringatan dini, pengawasan, dan penyapuan ranjau.

Pemerintah dan partai yang berkuasa, kini tengah bersiap menghapus aturan tersebut sekitar musim semi 2026 melalui revisi pedoman operasional, sebagaimana dilaporkan Yomiuri pada 2 Desember. Langkah ini bertujuan memperkuat industri pertahanan Jepang, memperluas kerja sama dengan sejumlah negara yang sehaluan, sekaligus menambahkan pengamanan baru terkait wilayah penggunaan senjata yang diekspor.

Stars and Stripes secara terpisah melaporkan bahwa Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang telah berjanji untuk mengupayakan penghapusan pembatasan “lima kategori”, dan bahwa Kementerian Pertahanan mengonfirmasi langkah penghapusan pembatasan tersebut memang tengah dipertimbangkan.

Transfer kapal perusak

Sementara itu, Jepang sedang dalam pembicaraan untuk mentransfer kapal perusak pengawal kelas Abukuma bekas pakai kepada Angkatan Laut Filipina. Pada Juli, Yomiuri melaporkan bahwa Tokyo berencana mengekspor enam kapal kelas Abukuma yang telah dipensiunkan. Jika terealisasi, langkah ini akan menjadi transfer pertama kapal perusak pengawal milik JMSDF ke negara lain. Laporan tersebut kemudian diperkuat oleh sejumlah media lain, termasuk GMA News dan Naval News.

Naval News mengutip kepala Angkatan Laut Filipina, Laksamana Muda Jose Ma. Ambrosio Ezpeleta, yang menyatakan bahwa pembahasan masih berada pada tahap awal, sementara jumlah kapal dan jadwal transfer belum ditetapkan. Kapal kelas Abukuma, yang dioptimalkan untuk peperangan anti kapal selam dan anti kapal permukaan, dinilai akan secara signifikan meningkatkan kemampuan Angkatan Laut Filipina dalam berpatroli serta mempertahankan klaim maritimnya di Laut Tiongkok Selatan.

Jepang berencana merenovasi kapal-kapal tersebut dan memasang perangkat serta sistem telekomunikasi yang diminta oleh Filipina, lapor Yomiuri.

Potensi ekspor sistem pertahanan udara jarak menengah oleh Jepang, yang diiringi dengan transfer aset-aset kunci Angkatan Laut, akan memberikan dorongan signifikan yang sangat dibutuhkan bagi pertahanan udara berbasis darat Filipina yang masih terbatas. Pada akhirnya, meningkatnya kerja sama pertahanan antara Jepang dan Filipina menjadi elemen baru yang penting dalam upaya menstabilkan keseimbangan kekuatan di Laut Tiongkok Selatan.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *