Oleh Shirin Bhandari |
Filipina meresmikan pangkalan militer baru di provinsinya paling utara, Batanes, rangkaian pulau sekitar 140 km selatan Taiwan. Pos terdepan di Mahatao merupakan pembangunan militer terbesar Manila di Selat Luzon hingga saat ini dan menandakan kekhawatiran soal meningkatnya kehadiran AL Tiongkok dan risiko konflik yang meluas dari Taiwan.
Militer meresmikan Pangkalan Operasi Terdepan Mahatao pada 28 Agustus untuk unit AL dan marinir Filipina yang memantau Selat Luzon dan menjaga kepulauan Batanes.
Fasilitas ini akan memperkuat pertahanan teritorial, meningkatkan kewaspadaan matra laut, dan meningkatkan kemampuan tanggap bencana, kata Angkatan Bersenjata Filipina.
Mempertahankan wilayah utara, mengantisipasi agresi Tiongkok
Mahatao "memperkuat kemampuan kami menjaga perbatasan utara," kata Panglima Komando Luzon Utara (Nolcom) Letjen Fernyl Buca dalam sebuah pernyataan, menurut Inquirer.net.
![Helikopter AU Filipina mendarat di Pulau Mavulis, Provinsi Batanes, pada 29 Juni 2023. Provinsi paling utara Filipina ini terletak hanya 140 km dari Taiwan, menempatkannya di garis depan dalam potensi konflik regional. [Ezra Acayan/Pool/AFP]](/gc9/images/2025/09/16/51982-afp__20230630__33lr2vg__v1__highres__philippineschinataiwandefence-370_237.webp)
Nolcom menyebut pangkalan itu pembangunan militer terbesar Filipina di Batanes dan pintu gerbang bagi operasi pertahanan dan kemanusiaan.
Pos terdepan baru ini menunjukkan kesanggupan Filipina untuk menghadapi skenario konflik terkait dengan Taiwan, kata para analis.
"Ini menutup celah keamanan nasional terhadap serangan agresor asing yang sering terjadi, terutama karena Batanes merupakan provinsi garis depan tepat di bawah Taiwan," ujar analis maritim Chester Cabalza kepada Philippine Daily Inquirer.
Fasilitas itu "berfungsi sebagai pangkalan darurat jika terjadi perang di Selat Taiwan," katanya.
Meningkatnya nilai strategis selat
Kehadiran Tiongkok yang meningkat di perairan sengketa membuat khawatir Manila dan Taipei, serta menyorot nilai strategis Selat Luzon.
Bulan Agustus lalu, pasukan Filipina mendeteksi tiga kapal penjaga pantai Tiongkok bersenjata di dekat Batanes -- pertama kalinya mereka terlihat jauh di utara. Inkursi Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan masih sering terjadi kendati ada putusan arbitrase tahun 2016 yang membatalkan klaim Beijing atas sebagian besar wilayah laut itu.
Pada saat yang sama, Tiongkok meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan, melatih blokade dan pengiriman armada AL ke selat itu. Manila khawatir tindakan itu dapat mengganggu stabilitas laut sekitarnya.
Hampir 200.000 tenaga kerja Filipina di luar negeri tinggal dan bekerja di Taiwan.
"Perang Taiwan mau tidak mau pasti menyeret Filipina ke dalam konflik," kata Presiden Ferdinand Marcos Jr. bulan lalu , mengingat kedekatan dan besarnya komunitas Filipina di Taiwan.
Laksdya (Purn.) Rommel Ong, mantan wakil komandan angkatan laut Filipina, sependapat.
"Kita akan terseret ke dalam konflik itu," katanya kepada Philstar.com.
Jika Beijing hendak menyerang Taiwan, mereka harus mengendalikan Selat Bashi, ujar Ong. Untuk itu, Tiongkok mungkin "terpaksa merebut pulau-pulau penting di Kepulauan Batanes karena lokasinya yang strategis," ujarnya.
Pemindahan marinir
Untuk menghadapi kemungkinan ini, marinir Filipina yang sebelumnya ditugaskan di Mindanao dialihkan ke Batanes mulai 2022. Mereka kini bertugas di pos-pos strategis, termasuk Pulau Mavulis, yang hanya berjarak 140 km dari Taiwan.
Penempatan pasukan di Batanes mengirimkan pesan penting, kata Ong: "Solusi jangka panjang terbaik bagi Filipina adalah menghalangi Tiongkok dengan memperkuat pertahanan, mengganggu perhitungan mereka, dan menghalanginya."
Kerja sama dengan sekutu
Filipina dibantu oleh sekutu dekat maupun jauh.
Washington mempererat koordinasi keamanan dengan para sekutunya di seluruh rangkaian pulau strategis terdepan, yang membentang dari Jepang ke Taiwan dan Filipina yang dipandang AS sebagai hal genting dalam membendung kekuatan militer Tiongkok.
Beberapa tahun terakhir Amerika Serikat dan Australia bergabung dengan Filipina dalam latihan pertahanan Batanes. Latihan ini melibatkan persenjataan AS seperti sistem roket artileri mobilitas tinggi HIMARS, sistem misil anti-kapal dan serangan darat NMESIS, serta peluncur misil jarak menengah Typhon.
Kementerian Pertahanan Tiongkok mengatakan senjata-senjata itu mengancam perdamaian dan stabilitas regional.
Filipina dan Australia telah menandatangani pernyataan niat untuk Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, yang diperkirakan rampung pada 2026.
Australia akan diizinkan mengakses infrastruktur militer Filipina sambil mendukung pembangunan dan peningkatan di lima lokasi.
Proyek itu akan meningkatkan interoperabilitas, mengembangkan kemampuan gabungan, dan memperkuat pertahanan teritorial Filipina di bawah Konsep Pertahanan Kepulauan Menyeluruh, kata Canberra.
Jepang memperluas hubungan pertahanan dengan Filipina, sementara Taiwan ingin kerja sama lebih erat dengan mitra sehaluan untuk menghadapi kemungkinan tak terduga.
Sedang terjadi perubahan strategi luas
Pangkalan Mahatao mengisyaratkan adanya pergeseran strategi yang lebih luas dalam pertahanan Manila.
Selain mengamankan Batanes, langkah ini memperkuat posisi Filipina dalam dinamika keamanan regional di dekat Taiwan.
Apakah fasilitas itu akan meredam atau menyulut konflik di masa depan bergantung pada kemampuan kekuatan regional menyikapi ketegangan yang meningkat.
Pergeseran strategi ini tercermin dalam perkembangan AL Filipina. Pada 15 September, Filipina menerima BRP Diego Silang, fregat kelas Miguel Malvar kedua yang dibuat HD Hyundai Heavy Industries, dalam sebuah upacara kedatangan di Subic, Provinsi Zambales.
Panglima militer Filipina, Jenderal Romeo Brawner Jr., menyebut kapal itu "simbol tekad Filipina untuk mempertahankan hak kami."
![Komando Luzon Utara Filipina meresmikan Pangkalan Operasi Terdepan di Mahatao, Provinsi Batanes, pada 28 Agustus. [Nolcom/Facebook]](/gc9/images/2025/09/16/51981-batanes_base-1-370_237.webp)