Oleh Focus |
Dialog Pertahanan Seoul (SDD) ke-14, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan tanggal 8–10 September, mempertemukan sejumlah pejabat senior pertahanan, diplomat, dan analis untuk membahas tantangan keamanan regional dan global.
Sejak pertama kali digelar tahun 2012, Dialog Pertahanan Seoul telah menjadi pilar penting diskusi keamanan regional, menarik sejumlah tokoh penting di bidang pertahanan dan diplomasi dari berbagai negara untuk menangani tantangan keamanan bersama di salah satu kawasan paling kompleks secara geopolitik di dunia.
Dengan tema “Menghadapi Tantangan Geopolitik: Membangun Perdamaian Melalui Kerja Sama,” para peserta membahas situasi keamanan di Semenanjung Korea dan kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas, pencegahan penyebaran senjata nuklir, industri pertahanan, dan kecerdasan buatan, serta sejumlah topik penting lainnya.
SDD berfungsi sebagai platform untuk kerja sama keamanan multilateral, dengan penekanan khusus pada lingkungan keamanan yang terus berkembang di kawasan Indo-Pasifik. Tahun ini, pembahasan tersebut sangat relevan mengingat pergeseran kekuatan dan pengaruh global, serta ancaman yang terus muncul baik di ruang konvensional maupun nonkonvensional.
![Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani dan Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro mengacungkan papan tanda di sela-sela SDD ke-14 di Seoul pada 9 September. Kedua pejabat tersebut menegaskan pentingnya kerja sama multilateral dan sepakat untuk mempromosikan kolaborasi dalam bidang peralatan dan teknologi pertahanan. [Kementerian Pertahanan Jepang/X]](/gc9/images/2025/09/18/52027-g0dwsipaiaa-mlm-370_237.webp)
![Menteri Pertahanan Korea Selatan Ahn Gyu-back (kiri) dan Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani berpose bersama saat pertemuan mereka di Seoul tanggal 8 September. Keduanya menegaskan kembali “komitmen kuat untuk mewujudkan denuklirisasi total di Semenanjung Korea.” [Kementerian Pertahanan Korea Selatan/X]](/gc9/images/2025/09/18/52028-g0x5lg9bgaazeua-370_237.webp)
Dialog tahun ini berlangsung di tengah sejumlah konflik yang sedang berlangsung, seperti perang Rusia di Ukraina dan perang Israel-Hamas, meningkatnya ketegangan di Laut Tiongkok Selatan serta tantangan keamanan yang tidak terduga termasuk serangan siber, perang hibrida dan persaingan kekuatan global di luar angkasa.
“Dalam konteks ini, kerja sama dan solidaritas di antara komunitas global lebih penting dari sebelumnya,” kata seorang pejabat SDD, menurut Korea News Plus.
Pencegahan, penangkalan, ketahanan
Dalam pidato utama di forum tersebut, Laksamana Italia Giuseppe Cavo Dragone, Ketua Komite Militer NATO, menekankan komitmen NATO terhadap mitra globalnya dan untuk menjaga nilai-nilai bersama mereka.
“Kepada warga negara kita, kita harus menyampaikan pesan yang jelas dan transparan: pencegahan lebih murah daripada perang; pencegahan lebih efektif jika dilakukan bersama-sama; ketahanan tidak terbatas pada bidang militer, tetapi sangat terkait dengan kemandirian energi, infrastruktur yang kokoh, kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta pendekatan yang melibatkan seluruh masyarakat,” kata Dragone.
“Tidak ada keraguan sama sekali: pencegahan adalah CARA kami dan perdamaian adalah TUJUAN kami.”
Dragone membahas keamanan regional dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan Ahn Gyu-back, Ketua Kepala Staf Gabungan Laksamana Kim Myung-soo, dan para pemimpin industri pertahanan lainnya, menyoroti “kerja sama yang produktif dan terus berkembang antara Republik Korea dan NATO,” kata pernyataan tersebut.
Berbagai pertemuan tersebut “menekankan pentingnya upaya NATO dalam meningkatkan investasi pertahanan dan kerja sama,” denikian pernyataan tersebut.
“Tidak ada keraguan: apa yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik berdampak di kawasan Eropa-Atlantik, dan sebaliknya,” kata Dragone.
'Di Bawah Satu Bendera'
Dialog tersebut bertepatan dengan peringatan ke-75 pembentukan Komando PBB (UNC) untuk membela Korea Selatan.
“Ini lebih dari sekadar peringatan sejarah; ini adalah momen untuk memperkuat kembali komitmen bersama kita terhadap perdamaian, keamanan, dan kerja sama di salah satu kawasan paling strategis di dunia,” kata Komandan UNC dan Jenderal Angkatan Darat AS Xavier Brunson dalam pidatonya.
“Bagi semua yang meyakini perdamaian: Komando PBB menyatakan kesiapannya ‘Di Bawah Satu Bendera’ hari ini, esok, dan untuk masa depan kita.”
Selama SDD, Brunson mengadakan pertemuan dengan para pemimpin pertahanan senior dari Australia, Kanada, dan Jepang untuk memperkuat kerja sama dan mendorong komitmen bersama terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, kata Komando Indo-Pasifik AS (INDOPACOM) pada 9 September.
Brunson mengucapkan terima kasih kepada para sekutu atas kerja sama dan kontribusi mereka yang berkelanjutan dalam operasi UNC saat mereka beradaptasi dengan tantangan keamanan yang terus berkembang di kawasan tersebut.
Di sela-sela acara, Korea Selatan dan Jepang mengambil langkah untuk memperkuat hubungan pertahanan mereka, menurut Yonhap News Agency.
Menteri Pertahanan Ahn dan mitranya dari Jepang, Gen Nakatani, yang berada di Seoul untuk kunjungan pertama dalam satu dekade, “sepakat tentang perlunya mengembangkan hubungan pertahanan bilateral secara proaktif dan khususnya mencari kemungkinan kerja sama yang saling menguntungkan di bidang teknologi terdepan, seperti kecerdasan buatan (AI), aset tak berawak, dan ruang angkasa,” demikian bunyi pernyataan bersama.
Para menteri menegaskan kembali “komitmen yang teguh untuk denuklirisasi Semenanjung Korea secara menyeluruh,” berjanji untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat, dan sepakat untuk memperluas pertukaran antara otoritas pertahanan kedua negara, seiring dengan peringatan ke-60 hubungan diplomatik mereka.
![Perwakilan PBB berkumpul untuk menghadiri Dialog Pertahanan Seoul (SDD) ke-14 di Seoul, Korea Selatan, pada 9 September. [Komando Indo-Pasifik AS]](/gc9/images/2025/09/18/52025-sdd_photo1-370_237.webp)