Keamanan

Kapal 'penelitian' Tiongkok sebenarnya untuk intelijen

Kegiatan kapal penelitian Tiongkok merupakan contoh operasi zona abu-abu -- bermanuver di sepanjang batas yang kabur antara penjelajahan ilmiah dan telik sandi.

Kapal penelitian Tiongkok, Kexue, dalam foto tak bertanggal ini, melakukan ekspedisi ilmiah selama dua bulan di Pasifik barat setelah bertolak dari Xiamen April lalu. [Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok]
Kapal penelitian Tiongkok, Kexue, dalam foto tak bertanggal ini, melakukan ekspedisi ilmiah selama dua bulan di Pasifik barat setelah bertolak dari Xiamen April lalu. [Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok]

Oleh Chen Mei-hua |

Penggunaan kapal penelitian oseanografi oleh Tiongkok adalah contoh dari buku taktik zona abu-abu -- seakan melakukan misi ilmiah, padahal sering melakukan pengumpulan intelijen militer dan membantu mencapai tujuan strategis maritim yang lebih luas.

Pada bulan Juni, kapal penelitian Kexue kembali setelah survei ilmiah selama dua bulan di Pasifik barat, menurut pengumuman Pabean Qingdao, otoritas pabean untuk kota Qingdao.

Sepanjang tahun ini, otoritas itu menyatakan telah memproses prosedur keluar masuk lima kapal penelitian sebanyak delapan kali, dan menambahkan bahwa pihaknya "mendukung upaya penelitian oseanografi Tiongkok di perairan dalam."

Namun, kapal seperti Kexue sering menyamar sebagai kapal penelitian ilmiah padahal sebenarnya melakukan misi sensitif, tulis Jun Kajee, analis prakarsa transparansi maritim SeaLight, pada 3 Juni.

Kapal penelitian Tiongkok, Song Hang, melakukan gerakan mencurigakan seperti menyisir (di kiri) -- sangat berbeda dengan rute kapal lain, menurut Maritim AI milik Windward. [Windward/x.com]
Kapal penelitian Tiongkok, Song Hang, melakukan gerakan mencurigakan seperti menyisir (di kiri) -- sangat berbeda dengan rute kapal lain, menurut Maritim AI milik Windward. [Windward/x.com]

Misinya meliputi pemetaan dasar laut dan pemantauan kegiatan militer dan komersial asing, yang pada gilirannya mendukung operasi kapal selam, eksploitasi sumber daya laut, dan klaim wilayah Tiongkok.

Mengacu pada data pergerakan kapal dari Starboard Maritime Intelligence, Kajee mendokumentasikan beberapa operasi mencurigakan.

Pada tahun 2023, misalnya, jalur pelayaran Xiang Yang Hong 10 "membentuk huruf '中' ('Tiongkok')" di perairan Vietnam yang dipersengketakan.

Ini mungkin menjadi simbol "penegasan teritorial atau pengisyaratan psikologis", tulis Kajee.

Pada tahun yang sama, Haiyang Dizhi 8 melakukan survei panjang di Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia, dan penjaga pantai Jepang mendeteksi Xiang Yang Hong 18 beroperasi secara mencurigakan di dekat Kepulauan Senkaku yang dipersengketakan.

Awal tahun ini, Dong Fang Hong 3 melakukan survei dasar laut Samudra Hindia, sementara Tan Suo Yi Hao beroperasi untuk waktu yang lama di lepas pantai Selandia Baru dan Australia.

Kapal penjaga pantai dan milisi maritim Tiongkok sering kali menyertai misi survei ini untuk mengintimidasi aktor regional, kata Kajee.

"Konfrontasi dengan kapal sipil berisiko menimbulkan eskalasi dan kritik internasional," ujarnya, seraya menambahkan bahwa "operasi ini merupakan bagian strategi 'iris sosis', yang memajukan kepentingan Tiongkok selangkah demi selangkah tanpa memicu konflik terbuka."

'Menyembunyikan golok'

Banyak kapal penelitian Tiongkok memiliki sistem sonar bawah laut presisi tinggi, kata Zhou Feng, profesor Harbin Engineering University, seperti dikutip Guangming Daily edisi bulan Juni.

Sistem ini dapat menentukan lokasi target dengan margin satu meter, pada dasarnya berfungsi sebagai "mata" perahu selam laut dalam, katanya.

Kapal ini sering dilengkapi larik sonar besar yang dirancang untuk memetakan kontur bawah air secara terperinci, kata analis militer Taiwan, Wu Ming-chieh, kepada Focus.

Informasi ini membantu kapal selam Tiongkok menavigasi perairan dalam dan mengidentifikasi lokasi penyergapan, termasuk kemungkinan rute patroli kapal selam AS.

Dia menggambarkan upaya ini sebagai bentuk "persiapan medan perang" di seluruh Indo-Pasifik, menyebutnya sebagai zona abu-abu perambahan bawah laut.

Taktik zona abu-abu Tiongkok di dekat Taiwan adalah "tindakan semi-agresif", kata Huang Tsung-ting, asisten rekan peneliti di Institute for National Defense and Security Research di Taiwan, kepada Focus.

Sementara latihan militer melambangkan Tiongkok "menghunus pedang", kapal penelitian "yang diam-diam berkeliaran" di dekat perairan Taiwan ini "menyembunyikan golok", katanya.

Kapal-kapal itu sering berlayar dekat zona 24 mil laut Taiwan dengan dalih melakukan penelitian ilmiah, padahal mengumpulkan data hidrologi dan militer yang sensitif, menurut Huang.

Penyelidikan New York Times bulan Juli melaporkan bahwa pada tahun 2024, kapal Tiongkok seperti Xiang Yang Hong 6 berulang kali menyurvei dasar laut di lepas pantai timur Taiwan.

Kapal-kapal itu berlayar lambat, paralel, dan seperti menyisir, cocok untuk pemetaan batimetri berbasis sonar. Beberapa kapal mendekati batas wilayah 12 mil laut Taiwan.

"Intinya bagi saya adalah: Tiongkok tampak ingin mengumpulkan data batimetri di bagian lautan itu tanpa ketahuan sedang melakukan survei batimetri," ucap Ryan D. Martinson, lektor di US Naval War College, mengutarakan pendapat pribadi dalam laporan itu.

Mengurangi ketidakpastian

Selain kapal survei, kapal pemasangan kabel darurat yang diduga memotong kabel telekomunikasi bawah laut di Selat Taiwan juga menimbulkan kekhawatiran.

Tindakan semacam itu tidak lagi dapat disebut sebagai "zona abu-abu", kata Huang.

Kendati dunia sudah lama menggunakan survei oseanografi untuk tujuan militer, yang membedakan Tiongkok adalah paduan pengumpulan intelijen dengan pemaksaan kedaulatan, kata ilmuwan politik Ian Chong di National University of Singapore kepada Focus.

Dengan kawalan milisi dan penjaga pantai Tiongkok, semakin banyak kapal yang melaksanakan misi serupa di perairan Indo-Pasifik.

"Inti taktik zona abu-abu adalah ambiguitas, yang menyulitkan pihak lain menanggapi dengan tegas. Salah satu solusinya adalah meningkatkan transparansi dan mengurangi ketidakpastian," ujar Chong.

Dia mencontohkan keberhasilan Filipina mengurangi provokasi langsung dari Beijing dengan mengungkap polah tingkah kapal Tiongkok kepada publik.

Namun, dia memperingatkan, tanggapan berkelanjutan terhadap tekanan jangka panjang Tiongkok memerlukan kesabaran dan ketahanan -- mirip dengan ketegangan Perang Dingin dan proses penyeimbangan bertahap.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Policy Link

Captcha *