Oleh Shirin Bhandari |
Citra satelit terbaru dan pernyataan di lapangan menunjukkan Tiongkok kembali melakukan kegiatan baru di Karang Scarborough, memunculkan kembali kekhawatiran di Manila dan kalangan pengamat regional bahwa Beijing mungkin sedang menyiapkan landasan untuk pembangunan skala lebih besar di terumbu yang disengketakan tersebut.
Di Filipina, karang ini dikenal sebagai Bajo de Masinloc atau Karang Panatag.
Tiongkok mengklaim lebih dari 80% wilayah Laut Tiongkok Selatan, yang membuat banyak negara tetangganya geram. Pengadilan di Den Haag pada tahun 2016 menolak klaim Beijing tersebut.
Citra terbaru yang diambil pada 8 Oktober oleh Satellogic dan didistribusikan melalui SkyFi menunjukkan rangkaian struktur terapung yang membentang di mulut laguna yang sempit di Karang Scarborough.
![Pada 12 Oktober, kapal Penjaga Pantai Tiongkok menggunakan meriam air dan diduga “menabrak dengan sengaja” kapal pemerintah Filipina di dekat Pulau Thitu di Laut Tiongkok Selatan. Insiden tersebut menyebabkan kerusakan ringan, dengan kedua pihak saling menyalahkan. [Xing Guangli/Xinhua via AFP]](/gc9/images/2025/10/29/52582-afp__20251012__xxjpbee000031_20251013_pepfn0a001__v1__highres__spotnewschinatiexianj-370_237.webp)
Menurut analis dari proyek transparansi SeaLight, penghalang tersebut akan menghambat akses kapal Penjaga Pantai Filipina (PCG) serta nelayan Filipina.
Pada September 2023, penyelam PCG memotong dan menyingkirkan penghalang terapung sepanjang 300 meter di luar pintu masuk karang tersebut.
Pada Februari 2024, Tiongkok sempat memasang kembali penghalang terapung di luar karang sebelum membongkarnya lagi.
Menggunakan laut sebagai senjata
Menurut SeaLight, pemasangan penghalang tersebut merupakan taktik “zona abu-abu” yang sudah dikenal: penggunaan rintangan terapung sementara untuk memperkuat kontrol tanpa memicu eskalasi militer secara terang-terangan.
“Penghalang terapung ilegal yang dipasang oleh Republik Rakyat Tiongkok di mulut Karang Scarborough” terlihat dalam citra satelit terbaru, tulis Luke Fischer, salah satu pendiri SkyFi, di X.
Ini hanyalah “satu contoh kecil bagaimana mereka memanfaatkan laut sebagai senjata,” tambahnya.
Direktur SeaLight Ray Powell juga memposting gambar penghalang tersebut di X.
Sementara itu, pihak-pihak yang pro-Tiongkok membela langkah tersebut.
South China Sea Probing Initiative yang berbasis di Beijing mengatakan di X bahwa tindakan tersebut merupakan respons terhadap “perilaku provokatif terbaru Filipina,” seraya menegaskan Tiongkok “berhak melakukan apa saja.”
Kontrol Tiongkok sejak tahun 2012
Karang Scarborough terletak sekitar 120 mil laut di barat Zambales, Luzon, jauh di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina. Namun, Tiongkok telah menerapkan kontrol de facto sejak kebuntuan pada tahun 2012. Penjaga Pantai Tiongkok memblokir pintu laguna dan mengganggu kapal nelayan Filipina di sekitar karang tersebut.
Ketegangan kian meningkat dalam beberapa bulan terakhir di domain maritim maupun udara. Pada 11 Agustus, sebuah kapal perang Angkatan Laut Tiongkok dan kapal Penjaga Pantai Tiongkok bertabrakan saat mengganggu patroli Filipina, menunjukkan tingginya risiko di wilayah tersebut.
Ketegangan udara meningkat pada pertengahan Oktober ketika Beijing mengklaim telah mengusir dua pesawat pengintai Filipina, sehari setelah Manila melaporkan adanya “gangguan agresif” dari helikopter dan jet tempur Tiongkok terhadap pesawat PCG.
Isu “lingkungan hidup” Tiongkok yang tidak berdasar
Beijing membuat Manila marah ketika mengumumkan rencana pembentukan cagar alam di karang tersebut pada bulan September.
Para analis luar membantah upaya konservasi tersebut dan menyebutnya sebagai langkah administratif untuk memperkuat kontrol.
Penetapan tersebut menuai kritik dari Manila dan beberapa ibu kota asing karena karang itu merupakan wilayah penangkapan ikan tradisional bagi Filipina, Tiongkok, dan Vietnam. Para analis menyatakan penetapan konservasi ini sejalan dengan pola Tiongkok dalam menggunakan dalih damai untuk membenarkan patroli dan kehadiran militernya.
Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro Jr. mempertanyakan apakah Tiongkok berniat mengubah karang itu menjadi pulau buatan.
"Sebutan Tiongkok untuk “Pulau Huangyan” bisa jadi salah ucap,” katanya pada bulan Oktober.
Sejak tahun 2013, Tiongkok telah membangun 3.200 hektare daratan buatan di Kepulauan Spratly yang disengketakan, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington.
“Kami yang pertama”
Untuk menunjukkan Filipina telah lebih dulu hadir di sana, PCG merilis peta yang menunjukkan puing-puing konstruksi lama di karang tersebut. Menurut Manila, lokasi itu dahulu digunakan sebagai area latihan pengeboman dalam operasi gabungan AS-Filipina beberapa dekade lalu.
Puing-puing tersebut berasal dari tahun 1980-an dan 1990-an, kata Laksamana Muda Roy Vincent Trinidad, juru bicara Angkatan Laut Filipina untuk Laut Filipina Barat, di bulan Oktober.
Mengabaikan bukti Manila, Tiongkok semakin memperkuat kontrolnya di Laut Filipina Barat dengan menggunakan dalih “perlindungan lingkungan” atau “regulasi perikanan.”
“Ini sejalan dengan pola Tiongkok yang berupaya membangun pembenaran administratif atas tindakan yang sebenarnya sudah dilakukan melalui kekuatan militer,” ujar Greg Poling, analis Laut Tiongkok Selatan di CSIS, saat menanggapi rencana pembuatan cagar alam tersebut.
Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri Filipina menegaskan "Tiongkok harus menghormati kedaulatan dan yurisdiksi Filipina atas Bajo de Masinloc, dan mematuhi kewajibannya yang diatur oleh hukum internasional."
![Gambar satelit ini, direkam oleh Satellogic dan didistribusikan oleh SkyFi, menunjukkan penghalang buatan manusia yang tampak menutup pintu masuk laguna di Karang Scarborough, sebuah atol di Laut Tiongkok Selatan yang diklaim oleh Tiongkok dan Filipina. [Satellogic/Ray Powell/X]](/gc9/images/2025/10/29/52581-satellite_2-370_237.webp)